martedì 20 novembre 2012

Orang katolik Palestina berseru.....

Apakah yang merupakan gema dari sebuah perseteruan saudara? Seringkali di dalam keluarga ada sebuah perkelahian antara kakak dan adik, yang sebetulnya bermula dari permasalahan amat sederhana. Namun, karena tidak ada rasa saling mengalah dan mencari menangnya sendiri, biasanya perkelahian kecil-kecilan tidak terhindarkan. Boleh dikatakan bahwa inilah perkelahian berdasar cinta kasih... coba saja ditanya sama orang-orang dewasa yang punya banyak saudara. Bagaimana komentarnya bila diingatkan pada sebuah periode ribut-ribut di masa kecil? Mungkin... itulah memoria paling indah di masa kecil untuk saling mengenal.
Namun, ternyata ribut-ribut soal kecil ini bisa membawa efek lain, yaitu dendam kesumat yang bisa tersimpan berhari-hari, bertahun-tahun, bahkan ratusan tahun hingga berabad-abad. Kapan selesainya perseteruan itu? Apakah dendam bisa diwariskan hingga 400 tahun? hingga ribuan tahun?
Situasi apa yang menciptakan iklim kondusif bagi rasa saling mendendam ini? Apakah motif keagamaan, motif kesukuan, motif kekayaan, motif industri seperti penjualan senjata, motif politik... Ah... seandainya masing-masing orang memiliki kerendahan hati, semangat melayani dan mengampuni seperti Claudette Habesch ini.
Dia orang katolik palestina. Dia menyadari bahwa tidak mungkin diteruskan pertumpahan darah. Musti ada rasa mengampuni.. kalau tidak, korban akan terus berjatuhan, termasuk anak-anak kecil ini. Rupanya, dunia sudah tidak pantas lagi untuk menerima kesucian dan kekudusan mereka. Rupanya banyak orang sudah dipenuhi dengan amarah, dengan dendam... sehingga tidak sanggup lagi menerima sebuah senyuman anak-anak kecil ini sebagai berkat kehidupan.
Inilah cuplikan dari wawancara antara Benedetta Capelli dari Radio Vaticana dan Claudette Habesch dari Caritas di Yerusalem. Bagi saya pesan yang dibawa cukup kuat. Semoga menjadi inspirasi kita untuk sanggup mengampuni.

Saya orang palestina. Saya bangga dengan identitas ke-palestinian saya. dan saya katolik, lahir di tanah suci. saya orang katolik dari  Gereja induk dan saya sangat bangga dengan kekatolikan saya. Namun tidak boleh dilupakan bahwa kami adalah satu bangsa yang unik; bahka kita orang katolik menjadi bagian terintegrasi dari populasi orang palestina. Apa yang menimpa saudara saya muslim, menimpa juga saya yang katolik dan menimpa seluruh bangsa palestina. Kita sebagai orang katolik, kita memiliki sebuh peran khusus, yaitu menwartakan pesan Kristus, pesan cinta kasih dan pengampunan. Itulah motivasi yang mendorong kita sekarang untuk melakukan pelayanan tanpa diskriminasi apapun, karena kita semua adalah anak-anak Allah.

alfonsus widhi sx
misionaris xaverian

Nessun commento:

Posta un commento

Lettura d'oggi

Friends