3) Pengaruh masa lalu bagi hidup perkawinan. Kadang kita pernah mendengar
ungkapan ini: ah, kalau suka ngotot itu mah penyakit turunan! Dia mah mau
menang sendiri dan gak mau ngalah! Meskipun dia gak punya apa-apa, tapi kalau
ada orang yang minta sesuatu, pasti diada-adakan deh; atau, meskipun dia
kelelahan, kalau ada teman yang ngajak pergi, pasti dia pergi! Dia mah cuek
mulu.. Dia itu sederhana banget! Kalau bajunya belum sobek, gak mau diganti! Dia
itu pendiam, tapi kalau sekali bicara, pasti ada maknanya…
Kerapkali hal ini tidak dapat dipungkiri muncul dalam karakter
dan sikap masing-masing pasangan. Variasi sikap dan perangai kita muncul karena
pengaruh yang diterima dan terkondisikan secara tidak sadar di masa lampau.
Sejauh mana hal itu disadari oleh masing-masing pribadi dalam relasi pasutri
baru? Seolah-olah ada sebuah gejala transfer dalam kehidupan kita: cara
berpikir, cara merasa dan bertindak di masa lampau itu terungkap secara tidak
sadar dalam relasi kita yang sekarang dengan pasangan, dengan orang lain atau
dengan peristiwa dan hal-hal di sekitar kita. Maka, PR besar buat pasutri muda
adalah menyadari karakter-sikap yang muncul secara otomatis. Perlu dikenal
betul asal muasal emosi yang muncul serta reaksi – sikap yang ditimbulkannya.
|
Banyak jalan menuju ke Roma, banyak pengalaman kehidupan para pasangan telah membentuk diri masing-masing untuk tiba hingga hari ini |
Bagaimana hal ini bisa mempengaruhi relasi pasutri muda? Kehidupan
baru bersama pasangan bisa merupakan sebuah titik awal, tapi juga titik akhir.
Perlu kita ingat bersama bahwa pasangan kita bukanlah sebuah kertas HVS putih,
kosong dan halus dimana siapapun bisa menorehkan tinta semaunya. Dalam diri
masing-masing pasangan, ada kecenderungan tetap untuk “memaksakan” secara tidak sadar, sebuah situasi
seturut dengan gaya hidup yang selama ini dia alami bersama keluarga asalnya,
yang dia pandang baik. Setiap orang berelasi dengan orang lain mirip dengan
cara berelasi yang terbentuk secara perlahan-lahan di masa lampau. Misalnya, bagaimana
saya menyapa orang asing? Apa yang harus saya lakukan jika bersalah? Apa yang
saya lakukan ketika saya ingin menang padahal saya sendiri menyadari bahwa saya
salah? Apa yang harus saya lakukan ketika ada orang meminta maaf? Bagaimana
ungkapan kebahagiaan dan kemarahan saya? Apa yang saya pikirkan dan ingin
terapkan dalam keluarga tentang doa bersama, makan bersama, pengaturan
keuangan, kesehatan dan pendidikan? Reaksi spontan apa yang muncul di hadapan sebuah peristiwa yang
mengagetkan? Dan masih banyak lagi…. Ini mirip dengan mencampur anggur lama
bersama dengan anggur yang baru.
Dalam hukum
sebab akibat, tekanan timbal balik dari masing-masing pasangan kerap
menghasilkan pertentangan kekuasaan atau dominasi dalam keluarga, karena
masing-masing bersikukuh akan kebaikan menurut
pengalamannya. Tanpa masuk dalam sebuah ketegangan dan mempersalahkan atau
membenarkan masa lalu dan sekarang, perlu kita menerima bahwa kepribadian kita
dibentuk karena pengaruh lingkungan. Apa yang kita lakukan kepada pasangan dan
orang-orang di sekitar kita saat ini, terpengaruh sedikit banyak oleh
pengalaman kita di masa lalu, sejak kanak-kanak. Masalahnya bisa bervariasi,
tetapi cara menanggapinya bisa serupa, karena dipahami dengan tidak sadar dengan cara serupa di masa lalu. Maka, reaksi
yang muncul juga diperkirakan tidak jauh-jauh amat, meskipun situasi sekarang
berbeda dengan situasi masa lalu.
Komitmen untuk
membuat sebuah kehidupan bersama, kerap diwarnai dengan kerikil-kerikil tajam karena
masing-masing mengeluarkan dari ranselnya, pola pikir, gaya hidup dan cakrawala
yang lama, yang tidak sesuai dengan pasangannya. Masing-masing menilai
pasangannya sesuai dengan apa yang dipikirkan, bukan menurut situasi dan
konteks yang sedang dialami pasangannya pada waktu itu dan di situ. Mengetahui
hal ini dengan sadar adalah langkah pertama. Berikutnya adalah menyadari sikap
kolot masing-masing dengan tersenyum dan sadar bahwa sekarang waktunya untuk
berubah dan memikirkan yang terbaik bersama. Ingat, bahtera kehidupan keluarga
baru berangkat dari dermaga. Dengan demikian penting sekali mengenal lingkungan
sekitar dimana pasangan kita itu hidup, untuk memahami sebab musabab munculnya
sebuah reaksi yang mengagetkan kita. Reaksi yang muncul itu hanya penampakan
saja, di baliknya, ada sebuah situasi yang membentuknya. Mari kita pahami
situasi gunung es di bawah laut itu, karena menikah adalah mensikronkan jam
tangan, menyelaraskan kehidupan dua insan.
bersambung....