tag:blogger.com,1999:blog-42852944157652092832024-02-21T16:14:49.203+01:00Esercizi Spirituali per i nostri tempialfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.comBlogger255125tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-26922159702070088052017-10-07T07:34:00.001+02:002017-10-07T07:34:13.552+02:00Pengalaman Wooowwww...... <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1P8TBwWf9grGVo5mhbb3Q_Gwlm8EFbs7LoM2AWf9axyVL05ZYlUD8Y1FiOSDiWJbUyQJI7wQY8d4-D67ql2dt05Jt7W0VBTmRh6KXUZVLMWYn_-YYIsw-9oJgT6YX8XAjlhaZ8nKUrCLB/s1600/IMG_20170511_135629.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1P8TBwWf9grGVo5mhbb3Q_Gwlm8EFbs7LoM2AWf9axyVL05ZYlUD8Y1FiOSDiWJbUyQJI7wQY8d4-D67ql2dt05Jt7W0VBTmRh6KXUZVLMWYn_-YYIsw-9oJgT6YX8XAjlhaZ8nKUrCLB/s320/IMG_20170511_135629.jpg" width="180" /></a><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Menceritakan kisah-kisah wow dlm hidup, kadang kita cerita ttg keberhasilan, terpukau keindahan, pengalaman pertama yg mengagumkan, pengalaman melewati batas kemampuan dan berhasil... kita sendiri TERKEJUT oleh sesuatu dr luar yg tdk kita pikirkan.. Terkejut oleh kebaikan Allah yang menuntun kita utk tiba pada pengalaman itu. HINGGA melompat kegembiraan karena dimanjakan oleh Tuhan.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Salah satu pengalaman wow di depan kita adalah bahwa, hari ini rafi dan embot memutuskan utk mengkekalkan kasih mereka di hadapan altar, di hadapan Allah, di depan kita semua yg hadir di sini dan di hadapan dunia. Bentar lagi path, fb, ig, twitter dan socmed lainnya akan di update ... untuk mengatakan bahwa HARI INI KITA PUNYA KOMITMEN BARU.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">maka, di hadapan kita ada misteri yg sakral, namanya misteri cinta. Awalnya mungkin cinta monyet... Suka sama suka karena ketertarikan fisik, lalu berkembang ke hobby dan sifat yang memikat.. lalu ideal hidup yang serupa.. lama kelamaan jadi serius dan merekapun siap meninggalkan keluarga inti, utk membangun keluarga mrk sendiri. </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Apakah kualitas cinta itu tetap sama, dulu ketika pertama kali ketemu dan sekarang? Tidak mungkin. Bukan lagi romantisme, tapi cinta itu terlibat, krn org lain adalah misteri yg suci. Masuk dlm hidup orang lain, kita masuk dlm kesuciannya, terlibat dlm relasi personalnya dgn dirinya sendiri, sesama dan Allah. Diapun akan membawa kita dlm doa doanya kepada Allah. Orang yg saling mencintai, akan menyebut nama orang yang dikasihinya di hadapan Allah. </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Karakter kedua cinta khas katolik i.e. jujur <b><i>verus</i></b>, <b><i>plenus </i></b>terima 100%, <b><i>liber </i></b>bebas dan tanpa paksaan dari siapapun atau kondisi yang memaksakan seseorang untuk menikah.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Pertanyaan: kamu yakin kamulah satu-satunya cinta dlm hatinya pasanganmu? Kamu sungguh-sungguh kenal pasanganmu? Ingat, cinta kasih yg diajarkan Yesus kepada kita adalah jujur, terima 100%, bebas...tanpa pamrih, tulus, demi kebaikan pasangan. Btw, suka nyanyi? Bot.. kamu nyanyi dulu yak...</span></span><br />
<div style="display: inline !important; text-align: center;">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Kau tinggalkan aku, kutetap di sini</span></i></div>
<div>
<div style="display: inline !important; text-align: center;">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Kamu berbohong akupun </span></i></div>
</div>
<div>
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;"><div style="display: inline !important; text-align: center;">
percaya </div>
<div style="display: inline !important;">
Kamu lukai, ku tak perduli </div>
</span></i></div>
<div>
<div style="display: inline !important; text-align: center;">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Kau tinggalkan aku ku tetap di sini </span></i></div>
</div>
<div>
<div style="display: inline !important; text-align: center;">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Kau dengan yang lain kutetap setia</span></i></div>
</div>
<div>
<div style="display: inline !important; text-align: center;">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Dimana ada cinta seperti ini</span></i></div>
</div>
<div>
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Cinta itu gila dan bisa menggilakan orang. Orang yg berani mencintai, dia berani utk berjuang, bahkan hidupnya pun dipertaruhkan demi menggapai ideal cinta yg dicita-citakan</span><div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Berani mencintai itu berani utk dilukai, utk dikenali kerapuhannya...Yesus yg terbayang dlm injil..melayani dgn kreatif, siap ditolak, kehidupannya yg suci siap dicampur dgn kebusukan dunia... ingat kaki petrus yang kotor itu ada bersama dengan pantulan wajah Yesus yg tercermin dari air baskom pembasuhan kaki. </span></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Cinta yg ditawarkan Yesus itu gila...sekali melangkah, tdk bisa kita balik kucing. Sekali memutuskan, terimalah itu sbg saat berahmat. Bersyukurlah kalau menemukan kerikil yg tajam, kadang diskusi serius..krn itu menandakan bahwa prinsip yg kalian pegang dan andaikan itu masih belum sempurna. Justru disitulah dinamika pernikahan akan menemukan keindahannya, cinta kalian akan menemukan pengalaman wow...bahwa kita masih harus belajar dan berkembang. </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;" /></span><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;">Teladanilah Yesus..yg sanggup membasuh kaki petrus.</span></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><i><span style="font-size: xx-small;">in ricordo del matrimonio di Rafi e emboth</span></i></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: xx-small;"><span style="background-color: #fafafa; font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><i>P. Alfonsus widhi, sx</i></span></span></div>
</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-51573345979098336642017-10-07T07:12:00.000+02:002017-10-07T07:12:44.209+02:00Cinta oblatif.. antara cinta resistensi dan tanpa pamrih?<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Apa yang kau inginkan dariku, ibu? Waktuku belum tiba.... </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Atau dengan kata lain..Maria, coba lihatlah.. Aku tidak ada kaitannya sama sekali dengan perkawinan ini, karena waktuku belum tiba... </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Kita bisa bayangkan sebuah pernikahan di sekitar daerah sulit air, tetapi di pintu masuk itu ada enam tempayan batu, masing-masing berisi 80-100 liter air utk para tamu! </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Sebuah situasi yang absurd... Emangnya para tamu diminta utk minum air dan bukan anggur? Ini kondangan atau tongkrongan? </span></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVjwShmVEbdHuMrHVjkV9zniQQwHRuftEE7ENxmXu8hzE4IlnD203rAS9X7D0FzeEOm-YkkTyonBBacn2ncMWMmSyuTf7aIuJW_wsnrR21tmVxJbFxc6j3w1O04W6ZU1CcgjBYStQySFxb/s1600/IMG_20170217_070751.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVjwShmVEbdHuMrHVjkV9zniQQwHRuftEE7ENxmXu8hzE4IlnD203rAS9X7D0FzeEOm-YkkTyonBBacn2ncMWMmSyuTf7aIuJW_wsnrR21tmVxJbFxc6j3w1O04W6ZU1CcgjBYStQySFxb/s400/IMG_20170217_070751.jpg" width="225" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>tanpa pamrih...</i></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Di sinilah kita melihat kualitas cinta Maria yg tdk masuk akal. Sebuah cinta oblatif, yang tidak lagi memikirkan sebuah alasan MENGAPA MENCINTA, atau sebuah kehendak supaya orang lain baik dan bahagia, melainkan sebuah cinta yang mulai merambah pada rasa tanggung jawab kepada orang lain, dengan cara melakukan yang terbaik bagi orang lain. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Di sinilah cinta oblatif, cinta yg pasrah total pada orang lain menjadi sebuah pemberian tulus tanpa pamrih. Pada tahap kehidupan ini, seseorang hanya melayani. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Maria, memahami resistensi dari Yesus... Maria juga memahami kesulitan-Nya... Cinta kasih tanpa berani beresiko, akan berbuah kemandulan, akan terbatas pada ide dan nama baik, tetapi terlepas dari sejarah dan kehidupan. Cinta ini akan hidup bagi dirinya sendiri saja. Maria mengajak Yesus utk masuk dalam sejarah, dalam realitas konkrit pengalaman kehidupan manusia yang asam dan pahit... seperti pesta perkawinan tanpa anggur. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;"></span></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Ketika Yesus berani berpikir out of the box dan para pelayan melakukan semua perintah Allah dlm ketaatan total, tanpa keraguan, melakukan meski tak tahu mengapa melakukan, hanya percaya pada orang yang dituakan dan melakukan apa saja... sebuah perubahan hidup terjadi. </span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Iman adalah sebuah pesta, dimana hidup kita yg kering dan gersang diubah menjadi sebuah pesta yang berlimpah anggur kegembiraan. Dalam hidup, sering kita berjumpa dengan kesedihan atau keputusasaan seseorang yang sudah kehilangan anggur dalam kehidupannya. </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #fafafa; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-variant-ligatures: none; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Yesus Kristus memiliki anggur kehidupan yang memabukkan hati kita dgn kasih dan hidup. Selamat berhari minggu bersama Yesus yang mengundang kita dalam perjamuan-Nya.</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-57800753029141961652017-08-27T12:18:00.000+02:002017-08-27T12:18:21.582+02:00Adorasi Ekaristi<div class="MsoTitle" style="text-align: right;">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: x-small;">Tema: Panggilan hidup</span></i></div>
<div class="MsoTitle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU8-qqIQ8w1VTe1CEhdEb64EmvT-bKHV6DMuobRxRmEqEl7FdgWMlEF8-aajemHYfhccKPaPmjUosL3V7PCQUQvLzMl26JFcbSkdfak-R0XFd9K8d-IKoDgNeizd0J8rZ7IX7BymnlxosD/s1600/IMG_1115.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU8-qqIQ8w1VTe1CEhdEb64EmvT-bKHV6DMuobRxRmEqEl7FdgWMlEF8-aajemHYfhccKPaPmjUosL3V7PCQUQvLzMl26JFcbSkdfak-R0XFd9K8d-IKoDgNeizd0J8rZ7IX7BymnlxosD/s320/IMG_1115.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di salah satu sudut Roma 5-9-2010</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoTitle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, Helvetica, sans-serif;">Tradisi adorasi
ekaristi merupakan kelanjutan dari tuguran yang kita jalankan pada hari kamis
putih. Di sini kita merenungkan due peristiwa besar antara perayaan kenangan
sengsara Tuhan dan kehadirannya secara permanen di dalam hosti yang
dikonsakrir. Namun, sama seperti aneka devosi lainnya, adorasi ekaristi tidak
dapat dipisahkan dari hidup kita dengan sesama. Adorasi adalah suatu kebutuhan
hakiki dari hati kita yang terdalam yang mencari Yang Ilahi dan Transenden. Maka,
adorasi ekaristi bukan merupakan tindakan keagamaan secara pribadi untuk merasa
baik, saleh dan suci, melainkan untuk menjadi semakin peka akan kehadiran Kasih
dan tuntutan-Nya.</span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Paus Paulus VI dalam
dokumen <i>Marialis Cultus</i> n° 46 menulis
bahwa dengan melihat relasi yang erat antara Bunda Maria dan Kristus, maka
mendaraskan rosari pun membantu orientasi kristologis doa-doa kita, sambil
merenungkan di dalamnya misteri-misteri penjelmaan dan penebusan. Dengan
demikian, berdoa kepada Yesus Kristus yang hadir di dalam Sakramen, diharapkan hati
kita menjadi semakin peka dan seperasaan dengan Hati-Nya yang selalu tergerak
oleh belaskasihan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span lang="IT">Situasi</span></b><span lang="IT"> tata kehidupan di Jakarta pada millennium III ditandai dengan budaya serba
cepat dan seolah tanpa batas. Kondisi ini telah <b>berdampak</b> serius pada kwalitas hidup beriman. </span></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Orang Muda Katolik merupakan
bagian tak terpisahkan dari dinamika kehidupan tersebut. Di hadapan <b>berbagai macam pilihan</b> yang disodorkan
di dalam hidup, ada kecenderungan untuk menentukan pilihan dengan mengandalkan kekuatannya
dan kepintarannya sendiri, menunggu dari orang lain dan bukan berdasar pada
iman. Seringkali <b>Allah tidak
diperhitungkan sedikitpun</b>. <o:p></o:p></span><br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Apakah <b>masa depan Gereja</b> akan dipenuhi dengan
orang berkepribadian anonim, berkepribadian ganda dan lebih cenderung
menekankan aspek penampakan saja dan bukan menjadi dirinya sendiri? Padahal, menurut
Paus Benediktus XV dalam kunjungannya ke Cyprus 5 juni 2010 yang lalu, <i>Gereja membutuhkan para imam yang baik, yang
kudus dan yang dipersiapkan dengan baik […] Gereja membutuhkan imam – religius
yang berserah diri seutuhnya pada Allah dan mengabdikan dirinya untuk
memperluas Kerajaan Allah di dunia</i>. Oleh sebab itu, adorasi ekaristi
berkarakter panggilan yang kita jalankan sekali sebulan memiliki intensi agar
kaum muda berani untuk merencanakan masa depan mereka bersama dengan Allah;
berani untuk memaknai pilihan hidup mereka sebagai sebuah panggilan; berani
untuk menekuni dan berusaha untuk tetap setia pada pilihan yang mereka buat.
Sedangkan bagi orang tua, diharapkan agar mereka pun makin berkembang dalam
iman dan terbuka pada berbagai pilihan panggilan hidup kristiani yang akan
dipilih oleh anak-anak mereka. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dengan demikian, Adorasi
yang kita jalankan di Paroki pada hari kamis pertama setiap bulan, merupakan
salah satu jalan spiritual untuk melewati situasi kritis yang dihadapi oleh
kaum muda, orang tua dan Gereja. Semoga. (P. Alfons sx)</span><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Testo">
<br /></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-81916496210624577642016-08-26T03:43:00.000+02:002016-08-26T03:43:07.748+02:00Generasi Digital<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiLZc4RMatukwS3VEnc6d9EkXB6Ig_JFNFHn9sgzRr8fro0I_Sua3ylnLETNDlj1yV9U9e_JhSP9zycBtYTdyilD4YlYDBq0VlZc2BF7lTuFiZmcOkKsgaYJJLe3-3PVDVvy5CjV8EQeKn/s1600/Jayapura+asli+%252851%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiLZc4RMatukwS3VEnc6d9EkXB6Ig_JFNFHn9sgzRr8fro0I_Sua3ylnLETNDlj1yV9U9e_JhSP9zycBtYTdyilD4YlYDBq0VlZc2BF7lTuFiZmcOkKsgaYJJLe3-3PVDVvy5CjV8EQeKn/s400/Jayapura+asli+%252851%2529.JPG" width="225" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">Terbang di atas Danau Sentani</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pemandangan yang menakjubkan dengan banyak simbol terbaca di dalamnya. Pesawat itu dengan tenang berenang-renang diantara awan-awan yang mengaburkan warnanya. Putih, biru, hijau, abu-abu yang berirama dalam keharmonisan alam. Mereka yang sudah berada di dalam pesawat itu, sudah meninggalkan masa lalunya yang tinggal kenangan. Keterpisahan dengan masa lalu merupakan peristiwa kematian yang harus dihidupi untuk bisa terbang melanjutkan kehidupan dalam episode yang lain.<br />Dunia teknologi, sebagaimana digambarkan dalam situs <a href="http://wearesocial.com/it/" target="_blank">we are social</a>. Situasi di Indonesia yang diungkapkan <a href="http://www.slideshare.net/wearesocialsg/digital-in-2016/215" target="_blank">di slide ini </a>membuat saya terhenyak.<br />Ada 259,1 juta jumlah penduduk Indonesia dengan 326,3 juta hp dimiliki di awal januari 2016.<br />88,1 juta adalah pengguna internet aktif.<br />79 juta aktif di media sosial.<br />Lebih kurang 20% ke atas sudah menggunakan hp untuk messenger, video, game, mobile banking dan mobile map service.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Konsentrasi infrastruktur fisik memang masih didominasi pulau Jawa yang menawarkan fasilitas sangat memadai untuk terkoneksi, bila dibandingkan dengan pulau-pulau yang lain di Indonesia. Tapi anda jangan gagal paham! Tantangan yang dihadapi di tempat terpencil pun tidak kalah hebatnya dengan di pulau Jawa. Mengapa? Di sini kita bicara tentang mentalitas, karakter, pola kehidupan, kepribadian... yang menjadi fenomen global perubahan di milenium ketiga ini yang telah menerobos segala hal yang menjadi penghalang komunikasi. Jarak, ruang dan waktu menjadi relatif. Generasi milenium III tidak takut ketika memegang sebuah gadget yang baru dan bisa mengoperasikannya dalam waktu yang singkat, sementara para orang tua takut salah menggunakan sehingga bisa rusak. Generasi ini sudah lihai dengan multi tasking, berkonsep jejaring, bermentalitas take and leave, mengadopsi fungsi-fungsi komputer dan mengintegrasikannya dalam kehidupan, baik sadar maupun tidak sadar. Banyak pengalaman berbicara tentang hal ini...<br />Tantangan besar di hadapi oleh para orang tua dan pendidik generasi digital immigrants. Perubahan karakter, mentalitas, pola berpikir, pola bertindak, pola merasakan sesuatu itu memiliki bentuk yang lain. Nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan digital natives pun bergeser dari yang sebelumnya. Kehidupan sosial beserta karakternya, kepribadian beserta pilihan hidup generasi digital menampilkan bentuk-bentuk yang lain.<br />Demikian juga ketika kita mau berbicara tentang kualitas para pemimpin di masa depan. Bagaimana kalau berbicara tentang kualitas para calon imam? Saudara-saudara, </span><span style="font-family: inherit;">PR besar menanti kita semua.</span></div>
<div style="text-align: right;">
Rm. Alfonsus widhi, sx</div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-2360045812004733182016-03-31T18:35:00.000+02:002016-03-31T18:35:39.822+02:00Makna "Selamat Paskah"<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1d5iRQeCdIHKsXM1MgWui8c021U4L86dM9kNdXXhzyZydT3sgjZkhTNPOU1LNSn6qBsuhXPMaA1zGRBdYJcao4hBF5_KZVrYaCCAH-TakVaahV7bdBmrc-Y-352kO6i84bEBrx8atbDHb/s1600/paska.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1d5iRQeCdIHKsXM1MgWui8c021U4L86dM9kNdXXhzyZydT3sgjZkhTNPOU1LNSn6qBsuhXPMaA1zGRBdYJcao4hBF5_KZVrYaCCAH-TakVaahV7bdBmrc-Y-352kO6i84bEBrx8atbDHb/s320/paska.jpg" width="215" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Malam Paskah di Stasi Kota Batak<br />Peroki St. Paulus Labuh Baru<br />Pekanbaru</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Mengucapkan “selamat
paskah” merupakan sebuah tanda penghargaan iman yang sangat besar. Kepada mereka
yang kita beri salam, ini bukanlah sekedar formalitas, bukan sekedar tanda pengakuan,
bukan saja soal toleransi umat beragama, melainkan sebuah pengharapan. Begitu besarnya
pengharapan yang dimiliki oleh Gereja, maka perayaan paskah pun diperpanjang
hingga saat pentakosta. Kita ingat bahwa dalam masa ini, Gereja menunjukkan
kepada kita berbagai pengalaman para murid yang memperoleh perjumpaan dengan
Yesus Tuhan setelah kematian di kayu salib, dalam berbagai macam situasi hidup
sehari-hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ada pengharapan apa di
balik perayaan yang cukup panjang ini? Mari kita singkap makna ucapan paskah
yang kita berikan kepada saudara/I kita yang merayakannya. Paskah berarti Tuhan
lewat. Ada <u>pengalaman puncak misteri inkarnasi Allah</u> yang menjadi
manusia dan tinggal di tengah-tengah kita. Dia lahir dalam kemiskinan di
Betlehem dan Dia mati dalam kemiskinan di atas kayu salib. Namun kisah
hidup-Nya tidak ditutup dengan kematian dan makam, melainkan dengan kebangkitan-Nya
dan tindak lanjut karya-karya yang dibuat sepanjang hidup-Nya melalui
karya-karya keselamatan yang diteruskan oleh para murid-Nya. Dan diantara
mereka, adalah nama kita masing-masing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Maka, mengucapkan
selamat paskah berarti menyampaikan selamat dan pengharapan bahwa orang yang
kita salam itu memiliki iman seperti Yesus: tidak takut akan pengalaman
kematian. <span lang="IT">Ini disebabkan karena derita dan kematian adalah
pintu menuju kepada Allah. Ini adalah <u>dampak atau konsekwensi dari komitmen</u>
kita untuk menjadi pelayan-pelayan Kerajaan Allah dalam panggilan dan tugas
yang sedang kita hadapi sekarang ini. Meskipun dampak dari kematian itu indah, dan
kita pun akan menyambutnya dalam kebahagiaan karena akan berjumpa dengan
kerinduan kita, namun kehidupan adalah milik Tuhan dan bukan di tangan kita
untuk memutuskan kapan saya harus mati. Saya yakin bahwa masih banyak hal harus
kita perbuat untuk menunjukkan komitmen kita pada panggilan yang sedang kita
jalankan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Lalu, apakah paskah itu
memiliki <u>karakter misioner</u>? </span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;">Saya misionaris dan di sini saya tegaskan,
pengalaman paskah adalah pengalaman dasar untuk bertindak misioner. Dalam paska,
orang mengalami Tuhan. Mengenal Yesus dengan sungguh-sungguh akan membuat kita
mengalami krisis eksistensial. Semua tatanan nilai yang kita miliki bisa
dijungkirbalikkan-Nya. Semua rencana yang sudah kita matangkan, bisa
dirombak-Nya. Mengapa? Karena perjumpaan tulus dan jujur dengan Yesus, akan
menyeret kita untuk merasakan dengan hati, berpikir dengan akal budi dan
bertindak sekuat tenaga sebagaimana yang Yesus pernah lakukan. Dia akan menjadi
model dan inspirasi hidup kita. Yang lainnya adalah sampah! Pengalaman dasar perjumpaan
dengan Yesus inilah yang membakar tiap orang untuk berani pergi dan berkarya,
apapun resikonya, tidak akan pernah mundur!<o:p></o:p></span><br />
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">Saudara/I boleh bertanya pada saya, darimana
kamu tahu semua itu? Jawaban saya sederhana, karena <u>saya pernah mengalami
berjumpa dengan Yesus</u> dalam hidup saya. Dan saya yakin, saudara pun pernah
berjumpa dengan Dia di masa lalu. Mungkin terlambat disadari, tapi pengalaman
itu ada dan terus kembali. Kalau kita memilikinya, di depan kita ada jalan tol.
