martedì 12 marzo 2013

50 tahun hari panggilan sedunia (1. tentang doa)


Berangkat ke tempat pelayanan.....
50 tahun lalu didengungkan sebuah ajakan untuk berdoa bersama untuk memohon panggilan sedunia. Paus Paulus VI dalam pesan radio tahun 1964 menekankan sedikitnya jumlah pekerja di ladang tuaian, sementara di sisi lain ada banyak kebutuhan pastoral, banyak tantangan dunia yang sedang di hadapi, banyak kebutuhan untuk menerangi jalan-jalan kehidupan dengan pendamping yang terbuka, yang memahami situasi, yang kontekstual serta yang jeli untuk menangkap tanda-tanda zaman beserta dengan permasalahan-permasalahan yang menyertainya.
Hal yang kedua yang ditekankan adalah bahwa manusia, sebagai homo socius, perlu untuk didampingi, dihibur, didengarkan dan dibantu untuk memahami Yesus kristus lewat katekase iman yang benar.
Dipilih hari minggu Paska IV, dengan tema pokok Gembala yang baik, agar kita bersama-sama berkumpul di depan altar dan memohon kepada yang punya tuaian agar berkenan mengirim pekerja-pekerja bagi Gereja-Nya.
Paus emeritus Benediktus XVI pada akhir masa jabatannya juga menekankan hal ini: kehidupan Gereja ada di dalam tangan Allah.
Namun, kita pun bisa bertanya, mengapa ditekankan kata doa dalam hari minggu panggilan ini, yang sebenarnya berjudul lengkap: hari minggu doa untuk memohon panggilan? Kalau kita melihat pesan dari Paus Benediktus XVI pada tahun 2013 ini, dia menekankan kembali kata doa ini karena pertama-tama, doa itu membangun komunitas.
Kedua, subyek karya pendampingan untuk panggilan adalah hati manusia. Maka, melihat bahwa hati manusia itu tidak stabil, dan hanya Allah saja yang dapat memenuhi kerinduan-kerinduannya yang terdalam, maka perlu ditekankan doa untuk membangun harapan kita berdasarkan iman. Kita sebagai pendamping hanya bisa membantu proses pematangan panggilan (kalau kita berbicara dalam konteks pendampingan) dan sebagian besar, karya Allah sajalah. Maka di sini, yang kita hidupi sebagai pendamping adalah pengharapan berdasar iman.
Mengapa doa? Hal ketiga adalah dengan doa kita memohon kedatangan Roh Kudus untuk membuka hati anak-anak muda agar mereka berani merencanakan masa depan bersama dengan Allah. Menjadi aktor imam, rahib, suster atau bruder itu berarti menempatkan diri selalu dalam tangan Allah. Bukan rencana-rencanaku, melainkan Kehendak-Mulah yang menjadi pegangan hidupku.

P. Alfons sx
Formator Postulat Xaverian -Bintaro

Nessun commento:

Posta un commento

Lettura d'oggi

Friends