domenica 6 maggio 2012

Maria dan Ekaristi


Bunda Maria
Basilika St. Maria degli Angeli - Ass

Apa hubungannya Bulan Maria di dalam Tahun Ekaristi? Apakah ini sebuah koinsidensi kebetulan-kebetulan yang menciptakan sebuah rantai yang populer dengan nama RAHMAT TUHAN? Barangkali ini tergantung juga dari ketajaman intelektualitas iman masing-masing orang. Namun demikian, mari kita mendalami serena relasi antara Maria dan Ekaristi dalam pengalaman hidup sehari-hari yang disampaikan kepada kita oleh para penginjil.

1) Dalam kabar gembira malaikat kepada Maria.
Fiat yang disampaikan oleh Maria kepada Malaikat seiring dengan amin yang kita ucapkan ketika menyambut ekaristi. Kok bisa? Malaikat menggarisbawahi bahwa  anak yang di dalam rahimnya akan disebut Ananak Allah yang Maha tinggi (Lk 1,32). Dengan mengatakan Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu, Maria menerima Allah yang berinkarnasi di dalam rahimnya selama kurang lebih 9 bulan. Dengan mengatakan amin, bukankah kita menjawab pernyataan serupa? Bahwa yang kita terima dalam rupa roti dan anggur adalah Yesus Kristus sendiri, Anak Allah dan Anak dari darah dan daging ibunya, Maria!

2) Maria sebagai tabernakel pertama
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel selalu membawa kemana-mana tabut Tuhan untuk menandai kehadirannya di tengah-tengah mereka. Bukankah selama 9 bulan rahim Bunda Maria menjadi tabernakel, Tabut Tuhan dan tempat kehadiran Allah di dunia ini?

3) Magnificat sebagai sebuah lagu ekaristi
Magnificat merupakan sebuah kidung syukur karena di dalam Maria dan Ekaristi, umat bersama memuji dan bersyukur kepada Bapa melalui Yesus Kristus, di dalam Yesus Kristus dan bersama Yesus Kristus. Jika dalam kidung ini juga dikenangkan peristiwa inkarnasi Allah yang menebus: perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang Mahakuasa, kuduslah Nama-Nya; maka di dalam Ekaristi, dinyatakan dan diaktualisasikan misteri paskah Allah: hidup yang terberi dan terbagi demi keselamatan segenap umat manusia.

4) Kesatuan persembahan dan kurban
Dari Bunda Maria kita belajar mencintai dan berkurban. Kita ingat kembali bahwa sejak dari ketersembunyian di Betlehem, Bunda Maria mengkontemplasikan wajah kecil dalam timangannya atau dalam pangkuannya sebagai wajah Allah! Lalu, ketika Bunda Maria dan Yusuf suaminya mempersembah Yesus di dalam kemegahan Bait Allah, Simeon menubuatkan sebuah drama golgota: bahwa sebuah pedang akan menembus hati sang Bunda. Inilah Stabat Mater di kayu salib. Sejak kelahiran Sang Putera, Bunda Maria menghidupi kesatuan rohani dengan-Nya dalam suka dan duka, dalam sengsara dan kemuliaan-Nya.

5) Percayalah akan perkataan Anak-Ku
Kata ini menjadi kata kunci dalam peristiwa di mujijat air menjadi anggur dalam perjamuan perkawinan di Kana. Kok bisa ya, tuan rumah kehabisan anggur…? Barangkali Yesus terlalu banyak membawa teman-teman sehingga anggurnya kurang? Kita tidak tahu… tapi, hal yang pokok adalah, jika Yesus sanggup mengubah air putih biasa menjadi anggur merah yang amat enak, mengapa kita ragu akan kemampuannya untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya sendiri? Dengan melakukan ini, Yesus memberikan kenangan hidup tentang paskah-Nya agar kita pun menjadi roti hidup: yang dikumpulkan, diberkati, dipecah-pecahkan dan dibagi.

6) Maria di bawah kayu salib
Inilah Ibumu; Inilah anakmu (Yoh 19,26-27). Inilah kata kunci yang amat berharga bagi peziarahan kita sebagai murid-murid Yesus Kristus. Di sini, kita memiliki tugas untuk menghidupi ekaristi sebagai kenangan akan wafat-Nya. Ini berarti menerima ekaristi sebagai anugerah. Dalam waktu yang sama, seperti Yohanes, kita diundang untuk menerima Maria di dalam hidup kita – sebagai ibu kita – dan berusaha untuk mengikuti jejak Kristus hari demi hari dengan membiarkan diri didampingi oleh Bunda Maria.
Bunda Maria selain hadir dan berpartisipasi dalam ekaristi, dia juga mengenal situasi anak-anaknya. Kesederhanaan hatinya merupakan kunci kesungguhan iman, harapan dan kasihnya pada Allah dan pada kita anak-anaknya.
Marilah, seiring dengan bunga-bunga yang mulai bermekaran pada musim semi di Eropa saat ini, kehidupan rohani kita pun berkembang dan menebarkan semerbak harumnya dalam tindak cinta kasih pada Allah dan sesama, di bawah naungan Bunda Maria.
p. alfonsus widhi sx
Wisma  Xaverian - Bintaro

Nessun commento:

Posta un commento

Lettura d'oggi

Friends