Berbagai perencanaan hidup ditambah dengan komitmen yang kita miliki, akan
menghasilkan banyak buah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">Namun, apakah ada jaminan bahwa kita akan tetap
berpegang pada komitmen paska kita? <u>Godaan yang dialami Petrus</u> adalah
godaan kita: ketika Petrus menyangkal Yesus tiga kali, dia ditertawakan ayam
jago. Ketika Petrus mau lari dari realitas, dia diteriaki oleh murid yang dikasihi
Yesus dengan mengatakan: “Itu Tuhan”. Nostalgia adalah nostalgia, adalah masa
lalu, menjadi berharga kalau dimaknai, menjadi tidak bermakna, kalaudigunakan
sebagai pelarian dari realitas, dari kesulitan yang sedang kita hadapi saat
ini. Pengalaman dasar saat Allah pertama kali memanggil saya ke tempat ini,
atau saat Dia memanggil saya untuk jalan hidup sekarang ini, adalah sebuah musim
semi kehidupan. Pengalaman itu selalu indah dan memberi inspirasi, memberi
semangat dan memberi patokan orientasi tentang modal jatidiri atau model
kehidupan apa yang ingin saya realisasikan saat ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">Dalam konteks ini, bisa dipahami bahwa untuk
menyeberang dari kapal ke tepi pantai, <u>Petrus perlu berpakaian</u>, meski
itu percuma, toh basah lagi! Laut kerap diidentikkan dengan kematian. Tepi laut
adalah batas dari kematian. Petrus yang berenang dari kapal ke pantai,
merupakan sebuah simbol dari orang yang bergerak dari kematian hidup menuju
kepada kehidupan yang sejati, yakni Yesus Kristus. Dimana kematian itu
berakhir, di situ ada Yesus Kristus. Maka tidak mengherankan bila Petrus perlu
mengenakan yang terbaik untuk berjumpa dengan seseorang yang telah merubah
hidupnya secara radikal, untuk berjumpa dengan masa lalu yang penuh ketidakkonsistenan
dalam hidup, penuh ingkar janji pada relasi dan tidak berkomitmen pada keputusan
untuk mengikuti Yesus. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ekaristi adalah saat-saat
<u>Petrus berjumpa dengan kerahiman Allah</u>. Bila kita ingin menjadi saksi
kebangkitan, kita lah yang harus mengalami kerahiman Allah terlebih dahulu. Tidak
bisa kita memberikan sesuatu kepada orang lain, bila kita sendiri tidak punya
apa-apa untuk diberikan. Maka ucapan selamat paskah bisa merupakan ungkapan
kebahagiaan perjumpaan pribadi kita dengan Kristus, sekaligus merupakan sebuah
pengharapan, agar Yesus Kristus makin dihidupi dan berbuah dalam diri orang
yang kepadanya kita memberi salam.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Testo14" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Semoga, Kualitas Allah yang
saya jumpai dalam doa, makin berbuah dalam kehidupan kita semua setiap hari. </span><o:p></o:p></div>
<div class="Testo14" style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><i>Rm. Alfonsus Widhi, sx</i></span></div>
<div class="Testo14" style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><i>Wisma Xaverian, Cempaka Putih Raya</i></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-77365492952318421302015-02-19T05:48:00.000+01:002015-02-19T05:48:16.556+01:00Materi rekoleksi OMK Matius Penginjil Bintaro (Film)<span style="font-family: inherit;">Jesus Christ, You are my life</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Jadikan hidup Kristus menjadi hidupmu. St. Felisitas dan St. Perpetua sungguh-sungguh yakin dan percaya bahwa di dalam kemartiran, <i>hari ini saya yang menderita, tetapi besok, Yesus lah yang menderita di dalam diri saya. </i> Mereka begitu percaya bahwa menjadi pengikut Kristus berarti menerima kehidupan Yesus di dalam kehidupannya sendiri. Pembatinan pemahaman ini sangat kuat. Bukan soal hidup dan mati, <i>bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan</i>, demikian kata Paulus. Bagi para pengikut Kristus, yang terpenting adalah relasi dengan Yesus Kristus yang adalah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan (Yoh 14:6).</span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/4tlbZO7Js24" width="420"></iframe>
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sacro sindone</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sebuah misteri yang menggugat kecerdasan akal budi. Dunia ilmu pengetahuan dikagetkan dengan penemuan-penemuan mereka di dalam misteri manusia kain kafan. Apakah peristiwa penciptaan alam semesta terulang kembali? Istilah kebangkitan Yesus adalah istilah yang dipergunakan secara religius, tetapi, di dalam dunia ilmu pengetahuan, dipakai istilah lain, yaitu singularity kain kafan. Mengapa? Karena apa yang terjadi di dalam misteri kain kafan itu, merupakan sebuah penciptaan dunia baru. Di sini, kita diajak untuk memahami bagaimana Allah sungguh-sunguh mencintai manusia, hingga memberikan seluruh diri-Nya, baik hidup dan kematian-Nya, agar kita manusia menjadi kudus, sebagaimana Dia adalah kudus adanya.</span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/_voTiCTqv4Q" width="420"></iframe>
</div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span><span style="font-family: inherit;">per Crucem</span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/HOcARSyj35w" width="420"></iframe></div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Nada te turbe</span><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/go1-BoDD7CI" width="420"></iframe>
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit;"><i>Bintaro, 19 Februari 2015</i></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit;"><i>p. Alfonsus Widhi, sx</i></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-40498205513903126692015-01-19T03:50:00.001+01:002015-01-19T03:50:14.760+01:00Keluarga di stasiun kereta..<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpnZkXGqbV_Iek0R5_bEgAV6CjwEt8FuiZ3ALNNFRYk7iCmd_8IzZhzoLRoZKED9EzJJmuN9bGMk84ou2szOiHByuxNjj1NjrvADookEFnIyx34dAnt8398MOLvr8uS3E6PCxgL0l6gKqI/s1600/DSC09811.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpnZkXGqbV_Iek0R5_bEgAV6CjwEt8FuiZ3ALNNFRYk7iCmd_8IzZhzoLRoZKED9EzJJmuN9bGMk84ou2szOiHByuxNjj1NjrvADookEFnIyx34dAnt8398MOLvr8uS3E6PCxgL0l6gKqI/s1600/DSC09811.JPG" height="320" width="216" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Iya.. di sinilah tempat
perhentian dan sementara dimana para penumpang turun, memilih kereta jurusan
yang lain lalu melanjutkan perjalanannya, atau pulang ke rumah, ke kantor atau
tempat lain yang hendak dituju. Bagi yang suka travelling karena pekerjaan atau
sekedar jalan-jalan saja, dunianya akan banyak habis di jalan. Sebuah refleksi
suara hati pun muncul dan bertanya secara spontan, bagaimana memanfaatkan waktu
yang sedikit secara optimal? Bagaimana meningkatkan kualitas setiap perjumpaan
menjadi tidak sekedar urusan bisnis dan pekerjaan, tetapi juga menyentuh
kepribadian?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Stasiun kereta api bagi saya
itu identik dengan sebuah kenangan akan perjumpaan dan perpisahan. Ada kalanya
perlu keberanian kuat, bisa jadi karena agak dipaksakan dari kehendak, untuk
meninggalkan masa lalu dengan banyak kenangan yang beragam dan mulai berani menatap
ke masa depan dengan pengharapan. Banyak situasi dan perasaan hati, tidak
sekedar sentimentalisme belaka, yang mengantar kepergian saya dari satu tempat
ke tempat lain. Apalagi kalau sedang antri di stasiun <i>Metro</i> dan melihat begitu banyak orang berbondong-bondong dan berlomba-lomba
untuk mencapai pintu kereta dalam kebisuan. <span lang="ES">Hanya terdengar derap kaki mereka,
suara mesin karcis otomatis dan sesekali sekelompok orang mengobrol dan
tertawa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Stasiun kereta bisa merupakan
cerminan dari keluarga kita. Mari kita mulai berhenti dan melihat pengalaman keluarga
kita dalam sejarah. Mari kita buka keberanian untuk bertanya kepada wajah yang
ada di depan pikiran kita:<o:p></o:p></span></div>
<div class="Punto1">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">Apakah anda ingat
hari ulang tahun pasangan anda? Atau hari-hari penting dalam kehidupan
keluarga? (bdk. Yer 2:32)</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Apakah masa lalu (ransel) berpengaruh pada kehidupan
berkeluarga kelak? (bdk. Yun 1-4)</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: inherit;">Apakah ada ruang
pengampunan dalam keluarga? Syaratnya apa? </span><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">(Hos 3)</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bagaimana mengefektifkan komunikasi bagi keluarga
karier?</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Apakah dalam keluarga, ada pembagian kekuasaan -
peran, negosiasi dan dialog (Yeh 16 dan 23)?</span></li>
</ul>
<span style="font-family: inherit;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMGkUEsjvFT_7GFy3lHTjq6i6KC-G8KTXYsrHrq9npSRVQuoWzHmVhSONF6TY5RhfPD_nK69qalXxFTgvSpeBHTPUJMKtvQOnlEtNBHaMsXJNWrIOTFe4gdKNHcY4kiWyfWRye5sC8DPKD/s1600/IMG_2868.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMGkUEsjvFT_7GFy3lHTjq6i6KC-G8KTXYsrHrq9npSRVQuoWzHmVhSONF6TY5RhfPD_nK69qalXxFTgvSpeBHTPUJMKtvQOnlEtNBHaMsXJNWrIOTFe4gdKNHcY4kiWyfWRye5sC8DPKD/s1600/IMG_2868.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pertanyaannya masih bisa
dilanjutkan lagi, kalau kereta belum datang…atau kalau stasiun tujuan kita
masih jauh. Silahkan mengunyah ini dalam hati untuk menata situasi kehidupan
keluarga kita. </span><span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Sementara itu, karena kereta saya sudah datang…saya tinggal dulu yak. Kita ketemu
di perjalanan berikutnya dengan refleksi yang baru…siapa tahu, angin membawa
kita untuk ketemu lagi dlam metafora perkawinan dalam kitab Perjanjian Lama.</span></span></div>
</span><br />
<div class="Punto1" style="text-align: right;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><i>P. Alfonsus Widhi</i></span></span></div>
<div class="Punto1">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-68952394828888070902014-11-25T02:48:00.001+01:002014-11-25T02:48:33.860+01:00Kiamat: Melihat awan dari atas<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Apa yang anda dipikirkan tentang kiamat? Pasti gambarannya tidak bakal jauh-jauh dari berbagai macam bencana dan petaka. Yang muncul dalam pikiran adalah bagaimana lari dari bahaya untuk menyelamatkan diri atau justru sebaliknya, menunggu dengan tenang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Film 2012 pun menggambarkan akhir dunia ini sedemikian rupa sehingga setiap manusia harus lari dan terus lari menghindarinya. Sepertinya masih ada ruang dan tempat nun jauh di sana yang bisa aman dan terbebas dari dentuman kiamat ini. Strategi untuk bertahan hidup pun mulai dicari.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pertanyaan tentang kiamat selalu dihidupi tiap generasi. Pengalaman-pengalaman kecil dan sederhana, juga kesulitan hidup yang besar serta beban hidup yang berat..kerap membuat manusia mengalami "sepertinya dunia kiamat" itu dihidupi ketika manusia masih hidup!</span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOKQNAJd1YOtMcEPIudqZMuLxwioriFFS96wQJJQfp3BjLpb4KSG3NtwuImM5FLaWpRPo7u84Wpf1zWnWe9GdqSUEYOUy1LQ02mg1420vdFi6-dGCE9cl6wo_HRinPz-FXIL64NMNSBgUY/s1600/P7290148.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOKQNAJd1YOtMcEPIudqZMuLxwioriFFS96wQJJQfp3BjLpb4KSG3NtwuImM5FLaWpRPo7u84Wpf1zWnWe9GdqSUEYOUy1LQ02mg1420vdFi6-dGCE9cl6wo_HRinPz-FXIL64NMNSBgUY/s1600/P7290148.JPG" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Melihat awan dari atas... <br />menjadi sadar kalau hidup manusia itu terbatas</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Setiap orang harus menghadapi akhir hidupnya masing-masing. Segala kemegahan yang telah dibangun akan ditinggalkannya. Segala kekayaan yang telah ditumpuk, akan ditinggalkannya. Segala kehormatan yang telah diraih, akan ditinggalkannya. Segala pengharapan yang disusun satu persatu dalam iman dan kasih akan Yesus Kristus, tidak akan meninggalkannya. Mengapa? Karena inilah cara manusia untuk memahami sejarah dan makna hidup. Kesusahan hidup, penyakit, kemalangan dan penderitaan yang ditanggung tanpa salib Kristus, akan sia-sia dan mencekik manusia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Apakah dengan datangnya kiamat, seluruh kehidupan manusia menjadi sia-sia? Kitab Wahyu 14,14-19 yang kita renungkan hari ini memberikan sebuah gambaran tentang akhir zaman, seperti Injil Lukas21,5-11. Kalau dikonfrontasikan langsung nubuat ini dengan situasi dunia saat ini... memang sepertinya akhir zaman itu sudah di ambang pintu. TETAPI, jika dibaca secara keseluruhan teks ini, injil tidak menunjukkan waktu persisnya kapan. Mari menyadari bahwa bagi orang katolik, akhir zaman atau kiamat bukanlah sebuah bencana yang menakutkan, melainkan sebuah penantian yang membahagiakan. Bukankah selama ini kita berdoa: Datanglah Kerajaan-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga? Bukankah selama ini kita berdoa kepada Allah agar menciptakan damai dan menegakkan keadilan? Bukankah dalam setiap kesulitan, kita berdoa mohon penyertaan Allah. Jika semua permohonan kita itu terkabul, bukankah justru membuat kita bahagia? Janji yang diberikan oleh Yesus adalah sebuah kepastian, karena Dia sendiri sudah mengalaminya dan sudah menyediakan tempat bagi kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Injil tidak menggerogoti ketajaman intelektualitas manusia, tetapi menginspirasinya untuk mencintai Kebenaran, yang menuntut kesanggupan manusia untuk bertindak selaras dengan Injil dan menghidupinya dengan berani. Seseorang yang menaklukkan diri untuk membaca Injil, kehidupannya akan tertransformasi, intelektualitas imannya akan makin tajam, kejelian untuk membedakan Kebenaran dari kepalsuan dan kebenaran semu akan menjadi seperti pedang bermata dua yang amat tajam.</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit;">P. Alfonsus Widhi, sx</span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-41199146941885574442014-10-01T04:59:00.001+02:002014-10-01T05:18:29.254+02:00Paus Fransiskus: Dayunglah, hendaklah kamu kuat, bahkan dengan angin sakal! <div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white;"><iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="//www.youtube.com/embed/Hq9LLWcf6dA" width="460"></iframe><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 15pt;">
<br /></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><i><span lang="IT">I</span><span lang="IT">ni adalah renungan Bapa Paus Fransiskus
bagi para Yesuit dalam perayaan vesper di Chiesa del Gesu'. </span>Sebuah refleksi yang sangat
mendalam berkaitan dengan perayaan 200 tahun pendirian kembali Serikat Yesus.
