mercoledì 1 ottobre 2014

Paus Fransiskus: Dayunglah, hendaklah kamu kuat, bahkan dengan angin sakal!




Ini adalah renungan Bapa Paus Fransiskus bagi para Yesuit dalam perayaan vesper di Chiesa del Gesu'. Sebuah refleksi yang sangat mendalam berkaitan dengan perayaan 200 tahun pendirian kembali Serikat Yesus. Menarik bagi saya ketika membaca teks secara keseluruhan, Bapa paus mengambil inspirasi tentang: panggilan Serikat, discernment, perutusan dan pelayanan. 

Saudara-saudara dan para sahabat yang terkasih dalam Tuhan,
....
Kapel St. Fransiskus Xaverius,
dengan reliqui tangan kanannya
di Gereja del Gesu' - Roma
Dalam masa-masa sulit dan pencobaan, selalu muncul awan keragu-raguanan dan penderitaan. Tidak mudah melangkah maju untuk melanjutkan perjalanan. Ada begitu banyak godaan, terutama di masa-masa sulit dan krisis, untuk berhenti dan mendiskusikan ide-ide, membiarkan diri dikuasai oleh kesedihan, memusatkan perhatian pada kondisi yang teraniaya dan tidak melihat cakrawala yang lain. Membaca surat Rm. Ricci, saya tersentuh oleh satu hal: kemampuannya untuk tidak membiarkan diri masuk ke dalam pencobaan ini dan mengusulkan kepada para Yesuit di saat-saat yang sulit ini, suatu cakrawala pandang yang menjadikannya lebih berakar lagi dalam spiritualitas Serikat.
Romo Jendral Yesuit, Rm. Ricci, yang menulis surat kepada para Yesuit, sambil melihat awan menebal di cakrawala, meneguhkan para anggotanya dalam membangun semangat memiliki pada keanggotaan Serikat dan pada perutusannya. Begitulah dia melakukan discernment dalam situasi keragu-raguan dan kekacauan. Dia tidak membuang waktu untuk mendiskusikan ide-ide dan mengeluh, tapi bertanggung jawab atas panggilan dari Serikat. Dia harus menjaganya, dan menjaga tanggung jawab itu.

Dan sikap inilah yang membawa para Yesuit mengalami kematian dan kebangkitan Tuhan. Di hadapan resiko kehilangan segala-galanya, bahkan identitas publik mereka, mereka sendiri tidak melakukan perlawanan terhadap kehendak Allah, tidak berlama-lama dalm konflik sambil mencari keselamatan sendiri. Serikat, ini bagus sekali, telah mengalami konflik sampai ke dasarnya, tanpa mengurangi itu sedikitpun. Serikat telah mengalami penghinaan bersama Kristus yang direndahkan, tetapi dia taat. Serikat tidak menyelamatkan diri dari konflik dengan kelicikan dan siasat untuk melawan. Dalam kebingungan dan pengalaman penghinaan, Serikat lebih memilih melakukan discernment tentang kehendak Allah, tanpa mencari satu jalan keluar dari konflik yang nampaknya tenang menghanyutkan. Atau setidaknya dencan cara elegan: Serikat tidak melakukannya.
Ketenangan semu tidak pernah memuaskan hati kita, tetapi kedamaian sejati adalah anugerah Allah. Jangan pernah mencari "kompromi" yang mudah atau mempraktekkan irenisme gampangan. Hanya discerrment yang menyelamatkan kita dari keterpisahan jatidiri, dari kemiskinan hati, yang adalah sikap egois, sikap keduniawian, hilangnya cakrawala dan harapan kita dari Yesus dan hanya Yesus saja. Demikianlah Rm. Ricci dan Serikat lebih memilih sejarah daripada sebuah cerita abu-abu, dengan mengetahui bahwa cinta lah yang akan menghakimi sejarah, dan bahwa harapan lah, meski dalam kegelapan, yang lebih besar dari keinginan-hasrat kita.
Discernment harus dilakukan dengan niat yang tulus, dengan cakrawala  sederhana. Untuk itulah, di saat-saat kebimbangan dan kekacauan ini, Rm. Ricci berbicara tentang dosa-dosa para Yesuit. Nampaknya dia membuat publikasi senjata makan tuan! Dia tidak membela diri, sambil merasa menjadi bagian korban sejarah, tetapi mengakui bahwa dirinya adalah orang berdosa. Mengakui diri sebagai orang berdosa, sebagai sungguh-sungguh orang berdosa, berarti menempatkan sikap yang tepat untuk menerima penghiburan.
….
Allah itu berbelas kasih. Allah bermahkotakan belas kasih. Allah mengasihi kita dan menyelamatkan kita. Kerapkali, perjalanan yang menuntun pada kehidupan itu sempit dan susah, tetapi pencobaan yang dihidupi dalam terang belas kasih Allah, akan memurnikan kita seperti api, menghiburkita dengan banyak penghiburan dan mengobarkan hati kita, sambil menariknya dalam doa. Para Yesuit saudara-saudara kita, dalam penderitaan dan tekanan, mereka teguh dalam semangat dan dalam pelayanan kepada Allah, bersukacita dalam pengharapan, tekun dalam kesusahan, setia dalam doa (lih Rom 12:13). Inilah yang memberikan kemuliaan pada Serikat, tapi yang pasti bukan memuji jasa-jasanya. Demikianlah akan selalu terjadi.
Bahkan perahu Petrus hari ini pun bisa mengalami hal serupa. Malam dan kuasa kegelapan selalu mendekat. Sulit untuk mendayung. Para Yesuit harus menjadi pendayung yang berani dan berpengalaman (Pius VII, Sollecitudo omnium Ecclesiarum): Dayunglah! Dayunglah, hendaklah kamu kuat, bahkan dengan angin sakal! Marilah kita mendayung untuk melayani Gereja. Marilah kita mendayung bersama-sama! Tetapi, sementara kita mendayung, semua mendayung, juga Bapa Paus mendayung di dalam perahu Petrus, kita harus berdoa banyak Tuhan selamatkanlah kami! Tuhan selamatkanlah umat-Mu! Allah akan menyelamatkan kita, meski kita pendosa dan kurang beriman. Mari berharap dalam Tuhan! Berharaplah selalu dalam Tuhan!
….

Nessun commento:

Posta un commento

Lettura d'oggi

Friends