domenica 28 aprile 2013

Menghidupi masa paska

Kristus yang Lukisan dinding di Basilika Rumah induk Congregasi Passionis di Roma

Ada banyak tradisi-tradisi lokal yang dirayakan secara amat meriah pada hari paska, hari kebangkitan Yesus Kristus. Kehadiran tradisi-tradisi ini  mencoba mengungkapkan situasi baru di dalam penebusan dan kebangkitan Kristus. Beberapa bentuk tradisi yang dilaksanakan pada hari minggu paska misalnya:
§     Pertemuan Kristus bangkit dengan ibunya, Maria: Berbagai devosi dan praktek-praktek kesalehan religius selama pekan suci mengintuisi sebuah kebersamaan Yesus dan Maria di dalam peristiwa sengsara, kematian, kegembiraan dan kebangkitan! Maka, pada hari minggu paska ini, dibuat sebuah perarakan yang mempertemukan Bunda Maria dan Yesus Kristus yang bangkit dalam suasana penuh kegembiraan dan suka cita. Ritus pertemuan pada pagi hari minggu paska ini hendak menggambarkan bagaimana Bunda Maria merupakan orang pertama dan berpartisipasi penuh dalam kebangkitan Putera-Nya.
§     Pemberkatan perjamuan kekeluargaan: Dalam tradisi ini, kebaruan paska Kristus diungkapkan dengan pemberkatan telur, yang merupakan simbol kehidupan. Kemudian pemberkatan perjamuan keluarga atau makan siang bersama keluarga, serta tradisi air paska yang sudah diberkati, yang dipergunakan dalam kesempatan doa bersama pada perjamuan keluarga tersebut.
§     Salam paska kepada Bunda dari Kristus yang bangkit: Praktisnya pada sore hari, ada pemberkatan bunga-bunga setelah ibadat sore II dari brevir pada hari minggu Paska, yang kemudian dibagi-bagikan kepada umat, sebagai salam kepada Bunda yang bersengsara, namun sekarang mendapat mahkota. Pembagian bunga-bunga ini diiringi dengan lagu Regina caeli. Umat beriman, yang bersatu dengan Bunda Maria dalam kesengsaraannya, kini ingin berbagi juga kegembiraan dengan dia dalam kebangkitan Putera-Nya.
Pada masa paska, terdapat juga beberapa tradisi katolik yang dihidupi oleh umat sepanjang tahun di beberapa daerah.
§     Pemberkatan keluarga dan pemberkatan rumah tahunan: Sepanjang masa paska khususnya atau pada masa liturgi lain pada umumnya, dilakukan ritus pemberkatan keluarga di rumah-rumah mereka. Secara pastoral, ini mengingatkan umat akan kehadiran Allah dalam keluarga domestik, yang selalu memberkati dan mengajak semua anggota keluarga untuk hidup sejalan dengan Injil.
§     La Via lucis (Jalan terang). Dalam Jalan Terang ini (Via lucis), berlawanan dengan Jalan Salib (Via Crucis), umat beriman mengingat kembali inti dari iman kita: kebangkitan Kristus, serta kondisi kemuridan mereka yang dalam babtis, mereka beranjak dari kegelapan dosa menuju pada terang rahmat Allah (bdk. Kol 1,13; Ef 5,8). Tradisi Via lucis ini merupakan pedagogi iman untuk merenungkan transformasi peziarahan iman per crucem ad lucem, dari salib menuju kepada cahaya, menujui kepada Terang.
v Dalam dunia yang terus menghidupi budaya kekerasan dan budaya kematian, tradisi Via lucis merupakan rangsangan untuk menginstaurasi sebuah budaya kehidupan.
§     Devosi kerahiman ilahi: Devosi ini disebarkan oleh St. Faustina Kowalska dan dirayakan pada minggu paska II. Inti devosi ini adalah belas kasih Kristus yang wafat dan bangkit, yang mengampuni dosa dan mengembalikan kebahagiaan sebagai orang yang ditebus dan diselamatkan.
§     Novena pentakosta: Pada akhir masa paska, umat biasanya mengadakan novena ini. Sebetulnya, dalam Missale Romanum dan Ibadat harian, novena ini sudah ada. Teks-teks biblis yang ada di dalamnya sudah menekankan aspek penantian kedatangan Paraklitus. Selain novena pentakosta, di beberapa daerah juga diselenggarakan pekan doa untuk persatuan umat kristiani, seperti yang kita lakukan pada bulan januari, menjelang pesta pertobatan Paulus.
§     Pada hari Minggu pentakosta, salah satu bentuk tradisi yang populer adalah lagu Veni, creator Spiritus, Veni Sancte spiritus) dan Rosario pada misteri mulia III: Roh Kudus turun atas para rasul.
Atanasius menyodorkan dua aspek, yaitu Tradisi dan Kitab Suci. Bagi para bapa gereja, tradisi merupakan sumber dasar, pokok dan utama untuk mengenal kebenaran tentang iman, yang diwariskan secara turun temurun oleh para murid dan dilestarikan oleh Gereja.