Menarik bagi saya ketika membaca <span lang="IT"><a href="http://w2.vatican.va/content/francesco/it/speeches/2014/september/documents/papa-francesco_20140927_vespri-bicentenario-ricostituzione-gesuiti.html"><span lang="EN-US" style="color: blue; mso-ansi-language: EN-US;">teks secara keseluruhan</span></a></span>, Bapa paus mengambil
inspirasi tentang: panggilan Serikat, discernment, perutusan dan
pelayanan. </i></span><br />
<i><span lang="IT"><span style="font-family: inherit;"></span></span></i><br /><i><span lang="IT"><span style="font-family: inherit;"></span></span></i>
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">Saudara-saudara
dan para sahabat yang terkasih dalam Tuhan,</span></span><br />
<i><span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">....</span></span></i><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGchFg1cFgwbIZSEIDPPvx_pcau6oX_O8i1mNUn_zkXArbvJnH9iQFV140tzZTpemQ2fRXN8lUXfQeqdTntG_r0Wx2sxqxEeQXj-WZVZJf7d1-pw2UF0lRTYu7ji_nCZAFssl0-_jSqO35/s1600/sx.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGchFg1cFgwbIZSEIDPPvx_pcau6oX_O8i1mNUn_zkXArbvJnH9iQFV140tzZTpemQ2fRXN8lUXfQeqdTntG_r0Wx2sxqxEeQXj-WZVZJf7d1-pw2UF0lRTYu7ji_nCZAFssl0-_jSqO35/s1600/sx.jpg" height="200" width="133" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kapel St. Fransiskus Xaverius, <br />dengan reliqui tangan kanannya<br />di Gereja del Gesu' - Roma</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: inherit;">Dalam masa-masa sulit dan pencobaan, selalu muncul
awan keragu-raguanan dan penderitaan. Tidak mudah melangkah maju untuk
melanjutkan perjalanan. Ada begitu banyak godaan, terutama di masa-masa sulit
dan krisis, untuk berhenti dan mendiskusikan ide-ide, membiarkan diri dikuasai
oleh kesedihan, memusatkan perhatian pada kondisi yang teraniaya dan tidak
melihat cakrawala yang lain. Membaca surat Rm. Ricci, saya tersentuh oleh satu
hal: kemampuannya untuk tidak membiarkan diri masuk ke dalam pencobaan ini dan mengusulkan
kepada para Yesuit di saat-saat yang sulit ini, suatu cakrawala pandang yang menjadikannya
lebih berakar lagi dalam spiritualitas Serikat.</span></div>
</div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Romo Jendral Yesuit, Rm.
Ricci, yang menulis surat kepada para Yesuit, sambil melihat awan menebal di
cakrawala, meneguhkan para anggotanya dalam membangun semangat memiliki pada keanggotaan
Serikat dan pada perutusannya. Begitulah dia melakukan discernment dalam
situasi keragu-raguan dan kekacauan. Dia tidak membuang waktu untuk
mendiskusikan ide-ide dan mengeluh, tapi bertanggung jawab atas panggilan dari Serikat.
<span lang="IT">Dia harus menjaganya, dan menjaga tanggung jawab itu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;">Dan sikap inilah yang
membawa para Yesuit mengalami kematian dan kebangkitan Tuhan. Di hadapan resiko
kehilangan segala-galanya, bahkan identitas publik mereka, mereka sendiri tidak
melakukan perlawanan terhadap kehendak Allah, tidak berlama-lama dalm konflik
sambil mencari keselamatan sendiri. Serikat, <i>ini bagus sekali</i>, telah mengalami konflik sampai ke dasarnya, tanpa
mengurangi itu sedikitpun. <span lang="IT">Serikat telah mengalami penghinaan
bersama Kristus yang direndahkan, tetapi dia taat. Serikat tidak menyelamatkan
diri dari konflik dengan kelicikan dan siasat untuk melawan. Dalam kebingungan
dan pengalaman penghinaan, Serikat lebih memilih melakukan discernment tentang kehendak
Allah, tanpa mencari satu jalan keluar dari konflik yang nampaknya tenang
menghanyutkan. Atau setidaknya dencan cara elegan: Serikat tidak melakukannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">Ketenangan semu tidak pernah memuaskan hati kita, tetapi
kedamaian sejati adalah anugerah Allah. Jangan pernah mencari
"kompromi" yang mudah atau mempraktekkan <i>irenisme</i> gampangan. Hanya discerrment yang menyelamatkan kita dari
keterpisahan jatidiri, dari kemiskinan hati, yang adalah sikap egois, sikap keduniawian,
hilangnya cakrawala dan harapan kita dari Yesus dan hanya Yesus saja. Demikianlah
Rm. Ricci dan Serikat lebih memilih sejarah daripada sebuah <i>cerita abu-</i>abu, dengan mengetahui bahwa cinta
lah yang akan menghakimi sejarah, dan bahwa harapan lah, meski dalam kegelapan,
yang lebih besar dari keinginan-hasrat kita.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Discernment harus
dilakukan dengan niat yang tulus, dengan cakrawala sederhana. Untuk itulah, di saat-saat kebimbangan
dan kekacauan ini, Rm. Ricci berbicara tentang dosa-dosa para Yesuit. Nampaknya
dia membuat publikasi senjata makan tuan! Dia tidak membela diri, sambil merasa
menjadi bagian korban sejarah, tetapi mengakui bahwa dirinya adalah orang
berdosa. Mengakui diri sebagai orang berdosa, sebagai sungguh-sungguh orang
berdosa, berarti menempatkan sikap yang tepat untuk menerima penghiburan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">….<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"><span style="font-family: inherit;">Allah itu berbelas kasih. Allah bermahkotakan
belas kasih. Allah mengasihi kita dan menyelamatkan kita. Kerapkali, perjalanan
yang menuntun pada kehidupan itu sempit dan susah, tetapi pencobaan yang
dihidupi dalam terang belas kasih Allah, akan memurnikan kita seperti api, menghiburkita
dengan banyak penghiburan dan mengobarkan hati kita, sambil menariknya dalam doa.
Para Yesuit saudara-saudara kita, dalam penderitaan dan tekanan, mereka teguh
dalam semangat dan dalam pelayanan kepada Allah, bersukacita dalam pengharapan,
tekun dalam kesusahan, setia dalam doa (lih Rom 12:13). Inilah yang memberikan
kemuliaan pada Serikat, tapi yang pasti bukan memuji jasa-jasanya. Demikianlah akan
selalu terjadi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IT">Bahkan perahu Petrus hari ini pun bisa mengalami
hal serupa. </span>Malam dan kuasa
kegelapan selalu mendekat. Sulit untuk mendayung. Para Yesuit harus menjadi <i>pendayung yang berani dan berpengalaman</i> (Pius
VII, <i>Sollecitudo omnium Ecclesiarum</i>):
Dayunglah! Dayunglah, hendaklah kamu kuat, bahkan dengan angin sakal! Marilah kita
mendayung untuk melayani Gereja. Marilah kita mendayung bersama-sama! Tetapi,
sementara kita mendayung, semua mendayung, juga Bapa Paus mendayung di dalam
perahu Petrus, kita harus berdoa banyak <i>Tuhan
selamatkanlah kami! Tuhan selamatkanlah umat-Mu!</i> <span lang="IT">Allah
akan menyelamatkan kita, meski kita pendosa dan kurang beriman. Mari berharap
dalam Tuhan</span>! Berharaplah selalu
dalam Tuhan!<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">….</span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-31723137947344625872014-09-26T08:59:00.000+02:002014-09-26T08:59:08.091+02:00Menyambut Sinode Para Uskup 2014 tentang keluarga<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Bagimana kabarnya katekese keluarga? Ini berkaitan dengan pewarisan iman. Pewartaan, perbuatan dan
kesaksian iman merupakan tiga aspek yang terwujudnya katekese iman. Pewartaan
lahir dari pengalaman iman, perbuatan mengevaluasi kata-kata dan kesaksian iman
meneguhkan apa yang diimani dan dihidupi. Keluarga merupakan tempat dimana
anak-anak menimba iman dari orang tua. Pewarisan iman dalam keluarga ini kemudian dilanjutkan dengan pendampingan dari
paroki yang menyediakan kursus-kursus untuk pemantapan iman. Setelah
menyelesaikan masa katekumenat, katekese umat dilanjutkan dengan katekese
persiapan komuni pertama, katekese persiapan penerimaan sakramen penguatan,
kursus persiapan perkawinan, hingga kembali lagi ke katekese bagi orang tua
yang anaknya akan dipermandikan. Di dalam rentang ini, ditemukan juga berbagai
tawaran untuk memperdalam iman seperti aneka kegiatan pertemuan lingkungan,
BKSN, bulan Maria, bulan Rosario, kursus pendalaman Kitab Suci, dst. <o:p></o:p></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht-rfY8i3CJYb7U2Qgc48nvgE-pToJmvLaN-9yDMl_JcKhcLe7M18x9LP6RySKW4C3DOFXuuDyK2xHNUfB2G-PFkIl0sDPtf0XTbBYjVAPEvfu1mFUJYLLBqho5hDJmmZ-Wu7y70qUDPzh/s1600/2014-09-14+06.16.20.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht-rfY8i3CJYb7U2Qgc48nvgE-pToJmvLaN-9yDMl_JcKhcLe7M18x9LP6RySKW4C3DOFXuuDyK2xHNUfB2G-PFkIl0sDPtf0XTbBYjVAPEvfu1mFUJYLLBqho5hDJmmZ-Wu7y70qUDPzh/s1600/2014-09-14+06.16.20.jpg" height="300" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Letakkanlah sebatang kayu kecil untuk menenangkan air yang bergelombang<br />letakkanlah salib Kristus untuk menenangkan badai dalam hidup</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Instrumentum laboris (Dokumen kerja) Sinode para uskup sedunia tentang keluarga, yang
memuat jawaban-jawaban dari konferensi-konferensi wali gereja di seluruh dunia,
menggambarkan situasi global katekese keluarga demikian:<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">(51.) Ada berbagai banyak jawaban yang serupa dari berbagai
benua berkaitan dengan persiapan perkawinan. Kami menemukan banyak sekali
kursus-kursus di paroki atau di seminari, retret doa untuk pasangan, yang
melibatkan baik imam dan volunteer, pasutri yang matang dalam pengalaman hidup
berkeluarga sebagai pemrakarsa. Dalam kursus-kursus persiapan perkawinan ini,
beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah: relasi pasangan, kesadaran dan
kebebasan dalam pilihan, pengenalan tugas-tugas sebagai pribadi, sebagai
anggota masyarakat dan sebagai umat beriman, pengulangan katekese inisiasi
dengan memberi perhatian secara khusus pada sakramen perkawinan serta mendorong
keterlibatan pasangan pada kehidupan menggereja di lingkungan dan di masyarakat<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;">(52) Beberapa jawaban dari
konferensi para uskup juga menggarisbawahi kurang perhatian para calon
pengantin pada kursus persiapan perkawinan. Untuk menghindari hal ini, coba
digerakkan berbagai macam bentuk katekese yang berbeda: untuk kaum muda sebelum
berpacaran, untuk orang tua dari kaum muda yang sedang berpacaran, bagi pasutri
yang sudah menikah, untuk mereka yang terpisah, untuk persiapan pembaptisan,
untuk mengenal dokumen-dokumen Gereja tentang perkawinan. Di beberapa negera,
ada kursus persiapan perkawinan yang serius, yang memberi penekanan pada peran
kaum perempuan. Hal ini ditangkap agak berbeda terutama di daerah dimana
sekularisasi dirasa sangat kuat, dimana ditengarai ada jarak antara para calon
pasangan dengan ajaran Gereja. Kursus-kursus yang panjang dan menjemukan mulai
dihindari.<o:p></o:p></span><br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">(53) Beberapa Konferensi
Uskup mengeluh sering terjadi bahwa calon pengantin baru, kerap muncul di
paroki pada menit terakhir, dengan telah menetapkan tanggal pernikahan, bahkan
ketika pasangan memiliki beberapa aspek yang membutuhkan perhatian khusus,
seperti dalam kasus <i>disparitas kultus</i>
(antara orang yang dibaptis dan tidak dibaptis ) atau karena formasi katekese
iman kristiani yang miskin. Konferensi wali Gereja dari belahan dunia yang lain
mengingatkan juga bagaimana perjalanan menuju persiapan Sakramen Perkawinan
telah mulai membaik dalam beberapa dekade terakhir, sembari makin berupaya
untuk mentransformasi "program-program kursus yang tidak berrelasi satu
sama lain" menjadi sebuah "program berkesinambungan", dengan melibatkan para imam dan pasutri.
Perlu dicatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, isi program
kursus-kursus perkawinan telah mengalami perubahan substansial: dari program
hanya berorientasi sakramen, menuju program berkarakter pewartaan iman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">(54) Ditemukan juga
beberapa insiatif yang sangat baik di beberapa belahan dunia: komunitas baru
yang mendorong retret, perjumpaan pribadi, kelompok doa, refleksi dan sharing,
peziarahan, festival, kongres nasional dan internasional tentang keluarga.
Namun, kerap dipahami program ini sebagai sebuah usulan wajib, daripada sebuah
kemungkinan pertumbuhan dimana seseorang bisa bebas untuk bergabung. Saat
penting lain adalah wawancara persiapan perkawinan dengan pastor paroki. Ini
adalah saat penting bagi semua pasangan. Seringkali dikeluhkan bahwa hal ini
tidak cukup dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk berdiskusi lebih dalam, dan
terjebak pada formalitas belaka.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">(55) Banyak jawaban dari Konferensi Wali Gereja juga di tempat
lain menyatakan bahwa program kursus yang ditawarkan, berusaha untuk
memperkenalkan topik baru seperti kemampuan untuk mendengarkan pasangan,
kehidupan seksualitas serta metode penyelesaian konflik perkawinan. Dalam
beberapa konteks, yang ditandai dengan tradisi budaya maskulinisme, disinyalir
beberapa sikap yang kurang memberi rasa hormat terhadap perempuan, sehingga
maka latihan dari suami-istri tidak sesuai dengan timbal balik antara
orang-orang martabat yang sama.</span><o:p></o:p></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-4994929058019876052014-09-25T11:33:00.002+02:002014-09-25T12:41:52.663+02:00io Credo?magari... scrivere questo è inutile. Però, visto che questo video è girato pubblicamente e hanno fatto confusione tra i ragazzi, allora cercavo di scrivere qualche riga.<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="//www.youtube.com/embed/uWD766Zx2lg" width="420"></iframe><br /></div>
<br />
<br />
<div class="PuntoNumero" style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><b style="font-family: inherit;">La
religione</b><span style="font-family: inherit;"> è composta</span><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit;">fondamentalmente
dalla comunità dei credenti, dalla dottrina e dal culto.</span><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit;">Questo serve per organizzare meglio tutti
elementi che la compongono. È come un’organizzazione naturale operata da uomo e
donna come te e come me. Abbiamo la capacità per farci santi o </span><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit;">peccatori. Questo dipende dalla nostra
maturità nel gestire la libertà, il sinonimo della responsabilità. In un
periodo, una religione ben organizzata può dare un contributo molto positivo
alla società, viz. A volte, la cosa peggiore della società può arrivare proprio
dal conflitto all’interno della religione! Ma non dimentichiamo che la qualità
della scuola (dove sta la formazione umana), lo stile della formazIone e la
società in cui la persona si è inserita, attribuiscono qualcosa alla religione.
Magari, prima che qualcuno abbracci una religione, sarebbe meglio che abbia la
maturità personale, attinta dalla famiglia.</span></li>
<li><b style="font-family: inherit;">Dio</b><span style="font-family: inherit;">
non è una legenda del passato. Quando parliamo dei nostri cari defunti, questi
fanno parte della nostra storia </span><i style="font-family: inherit;">nel
passato</i><span style="font-family: inherit;"> o la favola soltanto che abbiamo dei dubbi sulla loro
storicità?</span><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit;">Erano insieme con noi oppure
la loro presenza era un’apparenza sotto la pelle? Qui si tratta della nostra
capacità per intendere la realità concreta. La storia di Gesù fa parte della
nostra storia. Oltre nel racconto del Vangelo, la possiamo trovare anche nel
manoscritto dei romani. Visto che voi siete bravi a leggere wikipedia, allora
vi do’ </span><a href="http://it.wikipedia.org/wiki/Fonti_storiche_non_cristiane_su_Ges%C3%B9" style="font-family: inherit;"><span style="color: windowtext;">questo indirizzo</span></a><span style="font-family: inherit;"> per leggere un articolo
sulla storicità di Gesù nostro Signore. In breve, nel Talmud Babilonia, negli
scritti di Giuseppe Flavio, quelli di Giustino di Nablus ecc. Basta comprendere
ciò che abbiamo letto, ci fa capire la storicità di un Dio fatto uomo che abita
in mezzo a noi.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;"><a name='more'></a>I </span><b style="font-family: inherit;">dieci
commandamenti</b><span style="font-family: inherit;">? Avvolte, si legge questi divieti come una catena che lega la
nostra libertà, come proibizioni o come ciò che non dobbiamo fare Dove sta la
libertà? Questa ci viene data dal di fuori oppure dal di dentro? I genitori che
lavorano tutto il giorno per il bene della famiglia, per mantenere la scuola
dei loro figli, per il pane quotidiano, per pagare la tassa ... fanno tutto
questo liberamente o sono costretti di farlo? Bisogna leggere e interpretare
bene, dove sta la libertà dell’uomo. Il centro del decalogo sta nell’ultimo
commandamento: il cuore. Il decalogo </span><span style="font-family: inherit;">parla
del cuore e del desiderio dell’uomo. Il cuore è il motore che fa scattare le
azioni.</span><span style="font-family: inherit;"> Qui c’è la sede della sapienza, in cui la maturità dell’uomo si
mette in gioco. Ciò vuol dire che il decalogo è il comandamento della libertà
del cuore. Dove sta il tuo cuore, lì sta anche il tuo tesoro. Ricordiamoci che
davanti a noi, c’è uno spazio creativo ampissimo. Possiamo fare tutto, tranne
questi soltanto! La legge è un cammino di vita e di libertà. Se avessimo tutti
la maturità sufficiente per regolare la vita, credo che non dovremmo scrivere
tanto la legge. La legge è una pedagogia. Una via negativa per raggiungere il
risultato positivo in cui Il bene supera tutta l’immagine.</span></li>
<li><b style="font-family: inherit;">I soldi e
la religione</b><span style="font-family: inherit;">. Qui si mescola la grandezza del progetto di Dio e la
fragilità della struttura gerarchica della Chiesa. Il nostro tesoro abita nella
nostra fragilità umana, nel vaso di creta. Noi andiamo al ristorante, non è
soltanto per prendere qualcosa da mangiare, ma anche per trovare un posto
comodo per stare insieme, per vivere l’atmosfera che ci attira per aprirsi verso
l’altro e per vivere l’ambiente in cui possiamo condividere la nostra vita, la
gioa e la fatica del vivere il quotidiano. Può darsi che la pizza che abbiamo
preso è buonissima, ma se l’ambiente non mi sopporta, forse fa troppo freddo,
fa caldo, c’è troppo vento... allora, quella pizza non ha sapore, viz. Così
nella storia, abbiamo notato vari scandali all’interno della Chiesa. Questi hanno
ferito il tesoro che la Chiesa offre al mondo. Purtroppo, questi ci portano
alla confusione e al dubbio circa il valore del preziosissimo tesoro, che la
Chiesa ci offre. Ricordiamoci che la Chiesa è vastissima. L’immagine della
Chiesa non si trova soltanto in Europa. Sono anche l’aiutante in una parrocchia
saveriana a Jakarta. Qui vedo la Chiesa è vissuta come una grande famiglia.
