Membuka-buka lembaran beberapa teks klasik dari para orang kudus, saya temukan beberapa teks klasik ini yang hendak menggambarkan tentang spiritualitas mereka dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dipakai istilah misi, untuk lebih menekankan makna dasarnya, yaitu pergi, bergerak keluar, sebuah perjalanan dari titik nol menuju ke suatu target. Pergerakan ini tidak mungkin ada tanpa ada sesuatu yang menggerakkan. Nah, dimanakah dan apakah dasar yang menggerakkan para orang kudus itu untuk berkarya?
Marilah kita lihat perlahan-lahan dalam tulisan-tulisan mereka. Saya tidak mau menyuguhkan refleksi saya, tetapi saya mengajak anda sendiri untuk menangkap apa yang tersirat dalam suratan hati mereka.
- Atti dei martiri di Lione e Vienne: Kristus yang menderita dalam diri para martir
Dalam diri para tampuk pemerintahan dan para algojo, muncul persaingan ketat dalam menyiksa, karena mereka tidak tahu apa yang harus
dilakukan kepadanya. Pada akhirnya mereka
memutuskan untuk memberikan pelat
perunggu pada bagian yang paling halus dari tubuh yang paling rapuh. Anggota tubuhnya terbakar, namun para
martir tetap tegas dan pantang menyerah, teguh dalam pengakuan imannya, karena
diteguhkan oleh sumber air surgawi - air kehidupan, yang mengalir dari lambung
Kristus. Tubuh para martir adalah saksi hidup dari penderitaan. Badannya sudah
tereduksi karena luka dan memar, tinggal tungkai dan tidak nampak lagi wajah manusia.,
tetapi Kristus yang menderita di dalamnya. Ia akan dipenuhi dengan tanda
kemuliaan, dengan menunjuk pada diri-Nya sendiri sebagai teladan yang telah
mengalahkan para musuh-Nya, agar menjadi contoh bagi orang lain, bahwa tidak
ada sesuatupun yang bisa menakut-nakuti kita untuk tinggal di dalam kasih Bapa.
Dimana di situ bersinar kemuliaan Kristus, tidak ada derita yang tidak
tertanggungkan.
- Atti dei martiri: il martirio di Perpetua e Felicita: Kristus yang menderita dalam diri para martir
...wanita itu
diserang oleh rasa sakit saat melahirkan, seperti yang terjadi pada bulan
kedelapan. Dia menderita karena proses kelahiran yang sangat sulit, dan salah
satu pegawai yang membantunya dalam persalinan bertanya: "Jika sekarang
engkau mengeluh seperti itu, apa yang akan engkau lakukan ketika engkau akan
dilemparkan ke teater yang kau benci, ketika engkau menolak untuk
mempersembahkan korban?» Dia menjawab, «Sekarang saya sedang menderita. Di sana akan ada Yang Lain yang akan menderita di dalam diri saya, karena saya menderita untuk Dia». Dia melahirkan seorang bayi perempuan,
yang kemudian diambil oleh salah satu saudara perempuannya dan mengangkat dia
sebagai putrinya (15,5-7).
- La Vita di Antonio: Misi = kesaksian hidup total pada Kristus
Setelah penganiayaan
mereda dan (alm) Uskup Petrus bersaksi dengan imannya, St.
Antonius kembali ke tempat
tinggal soliternya dan setiap hari bersaksi dengan hati
nuraninya sendiri dan masuk
dalam pertempuran iman.
Bahkan, dia berlatih asketisme dengan intensitas yang lebih besar. Selalu
berpuasa, pakaian dalamnya terbuat dari karung, yang luar dari kulit. Sampai
akhir hidupnya, ia mengikuti aturan ini: Jangan pernah mencuci badan dengan
air, atau janganlah kaki menyentuh air kecuali bila itu perlu. Tidak ada
seorangpun pernah melihat badan St. Antonius, kecuali saat ia dimakamkan
setelah kematiannya (La Vita di Antonio 47,1-3).
- Spiritualitas misi St. Colombanus: Peregrinantes pro Christo.
Mari
kita memusatkan diri pada hal-hal
ilahi, seperti seorang peziarah yang benar. Dia selalu memiliki kerinduan pada rumah dan nostalgia ini selalu
memotivasinya. Seorang peziarah selalu merindukan, bahkan dengan sangat, akhir perjalanan mereka. Itulah sebabnya, kita pun yang berada di
dunia ini, kita adalah orang-orang yang berjalan, orang peziarah. Maka, kita
harus berpikir sungguh-sungguh tentang tujuan dari perjalanan ini, yaitu hidup
kita. Akhir dari perjalanan ini adalah rumah kita. Di tempat itu nanti, semua
orang yang sudah menyelesaikan perjalanannya di dunia, akan memiliki nasib yang
berbeda tergantung pada jasa-jasa mereka. Para pejalan kaki yang
baik akan beristirahat di rumah mereka. Sebaliknya, para orang fasik tidak akan bisa mencapainya. Pada kenyataannya, banyak orang akan kehilangan rumah mereka, karena mereka lebih mencintai jalan menuju rumah dari pada rumah itu sendiri. Janganlah kita mencintai jalan lebih dari
pada rumah, agar tidak kehilangan rumah kediaman kekal. Maka Rumah yang demikian harus kita
cintai (Instructiones VIII)
- Caterina dari Siena: Misi = rasa memiliki pada Gereja dalam Surat kepada Paus Gregorius XI...
Seseorang yang telah menulis surat kepada Bapa Suci, seperti
yang saya pahami, itu seperti setan di
dalam jiwa. Sering dia masuk di bawah warna kebajikan dan kasih sayang,
kemudian melempar racun.
Secara khusus kepada hamba Allah, dia melakukan ini karena hanya dengan cacat
pusaka, dia tidak akan tertipu.
Nampaknya wajah setan yang berinkarnasi ini telah menuliskan
kepada Bapa suci dengan nuansa penuh perhatian dan kekudusan. Nampaknya dia
adalah orang kudus dan benar, namun sebenarnya adalah manusia yang jahat,
penasehat para iblis, penyamun dalam kehidupan komunitas kristiani dan
reformasi kehidupan menggereja, pecinta cinta diri dan mencari kekayaan bagi
dirinya sendiri.
Namun, tidak lama lagi, bapa dapat menyatakan jika dia datang
dari orang yang benar atau tidak. Menurut saya, demi kemuliaan Allah, Bpa
hendaknya mencarinya. [...] Saya berharap, dengan bantuan Kristus yang tersalib, agar Bapa
tidak menjadi seerti anak kecil yang penakut, melainkan seorang yang jantan dan
teguh.
- Madelaine Delbrêl
Dalam lingkungan orang yang skeptis, menjadi penting
berevangelisasi. Seseorang tidak bisa memilih antara melakukannya atau tidak
melakukannya, dan juga tidak bisa memilih akan berbicara tentang apa [...].
Mewartakan Injil sesuai dengan gaya bahasa orang yang ada di depan kita itu
tidak cukup. Perlu mewartakan Injil dengan gaya bahasa Yesus Kristus. Gaya
bahasa-Nya adalah selalu disertai dengan kata-kata kemurahan hati-Nya.
Salam,
P. Alfonsus Widhi, sx
Paroki Matius Penginjil Bintaro