giovedì 25 settembre 2014

Menikah = Sinkronisasi jam tangan (3)


3) Pengaruh masa lalu bagi hidup perkawinan. Kadang kita pernah mendengar ungkapan ini: ah, kalau suka ngotot itu mah penyakit turunan! Dia mah mau menang sendiri dan gak mau ngalah! Meskipun dia gak punya apa-apa, tapi kalau ada orang yang minta sesuatu, pasti diada-adakan deh; atau, meskipun dia kelelahan, kalau ada teman yang ngajak pergi, pasti dia pergi! Dia mah cuek mulu.. Dia itu sederhana banget! Kalau bajunya belum sobek, gak mau diganti! Dia itu pendiam, tapi kalau sekali bicara, pasti ada maknanya…
Kerapkali hal ini tidak dapat dipungkiri muncul dalam karakter dan sikap masing-masing pasangan. Variasi sikap dan perangai kita muncul karena pengaruh yang diterima dan terkondisikan secara tidak sadar di masa lampau. Sejauh mana hal itu disadari oleh masing-masing pribadi dalam relasi pasutri baru? Seolah-olah ada sebuah gejala transfer dalam kehidupan kita: cara berpikir, cara merasa dan bertindak di masa lampau itu terungkap secara tidak sadar dalam relasi kita yang sekarang dengan pasangan, dengan orang lain atau dengan peristiwa dan hal-hal di sekitar kita. Maka, PR besar buat pasutri muda adalah menyadari karakter-sikap yang muncul secara otomatis. Perlu dikenal betul asal muasal emosi yang muncul serta reaksi – sikap yang ditimbulkannya.
Banyak jalan menuju ke Roma,
banyak pengalaman kehidupan
para pasangan telah membentuk diri masing-masing
untuk tiba hingga hari ini
Bagaimana hal ini bisa mempengaruhi relasi pasutri muda? Kehidupan baru bersama pasangan bisa merupakan sebuah titik awal, tapi juga titik akhir. Perlu kita ingat bersama bahwa pasangan kita bukanlah sebuah kertas HVS putih, kosong dan halus dimana siapapun bisa menorehkan tinta semaunya. Dalam diri masing-masing pasangan, ada kecenderungan tetap untuk “memaksakan” secara tidak sadar, sebuah situasi seturut dengan gaya hidup yang selama ini dia alami bersama keluarga asalnya, yang dia pandang baik. Setiap orang berelasi dengan orang lain mirip dengan cara berelasi yang terbentuk secara perlahan-lahan di masa lampau. Misalnya, bagaimana saya menyapa orang asing? Apa yang harus saya lakukan jika bersalah? Apa yang saya lakukan ketika saya ingin menang padahal saya sendiri menyadari bahwa saya salah? Apa yang harus saya lakukan ketika ada orang meminta maaf? Bagaimana ungkapan kebahagiaan dan kemarahan saya? Apa yang saya pikirkan dan ingin terapkan dalam keluarga tentang doa bersama, makan bersama, pengaturan keuangan, kesehatan dan pendidikan? Reaksi spontan apa yang muncul di hadapan sebuah peristiwa yang mengagetkan? Dan masih banyak lagi…. Ini mirip dengan mencampur anggur lama bersama dengan anggur yang baru.
Dalam hukum sebab akibat, tekanan timbal balik dari masing-masing pasangan kerap menghasilkan pertentangan kekuasaan atau dominasi dalam keluarga, karena masing-masing bersikukuh akan kebaikan menurut pengalamannya. Tanpa masuk dalam sebuah ketegangan dan mempersalahkan atau membenarkan masa lalu dan sekarang, perlu kita menerima bahwa kepribadian kita dibentuk karena pengaruh lingkungan. Apa yang kita lakukan kepada pasangan dan orang-orang di sekitar kita saat ini, terpengaruh sedikit banyak oleh pengalaman kita di masa lalu, sejak kanak-kanak. Masalahnya bisa bervariasi, tetapi cara menanggapinya bisa serupa, karena dipahami dengan tidak sadar dengan cara serupa di masa lalu. Maka, reaksi yang muncul juga diperkirakan tidak jauh-jauh amat, meskipun situasi sekarang berbeda dengan situasi masa lalu.

Komitmen untuk membuat sebuah kehidupan bersama, kerap diwarnai dengan kerikil-kerikil tajam karena masing-masing mengeluarkan dari ranselnya, pola pikir, gaya hidup dan cakrawala yang lama, yang tidak sesuai dengan pasangannya. Masing-masing menilai pasangannya sesuai dengan apa yang dipikirkan, bukan menurut situasi dan konteks yang sedang dialami pasangannya pada waktu itu dan di situ. Mengetahui hal ini dengan sadar adalah langkah pertama. Berikutnya adalah menyadari sikap kolot masing-masing dengan tersenyum dan sadar bahwa sekarang waktunya untuk berubah dan memikirkan yang terbaik bersama. Ingat, bahtera kehidupan keluarga baru berangkat dari dermaga. Dengan demikian penting sekali mengenal lingkungan sekitar dimana pasangan kita itu hidup, untuk memahami sebab musabab munculnya sebuah reaksi yang mengagetkan kita. Reaksi yang muncul itu hanya penampakan saja, di baliknya, ada sebuah situasi yang membentuknya. Mari kita pahami situasi gunung es di bawah laut itu, karena menikah adalah mensikronkan jam tangan, menyelaraskan kehidupan dua insan.
bersambung....

1 commento:

  1. Berbagi, ya Romo... ditunggu sambungannyaaa..
    warm regards
    -r-

    RispondiElimina

Lettura d'oggi

Friends