Perciò, abbiamo anche il resoconto economico molto preciso in cui le spese
della parrocchia, la colletta della domenica o altri giorni durante la messa,
gli stipendi del prete o le donazioni dei parrocchiani sono evidenziati.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">L’immagine di Dio secondo questo uomo (autore
del video), fa parte dell’antico testamento. Egli vive molto la teologia
protestante, in cui Dio è la polizia che mi porta in carcere quando sbaglio, è
un nonno che mi dà sempre quello che voglio. Proviamo ad approfondire l’immagine
di Dio secondo il nostro papa. Dio è misericordioso. I peccati fanno parte del
nostro passato. Il nostro Signore sa che la nostra fragilità umana ci attira
sempre a peccare. Ma noi dobbiamo anche capire, che il Signore ha perdonato i
nostri peccati e ci invita a vivere una nuova vita insieme con lui. Abbiamo il
futuro che possiamo intrecciare con Gesù. Accostiamoci al sacramento della
riconciliazione.</span><span style="font-family: inherit; text-indent: 0cm;">Il problema forse sta
nel nostro atteggiamento: riusciamo a vivere riconciliati con Dio e con noi stessi?
Siamo sicuri della misericordia di Dio e possiamo sperimentarla sulla nostra
propria pelle? Se facessimo fatica a viverla, sarebbe difficile per noi,
perdonare se stessi. Questa difficoltà potrebbe ricondurci all’immagine di Dio
non evangelico.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">Egli ha parlato del sole, come un suo dio e una
sua religione? Questa è la religione dei romani o la filosofia antica, prima
del cristianesimo. Ecco perchè è nato il natale, che cerca di assomigliare
l’immagine di Dio come il sole. Gesù utilizza anche questa immagine per
descrivere la misericordia di Dio. Ai buoni ed ai cattivi, il sole risplende
per tutti senza distinguere la loro situazione morale, che sono santi o
peccatori. Il sole è la natura, che vive sotto la legge naturale. È una materia
che diamo il significato, a partire della nostra riflessione. Il sole, in se
stesso, non ci dà una spiegazione sul significato della storia, del male, della
vita dopo la morte, della storia della salvezza, del nostro destino ecc. Anzi,
gli insegnamenti che abbiamo ricevuto da Gesù, li applichiamo al sole! Allora,
è impossibile avere il sole come il salvatore, a cui dobbiamo dare il culto.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">Pregare non è soltanto chiedere qualcosa per il
merito nostro. Prima di tutto è vivere la nostra vocazione: stare insieme con
Gesù. Quando Gesù ha scelto i 12, ci sono tre cose da ricordare: lo stare
insieme con Gesù, annunciare il vangelo e cacciare i demoni. La preghiera è un
modo per stare più vicino con Lui e ascoltarLo. Dacci oggi il nostro pane
quotidiano... è uno delle domande del Padre nostro. Quel pane è Gesù stesso.
Domandare il pane significa, chiediamo al Padre, il dono della sapienza, come
Colui che ci ha donato la vita. Gli occhi per vedere, il cuore per amare, le
mani per lavorare come Egli ha dato tutta la sua vita per noi. Finiamola di
avere la preghiera come un contratto da mercato. Costruiamo un atteggiamento
per quanto riguarda il tempo: lo viviamo per noi stessi oppure per il Signore?
La preghiera non è altro che stare insieme con il Signore e condividere il
pane.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">La provvidenza divina: cosa significa? Dio ha
creato il mondo, ha preparato un progetto poi il mondo va avanti come l’uomo
che fabbrica una macchina? Ricordiamo che ciascuno di noi ha la libertà. Siamo
liberi per accogliere il bene o il male. La libertà è l’unica cosa dentro di
noi che Dio non </span><s style="font-family: inherit;">la </s><span style="font-family: inherit;">tocca. Quando riceviamo la comunione, il nostro
Signore è nelle nostre mani. Possiamo fare tutto quello che vogliamo: adorarlo
e disprezzarlo in vari modi. Siamo tutti liberi con la libertà dei figli di
Dio. Ma non dimentichiamo che il sinonimo della libertà è la responsabilità.
Qui c’è il carattere che distingue un bambino e un adulto, un dipendente e un
uomo libero. Se non possiamo distinguere e riconoscere bene, allora non siamo
maturi. Non abbiamo ancora la capacità per distinguere tra il bene</span><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit;">e il male, l’apparenza e la verità. Ai
bambini vanno date le istruzioni e le regole su come vivere bene. Se vi sentite
come l’uomo maturo, comportatevi da uomo libero e responsabile.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">Dio non esiste? Un giorno, una maestra ha detto:
</span><i style="font-family: inherit;">chiedete con gli occhi chiusi al vostro
signore una scatola di bon-bon</i><span style="font-family: inherit;">. Dopo aver aspettato per cinque minuti, i
ragazzi non hanno ricevuto niente nelle loro mani. Allora la maestra risponde: </span><i style="font-family: inherit;">Dio non esiste, perchè non può dare quello
che avete chiesto. Adesso, chiudete gli occhi e pregate al vostro insegnante di
chiederlo.</i><span style="font-family: inherit;"> Aspetando cinque minuti, la maestra gli dà a tutti una scat</span><s style="font-family: inherit;">t</s><span style="font-family: inherit;">ola.
Poi continua: </span><i style="font-family: inherit;">Dio esiste o no?</i><span style="font-family: inherit;"> La
domanda è, bisogna credere più a Dio o all’insegnante? Qui si trova la trappola
molto larga quando cerchiamo di inquadrare Dio nelle cose tangibili. Un filmato
intitolato: </span><a href="https://www.youtube.com/watch?v=JaojRzhN0Ts&ytsession=qcccR4PTo-I4Gg0ggi_8A44Qpp1AIjVDQMrehA2viiLdV5vgQlaRoZPwWaE2gC35ammH8kMo7N-0yISj7t-h-U1kE8YqgK19Gk4BhnLA2jFQAHhYJ_MENX3qHnAkb2K4pfJs4ruwqeIcI2xMldmiQPp2fUalCKh1YjrQSAOynBKryk4_paHXN0WbaQO5TajvujvkOaq2ea9pcgCVtti2ZngvhReUoPG-HsbA6rx4guhqhB5zFfw038sNNJUV2lzdwpsgMsWrruvz_CfUqJqZpJs45qcF4nh5DKoTR7pcStTDVnbNQyqaVzHv6t7Z_vFxiL6wlzM5wYs" style="font-family: inherit;"><span style="color: windowtext;">se dio esiste, da dove viene il male?</span></a><span style="font-family: inherit;"> Mi
ispira a capire l’assenza dell’amore di Dio in noi è la sorgente del male che
uccide il nostro prossimo, noi stessi e il nostro Signore.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">Prima di diventare cristiano, o di avere per sè
qualsiasi religione, bisogna avere la maturità personale.</span> </li>
</ol>
<!--[if !supportLists]--><br />
<br />
<div class="PuntoNumero" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<br />
...<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-23308172104530311862014-09-25T11:22:00.004+02:002014-09-27T11:19:22.666+02:00PIKAT V: Penyegaran Iman Katolik<div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">PIKAT adalah sebuah kegiatan katekese umat yang diberikan oleh Paroki St. Matius Penginjil dan Santa Maria Regina Bintaro. Kegiatan ini berangkat dari sebuah kehausan umat akan adanya katekese berkelanjutan. Banyak orang merasa tidak cukup beriman hanya dengan mengikuti perayaan ekaristi mingguan dan harian. Maka dirasa mendesak untuk membuat sebuah pembelajaran bersama tentang ajaran-ajaran Gereja. </span></span></div>
<div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Selama kursus PIKAT I hingga IV, tema-tema yang disodorkan berkaitan dengan aspek pemberdayaan umat. Mulai dari belajar tentang teknik repat, seni komunikasi, pengetahuan dasar tentang devosi, liturgi, sakramen, magisterium... hingga pikat yang lalu, secara khusus kita berbicara tentang CREDO dlam 23 pertemuan.</span></span></div>
<div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Kali ini, bertepatan dengan Sinode para uskup tentang keluarga dan juga berbagai situasi kehidupan keluarga yang ada di Jakarta, kursus Penyegaran Iman Katolik mulai membumi dengan mengikuti arus zaman dan situasi yang sedang menjadi keprihatinan dari Bapak Paus Fransiskus. Tema sakramen perkawinan menjadi topik utama. </span></span></div>
<div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Berikut gambaran sekilas tentang seluk beluk Penyegaran Iman Katolik (PIKAT V) tentang keluarga.</span></span></div>
<div class="MsoSubtitle">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoSubtitle">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><b>Latar Belakang</b><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Punto1">
</div>
<ul>
<li><span lang="ES" style="font-family: inherit;">Sinode para uskup sedunia pada bulan
Oktober bertemakan <i>Tantangan-tantangan
pastoral tentang keluarga dalam konteks pewartaan</i></span></li>
<li><span lang="ES" style="font-family: inherit;">Instrumentum laboris dokumen sinode para
uskup tersebut menuliskan tiga keprihatinan tantangan pastoral keluarga: krisis
iman dalam relasi dengan keluarga, tantangan internal dan eksternal berkaitan
dengan realitas keluarga, beberapa situasi sulit terkait dengan budaya
individualisme dan ketidakpercayaan pada kestabilan relasi.</span></li>
<li><span lang="ES" style="font-family: inherit;">Rentannya kehidupan berkeluarga berangkat
dari krisis iman, mulai dirasakan dalam konteks kehidupan berkeluarga di
Jakarta</span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoSubtitle">
<span style="font-family: inherit;"><b>Visi</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="Punto1">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: inherit;">PIKAT
menjadi sarana </span><i style="font-family: inherit;">katekese iman yang
kontekstual</i><span style="font-family: inherit;"> bagi para pelayan Gereja dan seluruh umat Allah di paroki.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit;">PIKAT
memperbaharui kesetiaan kita kepada Kristus dan Gereja-Nya, </span><i style="font-family: inherit;">berangkat dari konteks kehidupan berkeluarga</i><span style="font-family: inherit;">.</span></li>
<li><i style="font-family: inherit;">Keluarga sebagai Gereja Kecil</i><span style="font-family: inherit;">, adalah
tempat persemaian benih-benih kedewasaan manusiawi yang diperlukan untuk
mencapai iman yang dewasa.</span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<div class="MsoSubtitle">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><b>Misi</b><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Punto1">
</div>
<ul>
<li><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">Dengan pendekatan historis, biblis,
teologis, spiritual dan berdasarkan pada magisterium Gereja, PIKAT V hendak
memperkenalkan dan memperdalam Sakramen Perkawinan yang memberikan dasar-dasar
hidup perkawinan katolik.</span></li>
<li><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">Dengan mengacu pada ajaran Gereja,
PIKAT V hendak menyikapi tantangan aktual kehidupan berkeluarga yang sedang
dihadapi dalam milenium ini.</span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<div class="MsoSubtitle">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><b>Sasaran</b><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Punto1">
</div>
<ul>
<li><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">Seluruh umat yang ingin mendalami kembali
dasar-dasar ajaran Gereja Katolik serta orang-orang muda agar tidak
meninggalkan imannya akan Yesus Kristus</span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<div class="MsoSubtitle">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><b>Sumber dan Inspirasi Pengajaran<o:p></o:p></b></span></span></div>
<div class="Punto1">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: inherit;">Kitab
Suci dan Tradisi Suci</span></li>
<li><span style="font-family: inherit; line-height: 115%;">Magisterium
Gereja (Dokumen Konsili Vatikan II, Ensiklik, Diskursus, Anjuran Apostolik,
Surat-surat, Pesan dan secara khusus
Instrumentum Laboris Sinode para Uskup 2014 tentang </span><i style="font-family: inherit; line-height: 115%;">Tantangan-tantangan pastoral tentang keluarga dalam konteks pewartaan</i><span style="font-family: inherit; line-height: 115%;">).</span></li>
</ul>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYikYbu9vdkG6y6zUN6IqypryYiY8iPOhtTZbe5RPSvJaHh5L7-uq93GjCLu4Ac23IBBMEzObBLU_ZT9r-aQuRU1Tqto0-aH_9Atn-L_hr73vBOI4AOqpyOwGbuhUywqIh4hMOBw3ZhyphenhyphenB5/s1600/Jadwal+PIKAT+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYikYbu9vdkG6y6zUN6IqypryYiY8iPOhtTZbe5RPSvJaHh5L7-uq93GjCLu4Ac23IBBMEzObBLU_ZT9r-aQuRU1Tqto0-aH_9Atn-L_hr73vBOI4AOqpyOwGbuhUywqIh4hMOBw3ZhyphenhyphenB5/s1600/Jadwal+PIKAT+5.jpg" height="300" width="400" /></a></div>
<br />
Mari kita belajar sedikit untuk mempertanggungjawabkan iman katolik kita dengan baik.<br />
Salam.<br />
<div class="Punto1">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype
id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t"
path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style='width:526.2pt;
height:567pt' o:ole="">
<v:imagedata src="file:///C:\Users\ALFONS~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.emz"
o:title=""/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OLEObject Type="Embed" ProgID="PowerPoint.Slide.12" ShapeID="_x0000_i1025"
DrawAspect="Content" ObjectID="_1473166545">
</o:OLEObject>
</xml><![endif]--></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-45654241751187726632014-09-25T10:00:00.004+02:002014-09-25T10:10:44.109+02:00Menikah = SInkronisasi jam tangan (5)<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;">Sebelumnya, <a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-4.html" target="_blank">Negosiasi dan dialog dalam keluarga bukanlah sebuah kegiatanteknis atau sebuah kesepakatan semata, melainkan ingin menggarisbawahi danmenjaga ruang privat dan ruang berbagi dalam keluarga...</a></span></i></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b>5) Dari hidup bersama
menuju bersama-sama menghidupi keluarga</b>. Perasaan cinta pada pasangan kerap
menjadi alasan mengapa seseorang memutuskan untuk mengkekalkan cinta itu dalam
ikatan janji perkawinan. <span lang="ES">Tetapi,
ikatan janji perkawinan tidak boleh dibingungkan dengan perasaan spontan
mencintai pasangan. Ikatan janji bersifat tetap, sedangkan perasaan seseorang
pada pasangan itu bersifat dinamis. Perasaan cinta itu kadang bernyala-nyala
seperti api yang membara, kadang juga dingin seperti es dan menjadi seperti orang asing di rumah
sendiri.<o:p></o:p></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibY0jaog6SLrDMbo-ageRCoP0g1lFYthNW2oCd8mGxNgG1-ZW-aKfYq4BeeJEU8lNbsz6yLVRM333_ZXFGP9gEPsj1YlFzKAphKVuiJog8oz6crlXqpW6TazSSy0p8aQPLbCl0We3PJgXW/s1600/2014-04-13+07.21.42.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibY0jaog6SLrDMbo-ageRCoP0g1lFYthNW2oCd8mGxNgG1-ZW-aKfYq4BeeJEU8lNbsz6yLVRM333_ZXFGP9gEPsj1YlFzKAphKVuiJog8oz6crlXqpW6TazSSy0p8aQPLbCl0We3PJgXW/s1600/2014-04-13+07.21.42.jpg" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Duduk dan ngopi 5 menit besama, bukanlah membuang waktu</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Ketika rasa cinta
mulai menghilang dan legalitas hukum ikatan janji perkawinan mulai ditekankan,
muncul alarm dalam relasi yang tidak bisa ditunda lagi untuk diperhatikan. Nervosisme
dalam berelasi mulai muncul dengan <i>memberi
jarak mekanisme pembelaan diri</i> pada pasangan dengan misalnya, mencari
kambing hitam pada olah raga, pekerjaan, kecapaian, sakit kepala dst. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<a name='more'></a><span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Jika pada bulan-bulan
atau tahun-tahun pertama perkawinan, pasangan memberi banyak waktu untuk
tinggal bersama dan menemukan kebahagiaan di dalamnya, lalu ditemukan hal-hal
baru dalam diri pasangan dan mulai kehilangan passion untuk tinggal bersama,
bahkan mulai muncul sikap agresivitas terbuka atau tidak langsung pada
pasangan: inilah saatnya untuk bernegosiasi? Apakah keluarga dipahami sebagai
merger antara dua insan yang semula hidup dalam dua rumah yang berbeda, kini
tinggal serumah? Keluarga bukanlah <i>merger</i>
dua perusahaan. Rumah bukanlah tempat parkir dua kendaraan di malam hari. Komunikasi
tidak hanya berbagi informasi saja, mengutarakan perasaan saja, mencari solusi
saja atau mencari kambing hitam saja.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Rasa cinta tidak
cukup untuk membangun sebuah keluarga, perlu sebuah keputusan pribadi yang
dewasa dan matang: <i>Aku memilih engkau
menjadi isteri /suami saya. Saya berjanji untuk setia mengabdikan diri kepadamu
dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Saya mau mengasihi dan
menghormati engkau sepanjang hidup saya</i>.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Yesus memberikan
teladan, mencintai dengan tulus dan jujur itu tanpa batas. Bahkan dengan
konsekuensi kematian pada kayu salib! Tetapi perlu diingat, kekuatan cinta itu
bahkan bisa menembus dinding-dinding kematian yang membelenggu Yesus, menuju
pada kebangkitan. Cinta kasih membawa pada kehidupan, bukan kematian.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Sebuah krisis yang
ditemui dalam perjalanan hidup perkawinan, belum serta merta mengatakan bahwa
keluarga ada dalam kondisi krisis perkawinan. Bisa jadi, problematika yang
muncul dan ditemui itu merupakan sebuah <i>tuntutan
zaman</i> agar keluarga berkembang ke tahap selanjutnya. Sedih memang, bila
tuntutan evolusi perkembangan dalam hidup berkeluarga dilihat sebagai ancaman,
sebagai krisis cinta yang mulai memudar lalu terburu-buru mengambil keputusan
berpisah, justru saat dimana dinamika hidup berkeluarga bisa diperbaiki untuk
hidup dengan lebih baik. Jika tidak ada ruang untuk ketidaksempurnaan dalam
keluarga, maka tidak ada ruang untuk penebusan Kristus bagi keluarga.
