giovedì 25 settembre 2014

Menikah = Sinkronisasi jam tangan (2)


2) Satu, tapi dua. Bersatu tapi berbeda. Itulah dinamika sebuah keluarga. Di awalnya berbicara tentang jam pulang kerja, mengobrol tentang situasi di tempat kerja, bicara sedikit tentang  jam berapa mulai tidur, siapa yang mematikan lampu, tidur dengan lampu terang benderang atau dimatikan atau pakai lampu kecil, jam berapa bangun dan makan pagi bersama, siapa yang siapkan makanan, apa yang dilakukan pada hari minggu atau hari libur … Kalau dibuat daftarnya, tentu akan sangat panjang. Dalam dialog ini perlahan kedua partner akan memahami kemampuan individuasi dan persekutuan dari masing-masing pasangan.
Ini matahari sedang terbit atau sedang tenggelam?
Ada dua kutub muncul dalam dialog ini. Di satu sisi adalah tingkat individualitas dan pemahaman tentang perbedaan, serta di sisi lain adalah tingkat persekutuan dan relasi. Dinamika kedua kutub ini menjadi bumbu dalam membangun sebuah keluarga, dalam menciptakan keharmonisan, yang tetap menghargai perbedaan identitas. Dialog mulai sulit ketika masing-masing pasangan kehilangan sudut pandang positif akan yang lain, atau dengan kata lain, hanya melihat bahwa pendapatnya saja yang paling benar dan tidak bisa dikompromikan! Individualisme yang berlebihan ini akan merugikan persekutuan hidup yang telah diputuskan bersama dan sedang dibina dengan pasangan.
Memiliki otonomi pribadi dan tahu menempatkan diri dalam relasi dengan pasangan, merupakan dua garis perkembangan sebelum pernikahan. Akar kematangan kepribadian ada dalam pengalaman dasar sejak masa kecil di keluarga dan segebok pengalaman yang dilaluinya di kemudian hari, memberikan kontribusi untuk makin membentuk atau merapuhkan dia.
Di saat pacaran, mengetahui dengan baik calon pendamping hidup itu sangat penting. Tujuannya agar masing-masing memahami identitas, kematangan kepribadian dan kesanggupannya untuk berbagi, untuk mensinkronkan dua jam tangan yang berbeda, serta tidak berpikir untuk bisa mengubah yang lain. Pribadi yang kurang dewasa dan kurang matang, justru akan memberatkan dirinya sendiri pada saat menjalani hidup perkawinan. Berpikir bahwa bisa merubah yang lain pun harus dimulai dengan perubahan dalam diri sendiri.
Beberapa bahan untuk permenungan bersama:
  • Unsur-unsur dan nilai-nilai apa sajakah yang menjadikan keluarga itu sebuah lembaga khas dan unik?
  • Alasan historis dan sosial apakah yang menjadikan keluarga modern saat ini mengalami kesulitan untuk menentukan identitasnya?
  • Apa yang menjadi isi panggilan dan perutusan keluarga-keluarga katolik di masyarakat dan di Gereja?


Tidak bisa membangun sebuah keluarga tanpa bagasi belaskasih dan iman (E. Schneider)

Nessun commento:

Posta un commento

Lettura d'oggi

Friends