sabato 31 marzo 2012

Renungan tentang Salib


Salib yang muram, salib yang berbahagia dan Salib Penebus
Biasanya kita cenderung untuk mengkontemplasikan salib yang berada di tengah-tengah. Yang lain mungkin kita kesampingkan, kita remehkan, kita anggap sebagai figuran atau mungkin kita anggap tidak ada dan tidak perlu diperhatikan. Sebenarnya bukan begitu. Di puncak golgota ada tiga salib: salib yang muram, salib sang Penebus dan salib yang berbahagia. Ketiga salib itu membentuk sebuah satu kesatuan yang menggambarkan kehidupan kita. Semuanya menghadirkan realitas (penderitaan) umat manusia, dimana Yesus Kristuslah kepalanya.
Salib yang berbahagia: penjahat yang disebelah kanannya terlukis dengan warna yang cerah. Wajahnya tenang. Menyadari bahwa dia pantas menerima ganjaran salib dan mengakui bahwa Yesus itu tidak pantas menerima salib, karena dia tidak bersalah sedikitpun. Dalam situasi ini, dia mencoba mencari relasi antara salib yang dia terima dan salib yang Yesus sedang jalankan; antara penderitaan yang dia alami dan penderitaan yang Yesus alami. Di hadapan salib ini, kita hendaknya merenung lebih lama lagi, karena kita pun hendaknya belajar untuk melihat penderitaan kita dalam terang penderitaan Yesus. Berusaha mencari keterkaitan dan hubungan antara salibku dan salib Yesus.
Salib yang muram: penjahat di sebelah kiri Yesus terlukis dengan warna yang gelap. Dia tidak berusaha mencari keterkaitan antara penderitaanya dengan salib Yesus. Bahkan, dia bertindak menentang. Baginya, salib itu tidak memiliki arti sama sekali. Hanya kalau diturunkan dari salib secara fisiklah, maka dia akan selamat dari neraka ini. Tetapi itu tidak terjadi. Ketertutupan ini yang membuat dia makin jauh terpisah dari Allah. Tapi bisa mengherankan kita, kok dia bisa berada begitu dekat dengan Yesus? Maka kita pun bisa bertanya, berapa salib muram yang kita miliki dalam kehidupan? Segala penderitaan, segala keadaan dimana kita memberontak terhadap Allah atau mungkin kita pernah menyesal karena menjadi korban dari nasib dan ganasnya kehidupan.
Salib Yesus: berada di tengah-tengah kedua penjahat, di pusat, tidak jauh dari satu dan dari yang lain. Sebuah realitas yang mengharukan: Yesus tidak menjauhkan diri dari berbagai macam penderitaan manusia, dari kedua salib itu. Dengan kata lain: dimana ada salib, di situ Yesus pun berada. Ini tidak dapat dipungkiri lagi.
Penutup: santo Fransiskus dari Sales menceritakan, di daerah savoia ada sebuah kebiasaan begini. Ibu-ibu atau mbak-mbak yang menimba air di sumur, biasanya menempatkan sepotong kecil kayu di permukaan air dalam ember. Ketika ditanya mengapa, mereka menjawab: potongan kecil kayu itu berguna untuk menjadikan air supaya lebih tenang dan tidak bergejolak. Santo itu kemudian menulis sebuah surat kepada uskup di Genoa sambil menyebutkan kebiasaan ini dan menguatkan uskup itu begini: Salib Yesus Kristus adalah sepotong kayu yang menami ketenangan batin ditengah berbagai macam pencobaan dalam hidup. Jika hatimu bergejolak dan tidak tenang, taruhlah salib di tengah-tengah, maka engkau akan menemukan kedamaian dan peneguhan. Amin.


disarikan dari Szentmàrtoni, M., "Ritiro di quaresima per i sacerdoti della congregazioni per il clero", 7 marzo 2007
alih bahasa: p. alfonsus widhi sx
Postulat xaverian di Bintaro
pekan suci 2007

Lettura d'oggi

Friends