Beryukurlah bila pasutri menemukan kerikil-kerikil yang tajam dalam kehidupan
perkawinan. Mari kita melihat dan mengenali kehadiran kerapuhan salib di sana dan
dengan menatap wajah Kristus yang bangkit, kita rajut kehidupan berkeluarga
menuju kepada kebangkitan Kristus.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Sekian.</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-69934307486006691032014-09-25T09:31:00.000+02:002014-09-25T10:11:24.376+02:00Menikah = Sinkronisasi jam tangan (4)<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-3.html" target="_blank">Sebelumnya, Komitmen untuk membuat sebuah kehidupan bersama, kerap diwarnaidengan kerikil-kerikil tajam karena masing-masing mengeluarkan dari ranselnya,pola pikir, gaya hidup dan cakrawala yang lama, yang tidak sesuai denganpasangannya....</a></span></i></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<b>4) Tetap berbeda, tetapi
saling tergantung</b>. Kita terbiasa melakukan segala sesuatu secara mandiri,
sendiri dan dalam kesendirian atau bersama-sama dengan orang lain? Dalam
keluarga, beberapa contoh diskusi seperti ini kerap muncul. Misalnya, apakah
berpartisipasi dalam doa lingkungan atau latihan koor bersama-sama di
lingkungan adalah buang-buang waktu saja? Apakah membawa anak-anak untuk ikut
bina iman di wilayah, mendorong remaja untuk ikut kegiatan OMK atau melibatkan
diri sebagai volunteer untuk kegiatan-kegiatan di paroki itu tidak baik bagi
perkembangan mereka? Bagaimana mengefektifkan komunikasi bagi keluarga yang
semuamnya berkarier, dimana <b>waktu
efektif</b> untuk bertemu, berkumpul, tinggal bersama dan menghidupi dinamika
keluarga minimal hanya <u>tiga sampai empat jam per hari</u>?<o:p></o:p></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkHmSywjo12vxCELEkn-1_TA5z7vLLkbMPrGOc25jLgN1hXP3Rs-uuklfwWbh4nIpyXWUxYJ-VI55181LPBaGguO7CdDnMF2c-3MAlUYEVGlctmahy8pJ9-mIn3004bUnY_qi-7aobHPQ-/s1600/2014-04-22+06.26.49.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkHmSywjo12vxCELEkn-1_TA5z7vLLkbMPrGOc25jLgN1hXP3Rs-uuklfwWbh4nIpyXWUxYJ-VI55181LPBaGguO7CdDnMF2c-3MAlUYEVGlctmahy8pJ9-mIn3004bUnY_qi-7aobHPQ-/s1600/2014-04-22+06.26.49.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama menjunjung</td></tr>
</tbody></table>
Negosiasi dan dialog dalam keluarga bukanlah sebuah kegiatan
teknis atau sebuah kesepakatan semata, melainkan ingin menggarisbawahi dan
menjaga ruang privat dan ruang berbagi dalam keluarga. Sampai dimana batas saya
sebagai suami / istri dalam relasi dengan pasangan saya. Hal-hal mana yang bisa
dan boleh dibagikan, boleh diketahui, boleh diintervensi dan mana yang tidak boleh
dan tidak bisa. Ruang dialog adalah dampak dari kesiapsediaan afektif
masing-masing untuk saling memberi satu sama lain, <i>atau</i> justru merupakan ungkapan saling ketergantungan satu sama lain
untuk menemukan ukuran dan patokan yang sesuai. Logika yang ditawarkan di sini
adalah transformasi sikap dasar, <i>dari</i>
peneguhan ego <u>hanya saya saja</u> atau <u>hanya kami saja</u> (mungkin juga
absah-absah saja) <i>menuju</i> pada
ketergantungan satu sama lain yang dipilih <u>hanya karena cinta, untuk cinta
dan demi cinta</u>, dengan menghargai dan menerima kondisi pasangan apa adanya;
atau, dari sikap mau mendikte pasangan, menuju memahami pasangan.<o:p></o:p></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a>Celah yang bisa dimasuki untuk memahami dinamika dialog adalah
dengan tidak menggunakan timbangan untuk mengetahui sejauh mana saya otonom (di
hadapan otonomi dai pasangan) dan sejauh mana kita adalah satu pasangan bersama
sebagai keluarga (dengan demikian tidak ada ruang otonom), tetapi menempatkan
diri pada level yang lain, yaitu masing-masing berani mempercayakan dirinya
pada orang lain. Bagaimana caranya? Pertanyaan ini mungkin bisa membantu:
bagaimana saya sanggup untuk menjadi teladan bagi pasangan atau sejauh mana
saya sanggup terbuka untuk mencontoh teladan pasangan dan membiarkan diri untuk
dipengaruhi? <o:p></o:p></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<br />
Ini bukan soal harga diri yang turun atau naik pangkat, bukan
otonomi atau sikap ketergantungan berlebihan yang menginvasi pasangan, tapi
menyadari sikap batin yang tersembunyi: mana yang merupakan <u>hak milikku</u>
sebagai milikku saja di hadapan <u>hak milikmu</u> sehingga <i>aku tidak bisa mengotak-atik</i>, atau mana
yang merupakan <u>hak milik berdua</u> sehingga masing-masing memiliki hak yang
sama. Mari kita ingat bahwa milik bisa saja berupa benda, harta, status,
kekuasaan, superioritas, pengalaman, waktu, pekerjaan, afeksi, sentimen (bukan
sentimentalisme) dan masih ada banyak lagi. Di sini perlu diwaspadai sikap
kerakusan dan ketamakan dalam kepemilikan <i>hanya
untukku</i>. Model seperti ini cenderung untuk memiliki semua bagi dirinya
sendiri, dan ketika pasangan meminta untuk menempatkan bersama apa yang
dimiliki, atau paling tidak menunjukkan saja apa yang dimiliki, dia akan
menyerang balik soal kepemilikan.<br />
<o:p></o:p></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
Kalau diperdalam, dipikir dan direnungkan, sebetulnya, bukan
soal apa yang dimiliki, tetapi bagaimana sikap, perasaan dan pemikiran pada apa
yang ada di tangan. Ini yang kerap menjadi sumber diskusi-diskusi dalam
keluarga. Meskipun seseorang memiliki banyak hal, dia merasa miskin dan
menderita seperti orang tidak punya apa-apa – atau – meskipun dia tidak punya
banyak hal, tetapi menghidupi dengan penuh syukur dan berani berbagi dengan
keterbatasan yang dimilikinya, dia bahagia seperti malaikat.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
Inilah tantangan diskusi, yang terletak pada kerakusan dan
keserakahan yang mengganjal kemampuan untuk saling mempercayakan diri pada
pasangan. Sangat tipis memang sikap dasar ini. Pada intinya, risonansi afektif
dari sikap ketergantungan akan membantu pasangan untuk menemukan ukuran yang
tepat tentang kapan misalnya, pasangan lain memerlukan waktu untuk sendiri,
untuk diam dan beristirahat serta tidak memaksanya untuk bertindak memenuhi
keinginan kita atau hanya untuk menyenangkan kita saja.<o:p></o:p></div>
<div class="Testo" style="text-align: right;">
<i><a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-5.html" target="_blank">bersambung...</a>.</i></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-70082807271050162452014-09-25T09:23:00.003+02:002014-09-25T09:23:40.926+02:00Menikah = Sinkronisasi jam tangan (3)<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US"><i><a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-2.html" target="_blank">sebelumnya, salah satu kunci dalam mensinkronisasi kehidupan adalah pemahaman tentang otonomi pribadi dan bagaimana menempatkan diri dalam relasi dengan pasangan</a></i>..</span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US"><br /></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b><span lang="EN-US">3) Pengaruh masa lalu bagi hidup perkawinan. </span></b><span lang="EN-US">Kadang kita pernah mendengar
ungkapan ini: ah, kalau suka ngotot itu mah penyakit turunan! Dia mah mau
menang sendiri dan gak mau ngalah! Meskipun dia gak punya apa-apa, tapi kalau
ada orang yang minta sesuatu, pasti diada-adakan deh; atau, meskipun dia
kelelahan, kalau ada teman yang ngajak pergi, pasti dia pergi! Dia mah cuek
mulu.. Dia itu sederhana banget! Kalau bajunya belum sobek, gak mau diganti! </span>Dia
itu pendiam, tapi kalau sekali bicara, pasti ada maknanya… <b><o:p></o:p></b></span></div>
<span style="font-family: inherit; text-align: justify;">Kerapkali hal ini tidak dapat dipungkiri muncul dalam karakter
dan sikap masing-masing pasangan. Variasi sikap dan perangai kita muncul karena
pengaruh yang diterima dan terkondisikan secara tidak sadar di masa lampau.
Sejauh mana hal itu disadari oleh masing-masing pribadi dalam relasi pasutri
baru? Seolah-olah ada sebuah gejala transfer dalam kehidupan kita: cara
berpikir, cara merasa dan bertindak di masa lampau itu terungkap secara tidak
sadar dalam relasi kita yang sekarang dengan pasangan, dengan orang lain atau
dengan peristiwa dan hal-hal di sekitar kita. Maka, PR besar buat pasutri muda
adalah menyadari karakter-sikap yang muncul secara otomatis. Perlu dikenal
betul asal muasal emosi yang muncul serta reaksi – sikap yang ditimbulkannya.</span><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE1biyBZMdje9FbSAqCgcg9loDL2Y25hlK3247lWehG9QDqNnR2w4ZsgyPK5dDIrm6hahVQt2539AX_d5icjH85ov62JiBsb9Van4NH_selnaNCqoZYIITN4rKpOhsEA9ZrMLIYEHbjtB_/s1600/2014-04-22+15.47.25.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE1biyBZMdje9FbSAqCgcg9loDL2Y25hlK3247lWehG9QDqNnR2w4ZsgyPK5dDIrm6hahVQt2539AX_d5icjH85ov62JiBsb9Van4NH_selnaNCqoZYIITN4rKpOhsEA9ZrMLIYEHbjtB_/s1600/2014-04-22+15.47.25.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Banyak jalan menuju ke Roma, <br />banyak pengalaman kehidupan <br />para pasangan telah membentuk diri masing-masing<br />untuk tiba hingga hari ini</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Bagaimana hal ini bisa mempengaruhi relasi pasutri muda? Kehidupan
baru bersama pasangan bisa merupakan sebuah titik awal, tapi juga titik akhir.
Perlu kita ingat bersama bahwa pasangan kita bukanlah sebuah kertas HVS putih,
kosong dan halus dimana siapapun bisa menorehkan tinta semaunya. Dalam diri
masing-masing pasangan, ada kecenderungan tetap untuk “memaksakan” <i>secara tidak sadar</i>, sebuah situasi
seturut dengan gaya hidup yang selama ini dia alami bersama keluarga asalnya,
yang dia pandang baik. Setiap orang berelasi dengan orang lain mirip dengan
cara berelasi yang terbentuk secara perlahan-lahan di masa lampau. Misalnya, bagaimana
saya menyapa orang asing? Apa yang harus saya lakukan jika bersalah? Apa yang
saya lakukan ketika saya ingin menang padahal saya sendiri menyadari bahwa saya
salah? Apa yang harus saya lakukan ketika ada orang meminta maaf? Bagaimana
ungkapan kebahagiaan dan kemarahan saya? Apa yang saya pikirkan dan ingin
terapkan dalam keluarga tentang doa bersama, makan bersama, pengaturan
keuangan, kesehatan dan pendidikan? <span lang="EN-US">Reaksi spontan apa yang muncul di hadapan sebuah peristiwa yang
mengagetkan? Dan masih banyak lagi…. Ini mirip dengan mencampur anggur lama
bersama dengan anggur yang baru. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Dalam hukum
sebab akibat, tekanan timbal balik dari masing-masing pasangan kerap
menghasilkan pertentangan kekuasaan atau dominasi dalam keluarga, karena
masing-masing bersikukuh akan <i>kebaikan </i>menurut
pengalamannya. Tanpa masuk dalam sebuah ketegangan dan mempersalahkan atau
membenarkan masa lalu dan sekarang, perlu kita menerima bahwa kepribadian kita
dibentuk karena pengaruh lingkungan. Apa yang kita lakukan kepada pasangan dan
orang-orang di sekitar kita saat ini, terpengaruh sedikit banyak oleh
pengalaman kita di masa lalu, sejak kanak-kanak. Masalahnya bisa bervariasi,
tetapi cara menanggapinya bisa serupa, karena dipahami <i>dengan tidak sadar </i>dengan cara serupa di masa lalu. Maka, reaksi
yang muncul juga diperkirakan tidak jauh-jauh amat, meskipun situasi sekarang
berbeda dengan situasi masa lalu.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Komitmen untuk
membuat sebuah kehidupan bersama, kerap diwarnai dengan kerikil-kerikil tajam karena
masing-masing mengeluarkan dari ranselnya, pola pikir, gaya hidup dan cakrawala
yang lama, yang tidak sesuai dengan pasangannya. Masing-masing menilai
pasangannya sesuai dengan apa yang dipikirkan, bukan menurut situasi dan
konteks yang sedang dialami pasangannya pada waktu itu dan di situ. Mengetahui
hal ini dengan sadar adalah langkah pertama. Berikutnya adalah menyadari sikap
kolot masing-masing dengan tersenyum dan sadar bahwa sekarang waktunya untuk
berubah dan memikirkan yang terbaik bersama. Ingat, bahtera kehidupan keluarga
baru berangkat dari dermaga. Dengan demikian penting sekali mengenal lingkungan
sekitar dimana pasangan kita itu hidup, untuk memahami sebab musabab munculnya
sebuah reaksi yang mengagetkan kita. Reaksi yang muncul itu hanya penampakan
saja, di baliknya, ada sebuah situasi yang membentuknya. Mari kita pahami
situasi gunung es di bawah laut itu, karena menikah adalah mensikronkan jam
tangan, menyelaraskan kehidupan dua insan.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: right;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><i>bersambung....</i></span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-68217441261371601432014-09-25T09:13:00.002+02:002014-09-25T09:24:22.419+02:00Menikah = Sinkronisasi jam tangan (2)<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-1.html" target="_blank"><i>bagian pertama, memulai sinkronisasi kehidupan lewat melacak jejak...</i></a></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">2) S<b>atu, tapi dua</b>.
Bersatu tapi berbeda. Itulah dinamika sebuah keluarga. Di awalnya berbicara
tentang jam pulang kerja, mengobrol tentang situasi di tempat kerja, bicara
sedikit tentang jam berapa mulai tidur,
siapa yang mematikan lampu, tidur dengan lampu terang benderang atau dimatikan
atau pakai lampu kecil, jam berapa bangun dan makan pagi bersama, siapa yang
siapkan makanan, apa yang dilakukan pada hari minggu atau hari libur … Kalau
dibuat daftarnya, tentu akan sangat panjang. Dalam dialog ini perlahan kedua
partner akan memahami kemampuan individuasi dan persekutuan dari masing-masing
pasangan.<o:p></o:p></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaeimDOy_T94kyV4sLkE77mvboDKRGVlgDo9MczX0oJ9d4YoEARqmRjTJUu85kAyMd5jdZfvwnvUWJssQPQImZYsDv5sC09RRw3OcASQhCZMXxPXK-s-i6576a2u6OVJ-Kpo4ontJyMEWe/s1600/2014-08-21+17.18.15.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaeimDOy_T94kyV4sLkE77mvboDKRGVlgDo9MczX0oJ9d4YoEARqmRjTJUu85kAyMd5jdZfvwnvUWJssQPQImZYsDv5sC09RRw3OcASQhCZMXxPXK-s-i6576a2u6OVJ-Kpo4ontJyMEWe/s1600/2014-08-21+17.18.15.jpg" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ini matahari sedang terbit atau sedang tenggelam?</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ada dua kutub muncul dalam dialog ini. Di satu sisi adalah
tingkat individualitas dan pemahaman tentang perbedaan, serta di sisi lain
adalah tingkat persekutuan dan relasi. Dinamika kedua kutub ini menjadi bumbu
dalam membangun sebuah keluarga, dalam menciptakan keharmonisan, yang tetap
menghargai perbedaan identitas. Dialog mulai sulit ketika masing-masing
pasangan kehilangan sudut pandang positif akan yang lain, atau dengan kata
lain, hanya melihat bahwa pendapatnya saja yang paling benar dan tidak bisa
dikompromikan! <span lang="ES">Individualisme yang
berlebihan ini akan merugikan persekutuan hidup yang telah diputuskan bersama
dan sedang dibina dengan pasangan. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Memiliki <i>otonomi pribadi</i> dan <i>tahu menempatkan diri</i> dalam relasi dengan pasangan, merupakan dua
garis perkembangan sebelum pernikahan. Akar kematangan kepribadian ada dalam
pengalaman dasar sejak <i>masa kecil</i> di
keluarga dan segebok pengalaman yang dilaluinya <i>di kemudian hari</i>, memberikan kontribusi untuk makin membentuk atau
merapuhkan dia.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Di saat pacaran, mengetahui
dengan baik calon pendamping hidup itu sangat penting. Tujuannya agar
masing-masing memahami identitas, kematangan kepribadian dan kesanggupannya
untuk berbagi, untuk mensinkronkan dua jam tangan yang berbeda, serta tidak
berpikir untuk bisa mengubah yang lain. Pribadi yang kurang dewasa dan kurang
matang, justru akan memberatkan dirinya sendiri pada saat menjalani hidup
perkawinan. Berpikir bahwa bisa merubah yang lain pun harus dimulai dengan
perubahan dalam diri sendiri. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="ES"><span style="font-family: inherit;">Beberapa bahan untuk
permenungan bersama:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Punto1" style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><span lang="ES" style="font-family: inherit;">Unsur-unsur dan nilai-nilai apa sajakah
yang menjadikan keluarga itu sebuah <i>lembaga</i>
khas dan unik?</span></li>
<li><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">Alasan historis dan sosial apakah
yang menjadikan keluarga modern saat ini mengalami kesulitan untuk menentukan
identitasnya?</span></li>
<li><span lang="EN-US" style="font-family: inherit;">Apa yang menjadi <i>isi </i>panggilan dan perutusan
keluarga-keluarga katolik di masyarakat dan di Gereja?</span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<br />
<div class="citazione" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Tidak bisa membangun sebuah keluarga tanpa
bagasi belaskasih dan iman (E. Schneider)</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="citazione" style="text-align: right;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><i><a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-3.html">bersambung...</a></i></span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-23521629174760744232014-09-25T07:28:00.000+02:002014-09-25T09:15:24.787+02:00Menikah = sinkronisasi jam tangan (1)<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Menjelang Sinode para uskup seduni tentang keluarga, tergoda keinginan saya untuk memfokuskan perhatian pastoral saya pada tema ini sebagai kerangka dasar dalam beberapa bulan ke depan. Banyak pro dan kontra yang muncul berkaitan dengan tema-tema dan paradigma yang disodorkan oleh sinode. Sebuah artikel tentang kehidupan berkeluarga saya ketemukan di antara tumpukan file lama, dari Paolo Magna, berjudul <i>Oggi Sposi: Sincronizzare gli orologi</i>. Artikel ini diterbitkan tahun 2009 oleh majalah Tredimensioni (6). Membacanya berulang membuat saya berpikir dan mengkonfrontasikannya dengan kehidupan berkeluarga yang ditemui oleh umat paroki di sini khususnya. Benang merah yang dituliskannya pun berbaur dengan kehidupan konkret, maka upaya menterjemahkannya pun tidak bisa lurus apa adanya, melainkan berkarakter inkarnatoris: ada kata dan fakta yang tertoreh di sini. Bagi rekan-rekan pembaca blog ini, selamat membaca dan mari kita membangun pastoral keluarga di tempat dimana kita berada.</span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG1438lgM9dExaXGF2dSBCaGx-ewgJdacLsae1SkRqPHQNlkWzx_ZsVReyhnSUukMPDxdxT35yba_0XM-eAx7LJLqSpMhM_fR5URosNUH_h9YwHd1GqEQ5ltdc73S_hnbwXTlhy16ATPlg/s1600/sp+10.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG1438lgM9dExaXGF2dSBCaGx-ewgJdacLsae1SkRqPHQNlkWzx_ZsVReyhnSUukMPDxdxT35yba_0XM-eAx7LJLqSpMhM_fR5URosNUH_h9YwHd1GqEQ5ltdc73S_hnbwXTlhy16ATPlg/s1600/sp+10.jpg" height="213" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hidup itu kalau penuh dengan dinamika, sangat indah.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Apakah berbicara tentang pernikahan di zaman kita ini, adalah
sesuatu yang menakutkan? Apakah ini “kuk” yang harus dipanggul oleh pasangan
muda? Perlu disadari bahwa dengan menikah, ada dua jam tangan yang dicocokkan,
ada dua ritme kehidupan yang disejajarkan (bukan disamakan!) di bawah satu
atap. Ada pergeseran dari cinta romantis dan berkarakter pribadi, menuju pada
cinta yang realistik dan sebuah komitmen berbagi bersama. Cinta yang sudah
diresmikan dalam ikatan perkawinan ini pun, akan masuk dalam realitas hidup
bersama di masyarakat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Jarang sekali ditemukan fakta bahwa orang memutuskan untuk
menikah itu terjadi dua minggu sebelum hari pernikahan! Menikah bukanlah hasil
sebuah spontanitas untuk tinggal bersama, tetapi merupakan sebuah tindakan yang
direncanakan secara konkrit dan sengaja direncanakan. Bicara soal pacaran,
disinilah kita bisa mengevaluasi kualitas pacaran yang baik hingga menuju pada
sebuah perkawinan. Tidak hanya yang baik, yang indah, yang romantis saja yang
dihidupi bersama-sama, tetapi perlu juga mengenal jatidiri sesungguhnya dari
pasangan, yang bersamanya aku akan tinggal seumur hidup! Banyak hal harus
diketahui dan dikenal dari pasangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Kita patut heran, jika ada salah satu pasangan mengatakan bahwa,
<i>ternyata dia bukan yang kukenal selama
ini</i>…<i>,</i> atau <i>menyesal telah menikah dengannya…</i>, atau menyampaikan litani keluhan
tanpa akhir tentang pasangan beberapa saat <i>setelah
menikah</i>. <span lang="ES">Oleh sebab itu, perlu
ada beberapa <i>tugas yang harus dilakukan</i>.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b><span lang="ES">1) Melacak jejak</span></b><span lang="ES">. Pasangan harus memiliki kekuatan jelas untuk
membatasi daerah privat dan publik yang dimiliki sebagai hasil sebuah
perkawinan. Daerah privatnya adalah relasinya dengan pasangan, secara internal,
sebagai sebuah keluarga. Anda berdua yang baru menikah, memiliki sebuah
tanggung jawab baru, daerah baru dan pasangan baru. Daerah ini harus dilindungi
dari setiap “penyusup”. Beberapa penyusup dalam keluarga muda adalah: mertua
(orang tua masing-masing pasangan), ritme kerja (selalu pulang malam dan
lelah), tekanan ekonomi (kebutuhan membengkak sehingga harus kerja lebih
banyak), stress di tempat kerja…ini semua bisa menjadi kerikil-kerikil yang
merintangi relasi suami istri sebagai keluarga.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><i><span lang="ES">Tentang mertua</span></i><span lang="ES">, bukan berarti memutuskan relasi
total dengan keluarga yang baru dibangun, tetapi, perlu mendidik mereka agar
memiliki relasi yang baru, yang sejak saat ini, adalah dengan sebuah pasangan
keluarga, bukan pertama-tama dengan anaknya sendiri. Bagi mertua, hal ini tidak
mudah, terutama bagi keluarga yang protektif. Bagi keluarga protektif ini,
anak-anak itu selalu anak-anak, muda dan tidak berpengalaman, untuk menyadari
apa artinya membangun sebuah keluarga. Orang tua merasa paling tahu yang
terbaik tentang apa yang dibutuhkan oleh anaknya yang sudah menikah. Wacana
tentang “kebaikan” menurut mertua dan menurut keluarga baru harus dibicarakan,
bukan dikondisikan dan dipaksakan. Pembatasan diri bagi pasangan muda juga
tidak mudah, karena mereka merasa selalu perlu bantuan dan merasa tidak bisa
dewasa dan harus terikat dengan orang tua. Wacana kemandirian keluarga baru
adalah wujud dari kematangan kepribadian dua orang yang mengikat diri dan
berkomitmen untuk membangun sebuah keluarga. Terimakasih kepada orang tua yang
sudah melahirkan, mendidik dan membesarkan anak. Sekarang jatah porsinya anak
untuk membangun sebuah keluarga. </span></span><br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="ES"><i><a href="http://alfoesercizi2010.blogspot.com/2014/09/menikah-sinkronisasi-jam-tangan-2.html" target="_blank">bersambung...</a></i></span></span></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-48521189368961533432014-05-28T13:55:00.002+02:002014-05-28T13:55:43.710+02:00Surat Gembala KWI menyambut Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden - 9 Juli 2014<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">PILIHLAH
SECARA BERTANGGUNGJAWAB,<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">BERLANDASKAN
SUARA HATI<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Segenap Umat
Katolik Indonesia yang terkasih,<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Kita bersyukur
karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum 2014 yaitu pemilihan
anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita akan memasuki tahap
berikutnya yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa kita ke depan.
Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden
yang akan memimpin bangsa kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh
bangunan demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun
dan mangembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera sesuai
dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Ke depan bangsa
kita akan menghadapi tantangan-tantangan berat yang harus diatasi di bawah
kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru, misalnya masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial,
pendidikan, pengangguran, tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Masalah dan
tantangan lain yang tidak kalah penting adalah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan, kerusakan lingkungan hidup dan upaya untuk mengembangkan sikap
toleran, inklusif dan plural demi
terciptanya suasana rukun dan damai dalam masyarakat. Tantangan-tantangan yang
berat ini harus diatasi dengan sekuat tenaga dan tanpa henti. Kita semua
berharap semoga di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang akan
terpilih, bangsa Indonesia mampu menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan
masalah-masalah itu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Kami mendorong
agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas
moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil
Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak
pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran
Sosial Gereja : menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan
kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan
subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang
beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara,
mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah
sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Agar pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden bisa berjalan dengan langsung, umum, bebas dan
rahasia serta berkualitas, kita harus mau terlibat. Oleh karena itu kalau
saudara dan saudari memiliki kesempatan dan kemampuan, sungguh mulia jika Anda bersedia
ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan pada tahap-tahap pemilihan. Hal ini
perlu kita lakukan melulu sebagai wujud tanggungjawab kita, bukan karena tidak
percaya kepada kinerja penyelenggara Pemilu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Kami juga
menghimbau agar umat katolik yang terlibat dalam kampanye mengusahakan agar
kampanye berjalan dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam
dan tidak menggunakan isu-isu SARA.
Khususnya kami berharap agar media massa menjalankan jurnalisme damai dan
berimbang. Pemberitaan media massa hendaknya mendukung terciptanya damai,
kerukunan serta persaudaraan, mencerdaskan dan tidak melakukan penyesatan
terhadap publik, sebaliknya menjadi corong kebenaran.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Marilah kita
berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan
hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar
saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih.
Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan
lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan,
“Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara
bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum”
(Gaudium et Spes 75).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Pada akhirnya,
marilah kita dukung dan kita berikan loyalitas kita kepada siapa pun yang akan
terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014 –
2019. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat
Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2014. Kita
menempatkan diri sebagai warga negara yang baik, menjadi seratus prosen Katolik
dan seratus prosen Indonesia, karena kita adalah bagian sepenuhnya dari bangsa
kita, yang ingin menyatu dalam kegembiraan dan harapan, dalam keprihatinan dan
kecemasan bangsa kita (bdk GS 1).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Marilah kita
mengiringi proses pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan
memohon berkat dari Tuhan, agar semua berlangsung dengan damai dan berkualitas
dan dengan demikian terpilihlah pemimpin yang tepat bagi bangsa Indonesia.
Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara
kita dengan doa-doanya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Jakarta, 26 Mei
2014<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">KONFERENSI
WALIGEREJA INDONESIA<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">+ I. Suharyo (</span></span>Ketua)</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;">+ Y. Pujasumarta (</span><span style="font-family: inherit;">Sekretaris Jendral)</span></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-3383127423775307122014-05-24T02:32:00.000+02:002014-05-24T02:33:32.529+02:00Manusia adalah mahluk yang tak cukup diri<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9vOzYILYA2IEk4KVgT7Xvslm3Cv8dIMUnDJiw5Gz6kukECiyPX7QLo63D234QnROV9jqE7Vp-jZlv0nANtHKCZLxj32jJFddMggJj9556VKynYvf8aJJFIB5L-GMdYT4iXmFiEaeM692D/s1600/IMG_2513.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9vOzYILYA2IEk4KVgT7Xvslm3Cv8dIMUnDJiw5Gz6kukECiyPX7QLo63D234QnROV9jqE7Vp-jZlv0nANtHKCZLxj32jJFddMggJj9556VKynYvf8aJJFIB5L-GMdYT4iXmFiEaeM692D/s1600/IMG_2513.JPG" height="203" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sebuah perkampungan di Thailand</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Barangkali inilah yang menjadi alasan mengapa
ada system kehidupan bersama dalam sebuah masyarakat. Sebuah system yang
mengatur kebijakan tentang apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang baik dan
tidak baik untuk dilakukan. Kehendak untuk berbagi kerap mengiringi sebuah
system kehidupan bersama. Dalam sebuah tatanan yang sehat, tema pokok yang
kerap dibagikan berkaitan dengan kebenaran, kebaikan dan keindahan. Dengan
merujuk pada ketiga aspek ini, maka beberapa orang berkumpul bersama dan
berupaya menjaga dinamika kestabilan kehidupan mereka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Tidak jarang pula ditemui di sekitar kita
sebuah tatanan yang berpikir autarki, karena mengandaikan bahwa masing-masing
orang memiliki permasalahannya sendiri-sendiri, masing-masing sanggup memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan berbagai kemajuan
teknologi saat ini, pola pikir demikian bisa makin disuburkan dan bisa juga
makin dimiskinkan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Ketika manusia sudah menemukan daerah nyaman di
jejak kehidupannya karena memiliki rumah beserta dengan segala isinya tempatnya
berlindung, pekerjaan sebagai sarana mengaktualisasikan diri, status sosial
sebagai jalan untuk menempatkan diri dalam tatanan masyarakat dan harta yang
menjadi bukti kesuksesan hidupnya, bisa jadi manusia seperti terbentuk menjadi
individu autarkis. Segala sesuatu tercukupi, untuk apa bersosialisasi?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"></span></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;">Realitas bisa berbalik ketika manusia seperti
ini mulai satu persatu kehilangan segala apa yang dimilikinya dan tidak bisa mengontrolnya,
bahkan kesehatannya sendiri. Perlahan dia akan melongok ke jendela dan
menyadari bahwa di luar batas pagar rumahnya itu ada yang namanya tetangga, sesama.
<o:p></o:p></span><br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Ketika manusia ini menyadari bahwa segala
talentanya harus dibagi dan segala kerapuhannya itu harus ditopang oleh orang
lain, manusia yang lain bisa berharap bahwa mereka yang kerap nyaman dengan
dirinya dan seolah-olah tidak membutuhkan orang lain pun mau melangkah keluar
dari pagar, menyapa dan berbagi kehidupan. Sebelumnya sih sudah ada, tetapi
karena dunia cukup diri yang dibangunnya, maka yang ada di sekitar itu terbendung
sehingga tidak masuk dalam kesadaran jatidirinya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Padahal, untuk memenuhi kebutuhan survival dan
realisasi diri, tak ada manusia yang bisa melakukan segala-galanya sendiri.
Ketika dia lahir, dia membutuhkan bantuan orang lain untuk keluar dari rahim
ibunya; dan ketika dia meninggal, dia pun membutuhkan bantuan sesamanya untuk
bisa dimasukkan ke rahim ibu pertiwi. Manusia selalu membutuhkan orang lain,
termasuk dalam berbagi penderitaan. Maka, konsep individu selalu mengandaikan
pengakuan dari orang lain.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Perkumpulan individu-individu dalam membentuk
sebuah komunitas, sebuah kampoeng maupun dalam lingkup lebih luas yaitu sebuah
tatanan hidup bernegara, hendak menggarisbawahi bahwa manusia tidak mampu
mencukupi dirinya sendiri. Adanya negara itulah yang merupakan legitimasi dari
situasi konkrit kehidupan manusia.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Perekat relasi di dalam komunitas kampoeng
maupun bernegara bisa berupa keserupaan dalam mengejar <i>kebenaran</i> sejati, <i>kebaikan</i>
yang tulus dan <i>keindahan</i> yang
memikat. Tentu saja untuk mencapai kesepahaman dalam ketiga agenda ini, tidak
mudah mempersatukan kemajemukan yang menyusun sebuah tatanan. <b>Aristoteles</b> berpendapat bahwa rumah
lebih autarkis daripada manusia. Negara lebih autarkis daripada rumah dan hal
ini terjadi ketika individu-individu menjadi autarki; merasa cukup diri secara
ekonomi dan mandiri bisa mengatur dirinya sendiri. Bukankah manusia menurut
kodratnya adalah mahluk yang membentuk negara? Jika tidak, maka menurut
Aristoteles, dia adalah seorang dewa yang dengan kemahakuasaannya tidak
membutuhkan orang lain atau orang liar di luar konsorsium manusiawi. Maka
negara menurut kodratnya adalah sebuah kemajemukan karena faktor penyusunnya
sangat beragam. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Majemuk berarti terdiri dari banyak orang dan
berbeda-beda. Tidak ada kesamaan yang tidak memiliki perbedaan sedikitpun.
Maka, negara tidak dapat terdiri dari orang-orang yang sama sekali dan mutlak
sama. Berbeda itu sebuah realitas. Keberbedaan, saling membutuhkan dan non
autarkis ini memerlukan komunikasi untuk saling menyatakan diri atau
merealisasikan diri. Tidak mungkin satu perbedaan menihilkan perbedaan yang
lain dan memaksakan diri untuk menjadi model tunggal yang harus ditiru oleh
yang lain. Bagaimana mungkin sebuah gaya hidup di Indonesia harus diterapkan dengan
cara yang sama di Eropa, bahan makanan di pantai harus diterapkan sebagai model
tunggal makanan yang sehat dan bergizi di pegunungan, atau system pemerintahan di
Jawa diterapkan sebagai model pemerintahan paling baik di dunia dan harus
diterapkan bagi semua Negara sebagai model terbaik memerintah sebuah tatanan social?
Tidak mungkin! Maka, komunikasi antar <i>zoon politikon</i>, mahluk politiknya filsuf
Aristoteles, dipahami sebagai proses penyingkapan individu-individu yang
berbeda-beda.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Sebuah contoh: dalam tradisi kehidupan
monastik, seorang pemimpin rahib dipilih bukan berdasarkan pada talentanya,
hartanya, ototnya atau kemurahan hatinya, tetapi karena karisma yang
dimilikinya atau karena penempatan oleh pimpinan yang lebih tinggi. Konsep
partisipasi setiap rahib dalam menentukan pemimpin inilah yang menjadi dasar
demokrasi. Dalam hal ini, model serangan fajar, kampanye hitam dan tipu daya
memiliki ruang gerak kecil sekali karena setiap anggota biara memiliki hak dan
kewajiban yang sama. Meskipun setiap rahib memiliki keberbedaan, namun semuanya
sama kedudukannya di hadapan Allah, di dalam hukum dan tatanan hidup membiara.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Dalam proses politik, keanekaragaman dan
keberbedaan ini disatukan dalam konsep warga negara. Jika politik dipahami
sebagai komunikasi, maka politik adalah partisipasi warga negara / publik dalam
pengambilan putusan-putusan publik. Maka, dalam pengambilan keputusan publik,
masing-masing warga negara memiliki hak dan partisipasi yang sama di dalamnya. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Kalau masyarakat hendak menerima pluralitas,
ini mengandaikan bahwa masyarakat adalah individu yang tidak cukup diri
(dimensi anthropos) dan komunikasi mengandaikan pluralitas (dimensi
sosiologis). Menurut <b>Aristoteles</b>,
kehidupan sosial politik adalah tanda bahwa manusia tidak bisa sendiri. <b>Kant</b> menambahkan, bahwa dalam keadaan
bersama orang lain, manusia cenderung menarik diri. Ada tegangan antar individu
dan komunitas, karena tanda kedewasaan dalam berkomunitas adalah tahu batas.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Semoga, dengan menimba semangat dari ekaristi
yang kita sambut setiap hari minggu, kita makin menyadari identitas kita
sebagai warga negara, yang dalam kemajemukan jatidiri kita itu menyusun sebuah
tatanan masyarakat dalam kemajemukannya.</span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">P. Alfonsus Widhi, sx</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-81028239543014871092014-05-23T05:59:00.002+02:002014-05-24T02:32:31.548+02:00Tuhan tidak perlu pembela<br />
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><i>Tuhanlah Gembalaku, takkan
kekurangan aku. </i><i><span lang="EN-US">Ia membaringkan aku di padang yang berumput
hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang. Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun
aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah
kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan
tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di
hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka, akan mengikuti aku seumur hidupku dan aku akan
diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa</span></i><span lang="EN-US"> (Mzm 23).<o:p></o:p></span></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQfYBaF9Thm1xBHwdoV-T16IwLqyjCYHVYRx2f1PBITu9sgoTYTcG6LTob5sYs0gcSOcCVExUFZ9tu5sARTNy3Ss_0iXewwHJ12MqYiAilhbhzI3kZJ4v1BAStRpCHFuR4mC-72BAPk9pU/s1600/DSCN3582.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQfYBaF9Thm1xBHwdoV-T16IwLqyjCYHVYRx2f1PBITu9sgoTYTcG6LTob5sYs0gcSOcCVExUFZ9tu5sARTNy3Ss_0iXewwHJ12MqYiAilhbhzI3kZJ4v1BAStRpCHFuR4mC-72BAPk9pU/s1600/DSCN3582.JPG" height="300" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Camping musim panas di Arabba, Italia 2007</td></tr>
</tbody></table>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Gambaran
tentang Allah yang dimiliki oleh pemazmur ini mengungkapkan sebuah keyakinan
akan kesetiaan Allah dalam berbagai situasi kehidupan manusia. Kata <i>berbagai situasi</i> menggarisbawahi
betul-betul apa yang manusia alami setiap hari: jerih payah bekerja dari pagi-pagi
buta sampai larut malam, kesuksesan dan kegagalan yang ditemui, permasalahan
dan solusi yang didapat untuk membongkar kerumitan problematika hidup, duka dan
tawa di hadapan sebuah peristiwa, kegetiran dan kelegaan dalam menghadapi
sesuatu… di setiap saat itu, Allah menyertai dan mendampingi dengan setia.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Ada dua
permasalahan yang muncul dari figur Allah yang demikian. <i>Pertama</i>, mengapa Allah, Sang Kehidupan, tidak membebaskan saya dari
pengalaman getir kehidupan dengan mujijat-Nya dan <i>kedua</i>, Apakah dengan mencintai, maka seseorang itu menunjukkan
kelemahannya? <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US">Untuk pertanyaan
pertama, kepastian janji Yesus Kristus kepada kita adalah <i>Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman</i> (Mt 28,20). Salib
di puncak golgota persis berada di tengah-tengah dua orang lain yang disalibkan
bersama Yesus Kristus. </span>Dia bisa membuat mujijat untuk membebaskan diri
dari derita dan maut yang mengancam dari salib. Tetapi, itu tidak dilakukan-Nya
demi kesetiaan pada setiap ajaran yang Dia sampaikan selama masa hidup-Nya,
seperti mencintai, mengasihi musuh, mengampuni dan mendoakan mereka. Orang dewasa
tahu bahwa setiap pilihan yang dibuatnya itu mengandung resiko. Jika Yesus telah
mengajarkan demikian, maka Dia pun mengambil resiko total dari apa yang sudah
diyakini-Nya. Yaitu, bahwa rantai kekerasan harus dipotong dengan pengampunan. Ini
sebuah prinsip yang sangat kokoh karena hendak menggarisbawahi kekuatan dan
kedigdayaan seseorang itu ternyata tidak diukur dari kemampuannya untuk membalas
dendam, tetapi dari kesanggupannya untuk mengendalikan amarah dan ketakutan
dalam dirinya.</span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b><span style="line-height: 115%;">Johann Gottlieb Fichte</span></b><span style="line-height: 115%;"> (1762-1814) berpendapat bahwa tujuan
hidup manusia adalah menaklukkan pada dirinya segala sesuatu yang bersifat irasional
dan menguasainya dengan bebas serta menurut keteraturannya sendiri. </span></span><span style="font-family: inherit;">Ketika orang menjadi marah, kalut dan dunia sekitarnya
nampak gelap, hampir tidak ada kebebasan dalam dirinya untuk bertindak, karena
segala yang dia lakukan itu berdasar pada naluri untuk </span><i style="font-family: inherit;">mempertahankan diri</i><span style="font-family: inherit;">. Entah apa yang dipertahankan. Ini bisa berupa
egoisme, harga diri, rasa malu ... yang penting tidak kehilangan muka.</span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dengan usaha yang tak kunjung henti, maka dia akan menyadari
bahwa <i>hidup yang sungguh-sungguh adalah
mencintai</i>. Inilah titik kritis yang menjadi acuan pada jawaban atas
pertanyaan kedua. <i>Jika seseorang
mencintai dengan tulus dan jujur, apa</i><i><span lang="ES">kah dia itu lemah</span></i><span lang="ES">? Kemampuan seseorang untuk sanggup mencintai
seperti demikian, kerap dipengaruhi oleh figur tentang Allah yang dia bangun
dalam imannya. <b>Anselmus, </b>seorang
teolog, filsuf, rahib dan uskup agung Canterbury, berpendapat bahwa <i>iman harus dijalani secara rasional. Tentu saja
isi ajaran iman tidak bisa dibantah, tetapi akal budi bisa mendekati
kebenaran-kebenaran iman yang tak terbantahkan</i>. </span>Maka, orang beriman pun
musti berani mendekati iman secara rasional.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Mengaktualisasikan pemahaman Anselmus, kita ditantang untuk
bertanya, apakah orang lain yang tidak memiliki pemahaman figur tentang Allah
yang berbeda dengan saya itu harus dilenyapkan? Jika <span lang="PT-BR">rasionalitas dihubungkan dengan kepentingan-kepentingan
instrumental, maka akan terjadi pemutlakan hal-hal teknis, sehingga
petimbangan-pertimbangan moral diabaikan karena proses musti berjalan. Ini paham
ideologi yang sangat berbahaya. Jika Anselmus berpendapat bahwa pengertian tentang
Allah sebagai <i>sesuatu yang lebih besar dari
padanya tidak bisa dipikirkan ada dalam pikiran</i>, maka musti harus diterima
bahwa Dia juga ada di luar pemikiran, yakni dalam realitas - kenyataan. Di sini
kita harus berhati-hati! Adanya Allah tidak boleh dimengerti secara empiris saja
(seperti ada merpati, harimau, gunung, lautan…). Allah ada baik dalam akal budi,
maupun dalam realitas, maupun dalam diri-Nya sendiri.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="PT-BR"><span style="font-family: inherit;">Jika <b>Jhon Locke</b>,
seorang filsuf yang dikenal sebagai bapak liberalisme klasik, menyatakan bahwa <i>keadaan alamiah manusia adalah tiap orang
sederajat. Tidak ada otoritas, tidak tunduk siapa-siapa dan di bawah bimbingan
akal</i>, maka, siapakah aku sehingga berhak menghentikan kehidupan yang ada
dalam diri orang lain? Atas kuasa siapa aku menjalankan hal itu dengan sah?