disadur dari Congregazione per il culto divino e la disciplina dei sacramenti, Direttorio su pietà popolare e liturgia: principi e orientamenti, LEV, Città del Vaticano 2002

venerdì 12 aprile 2013

Doa mohon pangilan: dari orang tua untuk anak-anak (CSC)

Allah Bapa yang maha kasih, melalui Yesus Putra-Mu yang lahir dari Bunda Perawan Maria, Engkau telah menganugerahkan anak-anak kepada kami para orang tua. Kami berterimakasih kepada-Mu karena rahmat ini.
Dalam rasa syukur ini, kami ingin mempersembahan kepada-Mu anak-anak kami. Dampingilah mereka selalu dengan rahmat-Mu, agar dalam naungan-Mu, mereka dapat berjalan di jalan kekudusan dan menjadi seorang katolik sejati, saksi Injil-Mu. Tunjukkanlah jalan-jalan-Mu kepada mereka ya Allah, dan dampingilah mereka dengan ajaran-ajaran-Mu, agar mereka dapat menemukan kebahagiaan di dalamnya.
Sudilah Engkau berkenan untuk memanggil salah satu dari mereka pada kehidupan imamat, kehidupan religius ataupun kehidupan berkeluarga katolik. Semoga cinta kasih-Mu berakar di dalam panggilan mereka dan Engkau menjaga mereka sampai pada akhir hayatnya.
Secara khusus, kami mohon berkatmu bagi ….  yang menjawab YA dan ingin membaktikan dirinya secara penuh pada panggilan imamat, hidup bakti atau karya misi.
Berkatilah mereka yang dipanggil untuk hidup berkeluarga, semoga mereka bisa menjadi saksi Cinta kasih yang setia.
Berkatilah juga kiranya para orang tua yang anak-anak-Nya Engkau panggil untuk menjadi gembala bagi Gereja-mu. Semoga mereka dapat melepaskan dengan hati yang tulus dan ikhlas demi kemuliaan Nama-Mu.
Dan akhirnya, tunjukkanlah juga belas kasih-Mu kepada keluarga kami. Jangan mengabaikan kami di saat pencobaan dan berilah kami selalu damai-Mu. Amin.

P. Alfonsus Widhi sx
Wisma Xaverian Bintaro

Doa mohon panggilan - CSC

Tuhan Yesus, saya adalah anak zaman sekarang. Saya suka akan pilihan-pilihan  yang mudah dan instan. Saya suka akan berbagai komoditas dan gaya hidup yang lagi populer saat ini.
Namun saat ini, diantara ribuan suara, saya mendengar juga suaramu yang terus menerus menggema di telingaku: MARI, IKUTLAH AKU! Sejenak aku termenung. Seolah-olah mimpiku pudar dan Engkau membalikkan semua impian masa depanku.
Yesus, Engkau membutuhkan diriku, antusiasku, kemurahan hatiku, kekuatanku sebagai anak muda. Apa yang Engkau inginkan dariku? Kemana Engkau akan membawaku, Tuhan? Anugerahilah aku kekuatan untuk berani memutuskan, serta kekuatan untuk melepaskan semuanya demi Kerajaan-Mu: rumahku, tanah airku, budayaku, keluarga dan teman-teman dekatku. Tuhan Yesus, terangilah aku dan dampingilah aku dalam menentukan pilihan hidup.
Bunda Maria, Ratu para rasul, Bunda pengharapan, ajarilah aku untuk percaya, berharap dan mencintai Yesus, Putera-Mu seperti engkau sendiri dan tuntunlah aku dalam pencarian ini. Amin.
P. Alfonsus Widhi
Wisma Xaverian - Bintaro