Tidak ada! Hanya Sang Kehidupan yang berhak mengambil lagi kehidupan yang telah
dianugerahkan-Nya kepada manusia. Allah tidak perlu seorang pembela sehingga
manusia pun bisa mengambil hak Allah untuk mengambil kehidupan sesamanya. Justru
hal yang sebaliknyalah yang harus dilakukan, yaitu bahwa manusia menjadi pejuang
kehidupan bagi sesamanya. Dengan melakukan ini dia akan menjadi seorang
pecinta. Dia mencintai orang lain, bukan karena fungsi utilitarisme, kegunaannya
bagi saya, tetapi karena menyadari kualitas jati diri sebagai sesama mahluk
ciptaan Allah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="PT-BR">Jebakan muncul
ketika manusia terkotak-kotak dalam institusi agama.</span><span lang="PT-BR"> </span><span lang="EN-US">Dalam agama, pedoman untuk hidup baik dapat ditemukan dalam
perintah-perintah Allah. Di sini, agama berusaha menjamin hidup bermoral
berdasar keyakinan bahwa Allah adil: memberi surga untuk yang baik dan neraka
untuk yang tidak baik. (Paham tentang keadilan Allah ini diperbarui oleh Yesus
Kristus dan akan kita bicarakan di bagian lain). Jika </span><span lang="PT-BR">h</span><span lang="EN-US">akekat moralitas adalah bagaimana hidup baik, maka agama mana yang dapat
menjadi dasar moralitas yang benar? Jika agama menjadi dasar hidup bermoral,
bagaimana orang yang tidak beragama atua beragama hanya di KTP dan tidak
mempraktekkannya, ternyata kok bisa juga menampilkan hidup bermoral? Bagaimana
agama-agama yang berbeda dapat tiba pada penilaian moral yang sama dalam banyak
hal? Ini menandakan bahwa moralitas tidak mengandaikan agama. Sekat-sekat yang
memisahkan institusi agama tidak bisa membatasi nilai-nilai moral.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Kesanggupan untuk
mencinta dan membela kehidupan adalah karakter dari orang yang memiliki visi
yang kokoh tentang Allah, manusia dan ciptaan. </span></span><span lang="PT-BR"><span style="font-family: inherit;">Hingga suatu saat nanti pun, ketika kita
memahami jati diri Allah adalah demikian, semoga kebajikan dan kemurahan Allah
saja lah yang akan mengikuti kita seumur hidup kita dan semoga... kita pun akan
diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: right;">
<span lang="PT-BR"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="Testo" style="text-align: right;">
<span lang="PT-BR"><span style="font-family: inherit;">P. Alfonsus Widhi, sx</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-40627926395190345742014-04-04T18:46:00.000+02:002014-04-04T18:46:32.927+02:00SURAT GEMBALA KWI MENYAMBUT PEMILU LEGISLATIF 2014<div class="_5clb" style="color: #333333;">
<a href="http://www.mirifica.net/artDetail.php?aid=8264">"JADILAH PEMILIH YANG CERDAS DENGAN BERPEGANG PADA HATI NURANI"</a>
<span style="color: black; font-family: inherit;"></span></div>
<div class="_5clb" style="color: #333333;">
<span style="color: black; font-family: inherit;"></span> </div>
<div class="_5clb" style="color: #333333;">
<span style="color: black; font-family: inherit;"></span> </div>
<div class="_5clb" style="color: #333333; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: black;">Saudara-saudari, segenap umat Katolik Indonesia yang terkasih, </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Bangsa kita sedang bersiap diri menyambut Pemilu legislatif untuk memilih DPR, DPD dan DPRD yang akan diselenggarakan tanggal 9 April 2014. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, Pemilu menjadi peristiwa penting dan strategis karena merupakan kesempatan memilih calon legislatif dan perwakilan daerah yang akan menjadi wakil rakyat. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;"><strong>Hak dan Panggilan Ikut Serta Pemilu</strong> </span><br />
<span style="color: black;">
Warga negara yang telah memenuhi syarat berhak ikut menentukan siapa yang akan mengemban kedaulatan rakyat melalui Pemilu. Mereka yang terpilih akan menempati posisi yang menentukan arah dan kebijakan negeri ini menuju cita-cita bersama, yaitu kesejahteraaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, selain merupakan hak, ikut memilih dalam Pemilu merupakan panggilan sebagai warga negara. Dengan ikut memilih berarti Anda ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. Penting disadari bagi para pemilih untuk tidak saja datang dan memberikan suara, melainkan menentukan pilihannya dengan cerdas dan sesuai dengan hati nurani. Dengan demikian, pemilihan dilakukan tidak asal menggunakan hak pilih, apalagi sekedar ikut-ikutan. Siapa pun calon dan partai apa pun pilihan Anda, hendaknya dipilih dengan keyakinan bahwa calon tersebut dan partainya akan mewakili rakyat dengan berjuang bersama seluruh komponen masyarakat mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia. Pertanyaannya adalah calon legislatif macam apa yang mesti dipilih dan partai mana yang mesti menjadi pilihan kita. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Kriteria Calon Legislatif </span><br />
<span style="color: black;">
Tidak mudah bagi Anda untuk menjatuhkan pilihan atas para calon legislatif. Selain karena banyak jumlahnya, mungkin juga tidak cukup Anda kenal karena tidak pernah bertemu muka. Para calon legislatif yang akan Anda pilih, harus dipastikan bahwa mereka itu memang orang baik, menghayati nilai-nilai agama dengan baik dan jujur, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti kekerasan. Calon legislatif yang jelas-jelas berwawasan sempit, mementingkan kelompok, dikenal tidak jujur, korupsi dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan tidak layak dipilih. Hati-hatilah dengan sikap ramah-tamah dan kebaikan yang ditampilkan calon legislatif hanya ketika berkampanye, seperti membantu secara material atau memberi uang. Hendaklah Anda tidak terjebak atau ikut dalam politik uang yang dilakukan para caleg untuk mendapatkan dukungan suara. Perlulah Anda mencari informasi mengenai para calon yang tidak Anda kenal dengan pelbagai cara. Demi terjaga dan tegaknya bangsa ini, perlulah kita memperhitungkan calon legislatif yang mau berjuang untuk mengembangkan sikap toleran dalam kehidupan antarumat beragama dan peduli pada pelestarian lingkungan hidup. Pilihan kepada calon legislatif perempuan yang berkualitas untuk DPR, DPD dan DPRD merupakan salah satu tindakan nyata mengakui kesamaan martabat dalam kehidupan politik antara laki-laki dan perempuan, serta mendukung peran serta perempuan dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Kriteria Partai Politik </span><br />
<span style="color: black;">
Kita bersyukur atas empat kesepakatan dasar dalam berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita percaya bahwa hanya dengan mewujudkan keempat kesepakatan tersebut, bangsa ini akan mampu mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, dalam memilih partai perlu memperhatikan sikap dan perjuangan mereka dalam menjaga keempat kesepakatan tersebut. Hal yang penting untuk menjadi pertimbangan kita adalah partai yang memiliki calon legislatif dengan kemampuan memadai dan wawasan kebangsaan yang benar. Partai yang memperjuangkan kepentingan kelompoknya apalagi tidak berwawasan kebangsaan, hendaknya tidak dipilih. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Pengawasan atas Jalannya Pemilu </span><br />
<span style="color: black;">
Setiap warga negara diharapkan ikut memantau dan mengawasi proses dan jalannya Pemilu. Pengawasan itu bukan hanya pada saat penghitungan suara, melainkan selama proses Pemilu berlangsung demi terlaksananya Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil). Kita perlu mendorong dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang dengan cermat mengikuti dan mengritisi proses jalannya Pemilu. Hendaknya Anda mengikuti secara cermat proses penghitungan suara bahkan harus terus mengawasi pengumpulan suara dari tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai ke tingkat kecamatan dan kabupaten agar tidak terjadi rekayasa dan kecurangan. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Pemilu yang Aman dan Damai </span><br />
<span style="color: black;">
Amat penting bagi semua warga masyarakat untuk menjaga Pemilu berjalan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, damai dan berkualitas. Jangan sampai terjadi kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara terbuka maupun terselubung, karena bila sampai terjadi kekerasan maka damai dan rasa aman tidak akan mudah dipulihkan. Perlu tetap waspada terhadap usaha-usaha memecah belah atau mengadu domba yang dilakukan demi tercapainya suatu target politik. Bila ada sesuatu yang bisa menimbulkan kerawanan, khususnya dalam hal keamanan dan persatuan ini, partisipasi segenap warga masyarakat untuk menangkalnya sangat diharapkan. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Calon Legislatif </span><br />
<span style="color: black;">
Para calon legislatif, kami hargai Anda karena tertarik dan terpanggil terjun dalam dunia politik. Keputusan Anda untuk mempersembahkan diri kepada Ibu Pertiwi melalui jalan itu akan menjadi kesempatan untuk berkontribusi secara berarti bahkan maksimal bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Karena itu, tetaplah memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta tetap berjuang untuk kepentingan umum dengan integritas moral dan spiritualitas yang dalam. Anda dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang! </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Saudara-saudari terkasih, </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Ikutlah memilih. Dengan demikian Anda ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Sebagai umat beriman, marilah kita mengiringi proses pelaksanaan Pemilu dengan doa memohon berkat Tuhan, semoga Pemilu berlangsung dengan damai dan berkualitas serta menghasilkan wakil-wakil rakyat yang benar-benar memperhatikan rakyat dan berjuang untuk keutuhan Indonesia. Dengan demikian cita-cita bersama, yaitu kebaikan dan kesejahteraan bersama semakin mewujud nyata. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya. </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Jakarta, Januari 2014 </span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA</span><br />
<span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Mgr. Ignatius Suharyo </span><span style="color: black;">
</span><br />
<span style="color: black;">Ketua </span></span></div>
<div class="_5clb" style="color: #333333;">
<span style="color: black; font-family: inherit;"></span> </div>
<div class="_5clb" style="color: #333333;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Mgr. Johannes Pujasumarta Sekretaris Jenderal</span> </div>
<div class="_5clb" style="color: #333333;">
</div>
<div class="_5clb" style="color: #333333;">
disadur dari <a href="http://www.mirifica.net/artDetail.php?aid=8264">Mirifica News</a></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-80675334625704606622014-01-04T08:52:00.001+01:002014-01-04T08:52:16.339+01:00Doa tahun pelayanan 2014
<span><span style="font-family: inherit;">Bapa
kami di surga,</span></span><br />
<span></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">kami
bersyukur karena Kau pilih kami </span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">untuk
hidup<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>bersaudara, </span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span><span style="font-family: inherit;">saling
berbagi dan<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>melayani.</span></span><br />
<span></span><br />
<span></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">PutraMu
Yesus Kristus </span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span style="font-family: inherit;"><span>bersedia
mengambil rupa seorang</span><span lang="EN-US">
hamba.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US"></span></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Cinta
kasih-Nya agung dan mulia.</span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Ia
rela wafat di kayu salib</span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span><span style="font-family: inherit;">untuk
melayani keselamatan umat manusia.</span></span><br />
<span></span><span><span style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<span><span style="font-family: inherit;">Bimbinglah
kami dengan Roh KudusMu</span></span><br />
<span></span><span><span style="font-family: inherit;">agar
kami bertekun mewujudkan ajaran-Nya:</span></span><br />
<span></span><span style="font-family: inherit;"><span>supaya
kami lebih suka melayani, bukan dilayani</span><span lang="EN-US">;</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US"></span></span><span style="font-family: inherit;"><span>supaya
kami berbelarasa bagi yang </span><span lang="EN-US">menderita;</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US"></span></span><span><span style="font-family: inherit;">supaya
kami melayani dengan tulus dan gembira</span></span><br />
<span></span><br />
<span></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Tuntunlah
kami</span></span><br />
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">a</span></span><span style="font-family: inherit;"><span>gar
mampu berbagi harta, talenta, waktu dan tenaga,</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">u</span><span>ntuk mewujudkan pelayanan penuh kasih</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">b</span><span>agi sesama yang lemah,
kecil, miskin, dan tersisih.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span></span></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Bunda
Maria, Bunda kami,</span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">d</span><span lang="EN-US">oakanlah kami agar makin mampu
melayani,</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US"></span></span><span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">diresapi
semangat pelayanan PutraMu sendiri.</span></span><br />
<span lang="EN-US"></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Demi Kristus</span><span>, Tuhan dan Pengantara kami.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Amin.</span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span lang="EN-US"><o:p><span style="font-family: inherit;"> </span></o:p></span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-90620234468650833882013-12-10T17:28:00.001+01:002013-12-10T17:28:42.299+01:00Misa Requiem Natalia Naibaho<div style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Ketika
saya membaca kisah hidup St. Agustinus, dia sangat bangga akan ibunya, Santa
Monika. St. Agustinus menceritakan begini. Ketika masih kecil hingga remaja, ibunya
adalah orang yang bersahaja; sederhana dan taat pada orang tuanya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ketika dia menikah, dia melayani suaminya
dengan setia. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Meskipun suaminya itu
adalah seorang pemarah, kurang sabar dan kadang tidak setia, dia tidak
bertikai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengannya, tetapi menunggu
belaas kasih Allah untuk mengubah hati suaminya menjadi seorang yang beriman
dan berkeutamaan. Santa Monika, menurut St. Agustinus, adalah seorang ibu yang
membawa damai, yang bisa mendamaikan para tetangga yang berselisih, termasuk
mengambil hati ibu mertuanya yang pernah memusuhinya, gara-gara celotehan para
pembantu-pembantunya yang kurang bertanggungjawab. Santa Monika melayani siapa
saja dengan bertanggung jawab. Bahkan St. Ambrosius, yang waktu itu menjadi
uskup agung di Milan, sangat dekat dan bangga dengan ibunya St. Agustinus ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Apa yang menjadi kebanggaan St. Monika? <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Satu-satunya harapan dan kebanggaan St. Monika
adalah melihat Agustinus menjadi katolik, sebelum dia meninggal. Dia ingin
melihat Agustinus mengabdi Allah dan meninggalkan semua hal duniawi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Apa yang bisa kita ambil hikmahnya dari pengalaman
St. Monika dan juga pengalaman kita hari ini? Paulus, dalam 2 Tim 1,14:
Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan Allah kepada kita, oleh
Roh Kudus yang diam di dalam kita. Iman kita pada Kristus adalah harta yang
besar dan indah., namun, terbentuk dalam bejana tanah liat. Bejana ini bermakna
kerapuhan dan kelemahan manusiawi seperti: kematian hati nurani, kurang peka
akan anjuran dan peringatan dari sesama, ketegaran hati untuk terus memenangkan
egoisme pribadi, rasa buru-buru, berbagai macam keinginan pribadi yang tidak
teratur, prinsip mau menang sendiri tanpa mengindahkan situasi dan kebutuhan
orang lain, kebiasaan menampilkan identitas diri dengan berbagai topeng dan
masker jati diri “agar bisa diterima”.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ketika bejana ini jatuh dan pecah, apa yang terjadi? Tentu
harus dibersihkan dan dibuang kalau memang hancur berkeping-keping, karena
berasal dari tanah liat. Atau dimanfaatkan untuk hal lain. Dari sudut pandang spiritual,
kita bisa melihat bahwa keterpecahan bejana tanah liat ini memiliki efek sosial.
</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Yang lain harus menanggung resiko: membereskan,
membersihkan, mengatur tempat agar rapi kembali. Dosa –atau diterjemahkan
dengan kerapuhan manusiawi kita, keteledoran kita, ketegaran hati kita untuk
tidak mau mendengarkan, tidak horma kita pada peraturan, kematian hati nurani kita
– dosa: memiliki efek sosial, berupa kematian yang tidak adil.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ayub, seorang mistikus penderitaan dalam
Perjanjian Lama, siapakah yang bisa mengatakan bahwa dia adalah orang yang
berdosa besar sehingga anak-anak, ladang, ternak dan semua hartanya habis? </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Dia adalah orang yang jujur, tulus dan benar. Tidak ada kesalahan
kepadanya. Namun penderitaan itu diterimanya, sebagai sebuah ujian kesetiaan
kepada Allah. Apakah dengan tidak adanya rahmat yang membahagiakan dan
meneguhkan, Ayub akan tetap setia?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span></span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Yesus pun di atas kayu salib juga mengalami kematian yang
tidak adil? Tidak ada kesalahan yang bisa ditimpakan kepada-Nya, tapi mengapa
dia dihukum seperti seorang penjahat?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Dosa, tidak pernah memiliki karakter personal, karakter
privat. Dosa selalu melibatkan sesama dan menghancurkan kehidupan. Kehadiran
dosa, merupakan sebuah tanda akan kematian hati nurani yang tidak peka akan
tujuan peziarahan kita. Kita berasal dari Allah, dan akan kembali kepada Allah.
Tujuan kita ada di surga. Maka, janganlah melupakan identitas ini. Karena, yang
menjadi korban dari dosa yang kita lakukan, adalah orang-orang yang tidak
bersalah, orang-orang yang kecil, lemah dan tidak mempunyai suara untuk bisa
membalaskan kemarahan mereka. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Bagaimana bisa dipertanggungjawabkan satu gerbong kereta
khusus untuk para remaja putri dan ibu-ibu yang justru menjadi korban dari
kecelakaan ini? Hukuman seberat apapun, tidak akan bisa mengembalikan mereka
yang kita cintai, yang kita kasihi, yang kepadanya kita memupuk sejuta
pengharapan. Marilah kita berhati-hati dengan kelemahan, keteledoran dan sikap
egois kita yang kurang memperhatikan orang lain, yang melihat orang lain selalu
sebagai ancaman dan saingan hidup kita.. semoga sikap-sikap egoisme seperti ini
tidak meminta korban yang meninggal dgn tidak adil.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Yesus dalam kesaksian iman Yoh 14, 6 mengatakan “Akulah
Jalan dan Kebenaran dan Kehidupan”. Hari ini, Natali ingin mengucapkan selamat
tinggal kepada kita semua. </span><span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kepergiannya yang mendadak beserta dengan korban kecelakaan ini membuat
kita semua terbelalak. Tidak mungkin! (disebut korban, karena mereka tidak
berdaya apa-apa untuk membela diri, mereka rentan dan rapuh melawan tantangan
kehidupan yang menggilas kehidupan mereka) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mata kita tidak sanggup melihat, mulut tidak
bisa berkata-kata, air mata seolah sudah kering karena beratnya penderitaan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span></span><span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Hanya
ada satu pengharapan terakhir: Siapakah yang akan menjadi penjamin kehidupan
setelah pengembaraan di dunia kita berakhir? Yesus Kristuslah jaminannya. Dia
menjadi manusia seperti kita. Dia mengalami kerasnya kehidupan di Nazaret,
Galilea dan Yerusalem. Dia mengalami pahitnya menjadi korban ketidakadilan,
bahkan wafat di atas kayu salib dengan ketidakadilan! Dia sendiri juga turun ke
alam maut untuk menjemput orang-orang benar yang menantikan kebangkitan. Dia
sendiri yang menjadi penjamin kita, bahwa barang siapa percaya kepada-Nya akan
memperoleh hidup yang kekal.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Natali
sudah dibabtis, menerima komuni dan bersatu dengan Kristus. Kita percaya, bahwa
saat ini dia hadir di tengah-tengah kita, ingin memberi salam dan menghibur
kita... ingin mengatakan kebahagiaannya untuk bertemu dengan Allah yang dia
rindukan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Imbal
jasa Allah kepada manusia yang percaya kepada-Nya adalah Allah sendiri, yang
hadir secara pribadi dan menjemput mereka untuk masuk dalam kebahagiaan
rumah-Nya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span><span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Karena
tadi mulai dengan agustinus, maka, sebagai penutup, saya cuplikkan satu kalimat
dari St. Agustinus yang bisa menjad peneguhan kita: <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Engkau telah menciptakan kami bagi-Mu, ya Allah, dan hati kami belum
tenang sebelum beristirahat kepada-Mu</b>. Semoga perayaan misa requiem ini,
makin meneguhkan pengharapan kita, akan tujuan akhir kehidupan kita: berkumpul
kembali dengan Allah, yang menciptakan dan menebus kita.</span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">P. Alfons sx</span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">Paroki St. Matius Penginjil - Bintaro<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">
</span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-63771722913012106792013-11-29T06:55:00.000+01:002013-11-29T06:55:47.724+01:00Spiritualitas misi dalam teks-teks klasik<div style="text-align: justify;">
Membuka-buka lembaran beberapa teks klasik dari para orang kudus, saya temukan beberapa teks klasik ini yang hendak menggambarkan tentang spiritualitas mereka dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dipakai istilah misi, untuk lebih menekankan makna dasarnya, yaitu pergi, bergerak keluar, sebuah perjalanan dari titik nol menuju ke suatu target. Pergerakan ini tidak mungkin ada tanpa ada sesuatu yang menggerakkan. Nah, dimanakah dan apakah dasar yang menggerakkan para orang kudus itu untuk berkarya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Marilah kita lihat perlahan-lahan dalam tulisan-tulisan mereka. Saya tidak mau menyuguhkan refleksi saya, tetapi saya mengajak anda sendiri untuk menangkap apa yang tersirat dalam suratan hati mereka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvS_d-lK1rqWwIhYOsme9c-dvsWF6UdtXnLokOlVFgysiQvpzbp3IiQ29DX9ghlmqFIedoZQJh9EouujQ-_g95YoXqqoSzzeuJd6VFRLHgred3Az2I7Gi8OoNH4lAcMYTbgnWvHFQg1ZL_/s1600/IMG_0715.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvS_d-lK1rqWwIhYOsme9c-dvsWF6UdtXnLokOlVFgysiQvpzbp3IiQ29DX9ghlmqFIedoZQJh9EouujQ-_g95YoXqqoSzzeuJd6VFRLHgred3Az2I7Gi8OoNH4lAcMYTbgnWvHFQg1ZL_/s320/IMG_0715.JPG" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><strong>Atti dei martiri di Lione e Vienne: Kristus yang
menderita dalam diri para martir</strong></span></div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dalam diri para tampuk pemerintahan <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">dan para algojo</span>,<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> muncul persaingan ketat dalam </span>menyiksa<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">, karena mereka tidak tahu apa yang harus
dilakukan kepadanya</span>. Pada akhirnya<span style="mso-ansi-language: IN;"> </span>mereka
memutuskan untuk memberikan <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">pelat
perunggu pada bagian yang paling halus dari tubuh yang </span>paling rapuh<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">. Anggota tubuhnya terbakar, namun para
martir tetap tegas dan pantang menyerah, teguh dalam pengakuan imannya, karena
diteguhkan oleh sumber air surgawi - air kehidupan, yang mengalir dari lambung
Kristus. Tubuh para martir adalah saksi hidup dari penderitaan. Badannya sudah
tereduksi karena luka dan memar, tinggal tungkai dan tidak nampak lagi wajah manusia.,
tetapi <u>Kristus yang menderita di dalamnya</u>. Ia akan dipenuhi dengan tanda
kemuliaan, dengan menunjuk pada diri-Nya sendiri sebagai teladan yang telah
mengalahkan para musuh-Nya, agar menjadi contoh bagi orang lain, bahwa tidak
ada sesuatupun yang bisa menakut-nakuti kita untuk tinggal di dalam kasih Bapa.
Dimana di situ bersinar kemuliaan Kristus, tidak ada derita yang tidak
tertanggungkan.</span></span></div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"></span></span><span style="font-family: inherit;"><strong>Atti dei martiri: il martirio di Perpetua e Felicita:
Kristus yang menderita dalam diri para martir</strong></span></div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">...w<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">anita itu
diserang oleh rasa sakit saat melahirkan, seperti yang terjadi pada bulan
kedelapan. Dia menderita karena proses kelahiran yang sangat sulit, dan salah
satu pegawai yang membantunya dalam persalinan bertanya: "Jika sekarang
engkau mengeluh seperti itu, apa yang akan engkau lakukan ketika engkau akan
dilemparkan ke teater yang kau benci, ketika engkau menolak untuk
mempersembahkan korban?» Dia menjawab, </span>«<u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sekarang saya </span>sedang </u><u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">menderita</span>. Di sana akan ada Yang Lain yang </u><u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">akan menderita </span>di dalam diri saya</u><u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">, karena saya menderita untuk Dia</span></u>».<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Dia melahirkan seorang bayi perempuan,
yang kemudian diambil oleh salah satu saudara perempuannya dan mengangkat dia
sebagai putrinya (15,5-7).</span></span></div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"></span></span><span style="font-family: inherit;"><strong><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">La Vita di Antonio</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">: Misi =
kesaksian hidup total pada Kristus</span></strong></span></div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><strong><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></strong></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah penganiayaan
mereda dan </span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">(alm) Uskup </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pe</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">trus<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">bersaksi </span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">dengan </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">iman</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">nya, St.
Antonius </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">kembali ke tempat
tinggal soliter</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">nya dan</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> setiap hari bersaksi dengan hati
nuraninya sendiri dan </span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">masuk
dalam </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">pertempuran iman.
Bahkan, dia berlatih asketisme dengan intensitas yang lebih besar. Selalu
berpuasa, pakaian dalamnya terbuat dari karung, yang luar dari kulit. Sampai
akhir hidupnya, ia mengikuti aturan ini: Jangan pernah mencuci badan dengan
air, atau janganlah kaki menyentuh air kecuali bila itu perlu. Tidak ada
seorangpun pernah melihat badan St. Antonius, kecuali saat ia dimakamkan
setelah kematiannya (La Vita di Antonio 47,1-3).</span></span></div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"></span></span><span style="font-family: inherit;"><strong>Spiritualitas misi St. Colombanus: Peregrinantes pro Christo.</strong></span></div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mari
kita </span>memusatkan diri pada <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">hal-hal
ilahi</span>, seperti seorang peziarah yang benar. <span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">Dia selalu memiliki </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kerinduan </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">pada rumah dan nostalgia ini selalu
memotivasinya. Seorang peziarah selalu merindukan, bahkan dengan sangat, </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">akhir perjalanan mereka</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">. Itulah sebabnya, kita pun yang berada di
dunia ini, kita adalah orang-orang yang berjalan, orang peziarah. Maka, kita
harus berpikir sungguh-sungguh tentang tujuan dari perjalanan ini, yaitu hidup
kita. Akhir dari perjalanan ini adalah rumah kita. Di tempat itu nanti, semua
orang yang sudah menyelesaikan perjalanannya </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">di dunia, </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">akan </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">memiliki nasib yang
berbeda tergantung pada jasa-jasa mereka</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">. Para</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> pejalan kaki yang
baik </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">akan </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">beristirahat di </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">rumah mereka. Sebaliknya, para </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">orang fasik tidak akan</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> bisa mencapainya. P</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">ada kenyataannya, banyak </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">orang akan </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">kehilangan rumah</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: ES;"> </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">mereka</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">,</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> karena mereka </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">lebih </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">mencintai jalan</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> menuju rumah dari pada<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>rumah itu sendiri</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">. <b>Janganlah kita mencintai jalan lebih dari
pada rumah</b>, agar tidak kehilangan rumah kediaman kekal. </span>Maka <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Rumah </span>yang demikian harus kita
cintai<span style="mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">(<i>Instructiones</i> <i>VIII</i>)</span></span></div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></span><strong><span style="font-family: inherit;">Caterina dari Siena: Misi = rasa memiliki pada
Gereja dalam </span><span style="font-family: inherit;">Surat kepada Paus Gregorius XI</span><span style="font-family: inherit;">... </span></strong></div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Seseorang yang telah menulis surat kepada Bapa Suci, seperti
yang saya pahami, itu seperti <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">setan </span>di
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">dalam jiwa</span>. Sering dia masuk<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> di bawah warna kebajikan dan kasih sayang</span>,
kemudian<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> melempar racun.</span>
Secara khusus kepada hamba Allah, dia melakukan ini karena hanya dengan cacat
pusaka, dia tidak akan tertipu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Nampaknya wajah setan yang berinkarnasi ini telah menuliskan
kepada Bapa suci dengan nuansa penuh perhatian dan kekudusan. Nampaknya dia
adalah orang kudus dan benar, namun sebenarnya adalah manusia yang jahat,
penasehat para iblis, penyamun dalam kehidupan komunitas kristiani dan
reformasi kehidupan menggereja, pecinta cinta diri dan mencari kekayaan bagi
dirinya sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Namun, tidak lama lagi, bapa dapat menyatakan jika dia datang
dari orang yang benar atau tidak. Menurut saya, demi kemuliaan Allah, Bpa
hendaknya mencarinya. </span><span style="font-family: inherit;">[...] </span><span style="font-family: inherit;">Saya berharap, dengan bantuan Kristus yang tersalib, agar Bapa
tidak menjadi seerti anak kecil yang penakut, melainkan seorang yang jantan dan
teguh.</span></div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><strong>Madelaine Delbrêl</strong></span></div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dalam lingkungan orang yang skeptis, menjadi penting
berevangelisasi. Seseorang tidak bisa memilih antara melakukannya atau tidak
melakukannya, dan juga tidak bisa memilih akan berbicara tentang apa [...].
Mewartakan Injil sesuai dengan gaya bahasa orang yang ada di depan kita itu
tidak cukup. Perlu mewartakan Injil dengan gaya bahasa Yesus Kristus. Gaya
bahasa-Nya adalah selalu disertai dengan kata-kata kemurahan hati-Nya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span> </div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><em>Salam,</em></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><em>P. Alfonsus Widhi, sx</em></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: x-small;"><em><span style="font-family: inherit;">Paroki Matius Penginjil Bintaro<o:p></o:p></span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4285294415765209283.post-87737062582299041582013-11-04T12:36:00.000+01:002013-11-04T12:36:43.883+01:00Religious life and Apostolic charism of San Guido Conforti<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOnuhtLsDELA19XDLzA7-MRGPPzbP3fOkmzJeuwqIwdiYfeUrdzP6gAz0b-vkCDCd8ShtjX4fDJv1_Xm6ZVuuqIX9dFESHK5fPagCjd3dBEX3pr7Za-ZVecrc9qYBPIK4usskcOwtrrGt-/s1600/IMG_1672.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOnuhtLsDELA19XDLzA7-MRGPPzbP3fOkmzJeuwqIwdiYfeUrdzP6gAz0b-vkCDCd8ShtjX4fDJv1_Xm6ZVuuqIX9dFESHK5fPagCjd3dBEX3pr7Za-ZVecrc9qYBPIK4usskcOwtrrGt-/s320/IMG_1672.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Conforti's crucifix at Mother house of the Xaverian Missionary in Parma</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: inherit;">The reality of
the mission in the era of Conforti was favored by a strong idea that the
identity of the mission is "to go away and for a long time." These
actions, of the so-called mission in a foreign country, are often treated with
the proper identity of the missionaries. It is an undeniable fact that the
missionaries have given a great contribution not just in the mission. The same
antithesis is also true with regard to 'burn-out' of the missionaries. Despite
the very context define the way of the mission, the danger remains behind the
door in the mix of the nature of the charism and the ways of expressing it, or
between the orders with the hierarchical structural conditions of the state of
life. The open trap of this concept is when you reduce the mission only as the
"go," reducing the "live-in"; or when the existence of
missionary be reduced only in the "land of mission at foreign",
rejecting the Church which sent him as a missionary. The imbalance the way of
thinking threatens the emptying of interiority which coincides to the person.
This language pessimist does not seek to give a justification behind the crisis
of the mission or the forfeiture of the missionary vocation today, but go to
see the core of the mystical experience of Conforti with Jesus Christ crucified
so that you may keep alive "the Christ's love that imples us forward"
(2 Cor 5:14).</span></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJRnl1U8P3w5ALz1X0nvYMaPqpt-4A4LvSuDQ0o7W8OeX3JbjvcPvwlxdB540_Wd-UEKlHm-qkkJKjV0iDzx_zpud5MAVpBZUDkAHENVbqi4gRgbEb0UgoVmECm7RNnCOpK-D-YWk7uhY/s1600/conforti+fb.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJRnl1U8P3w5ALz1X0nvYMaPqpt-4A4LvSuDQ0o7W8OeX3JbjvcPvwlxdB540_Wd-UEKlHm-qkkJKjV0iDzx_zpud5MAVpBZUDkAHENVbqi4gRgbEb0UgoVmECm7RNnCOpK-D-YWk7uhY/s320/conforti+fb.jpg" width="254" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">San Guido Maria Conforti</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">The Crucifix
speaking from the silence of the oratory of Peace, increasing the listening
heart of the young Conforti to understand "et omnia in omnibus
Christus."The heart of this man is to small, called by Cardinal Angelo
Roncalli as "a shepherd and two flock," but "the holy shepherd
of the only flock in the Church of God," to hold the love of the cross that
leads to totality of the gift of self for the consecration and mission of the
Father. That love of the Father does not stop in the life of Jesus Christ, but
overflows through his death, dripping from his side (cf. Jn 20:27). Only the
grace of God and the generosity on the part of man can welcome him intimately,
sharing it with all those who do not know and still love the One who gave His
life for all, even unto death on a cross (cf. Phil 2:8 ). Contemplating under
the crucified Jesus ensures the perfect setup and balanced between the state
of election, of consecration and that the mandate of the mission in Jesus
Christ, the Father's missionary <em>par excellence</em>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">At first
reading of the Xaverian charism and the current phenomena that affect the religious-apostolic
life, no one thought a reading so structured and well-articulated
being discovered little by little along the way. There is no novelty, nor last
word presented in this article, because all the spirituality are rooted in Jesus
Christ and his Gospel. It is when it comes to the ways in which a child of
Conforti, after a century, try to understand the mystical intuition of its
founding father. Reading his writings and comparing them directly with
the context of today, I try to capture in this present work, a creative reading to
extract the charisma of Conforti.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></span><span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">The experience
gained during the arrangement of the work has become an opportunity to learn
the spirit that animate the religious - apostolic life of Conforti. It is the
gift that is always free and in order to build up the community. First, i feel that it is
the gift of God for the whole Church through the docility of Conforti to let
his life formed and transformed by the Holy Spirit who inspires to relive the
experience "et omnia in omnibus Christus" (Col 3:11). Another gift comes from my confreres who share their life, work, thought, and their fraternity. Thanks for all. May our Lord Jesus Christ, be the
heart of the world.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">Fr. Alfonsus Widhi, sx</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">Xaverian Missionary in Jakarta</span></div>
<div class="blogger-post-footer"><a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-text="novità!" data-count="vertical" data-via="alfonsosx" data-lang="it">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>alfonsus sxhttp://www.blogger.com/profile/02882200858290090056noreply@blogger.com0