martedì 9 aprile 2013

Adorasi ekaristi di Paroki St. Matius - Bintaro

Adorasi "Come and See Club"
di Wisma Xaverian
Tradisi adorasi ekaristi merupakan kelanjutan dari tuguran yang kita jalankan pada hari kamis putih. Di sini kita merenungkan due peristiwa besar antara perayaan kenangan sengsara Tuhan dan kehadirannya secara permanen di dalam hosti yang dikonsakrir. Namun, sama seperti aneka devosi lainnya, adorasi ekaristi tidak dapat dipisahkan dari hidup kita dengan sesama. Adorasi adalah suatu kebutuhan hakiki dari hati kita yang terdalam yang mencari Yang Ilahi dan Transenden. Maka, adorasi ekaristi bukan merupakan tindakan keagamaan secara pribadi untuk merasa baik, saleh dan suci, melainkan untuk menjadi semakin peka akan kehadiran Kasih dan tuntutan-Nya.
Paus Paulus VI dalam dokumen Marialis Cultus n° 46 menulis bahwa dengan melihat relasi yang erat antara Bunda Maria dan Kristus, maka mendaraskan rosari pun membantu orientasi kristologis doa-doa kita, sambil merenungkan di dalamnya misteri-misteri penjelmaan dan penebusan. Dengan demikian, berdoa kepada Yesus Kristus yang hadir di dalam Sakramen, diharapkan hati kita menjadi semakin peka dan seperasaan dengan Hati-Nya yang selalu tergerak oleh belaskasihan.
Situasi tata kehidupan di Jakarta pada millennium III ditandai dengan budaya serba cepat dan seolah tanpa batas. Kondisi ini telah berdampak serius pada kwalitas hidup beriman. Orang Muda Katolik merupakan bagian tak terpisahkan dari dinamika kehidupan tersebut. Di hadapan berbagai macam pilihan yang disodorkan di dalam hidup, ada kecenderungan untuk menentukan pilihan dengan mengandalkan kekuatannya dan kepintarannya sendiri, menunggu dari orang lain dan bukan berdasar pada iman. Seringkali Allah tidak diperhitungkan sedikitpun.
Apakah masa depan Gereja akan dipenuhi dengan orang berkepribadian anonim, berkepribadian ganda dan lebih cenderung menekankan aspek penampakan saja dan bukan menjadi dirinya sendiri? Padahal, menurut Paus Benediktus XV dalam kunjungannya ke Cyprus 5 juni 2010 yang lalu, Gereja membutuhkan para imam yang baik, yang kudus dan yang dipersiapkan dengan baik […] Gereja membutuhkan imam – religius yang berserah diri seutuhnya pada Allah dan mengabdikan dirinya untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia. Oleh sebab itu, adorasi ekaristi berkarakter panggilan yang kita jalankan sekali sebulan memiliki intensi agar kaum muda berani untuk merencanakan masa depan mereka bersama dengan Allah; berani untuk memaknai pilihan hidup mereka sebagai sebuah panggilan; berani untuk menekuni dan berusaha untuk tetap setia pada pilihan yang mereka buat. Sedangkan bagi orang tua, diharapkan agar mereka pun makin berkembang dalam iman dan terbuka pada berbagai pilihan panggilan hidup kristiani yang akan dipilih oleh anak-anak mereka. Dengan demikian, Adorasi yang kita jalankan di Paroki pada hari kamis pertama setiap bulan, merupakan salah satu jalan spiritual untuk melewati situasi kritis yang sedang dihadapi oleh kaum muda, orang tua, Gereja dan dunia, yang sedang mengawali peziarahannya juga di awal millennium III ini. Semoga.

P. Alfonsus Widhi sx
Wisma Xaverian - Bintaro.

Lettura d'oggi

Friends