2) Satu, tapi dua.
Bersatu tapi berbeda. Itulah dinamika sebuah keluarga. Di awalnya berbicara
tentang jam pulang kerja, mengobrol tentang situasi di tempat kerja, bicara
sedikit tentang jam berapa mulai tidur,
siapa yang mematikan lampu, tidur dengan lampu terang benderang atau dimatikan
atau pakai lampu kecil, jam berapa bangun dan makan pagi bersama, siapa yang
siapkan makanan, apa yang dilakukan pada hari minggu atau hari libur … Kalau
dibuat daftarnya, tentu akan sangat panjang. Dalam dialog ini perlahan kedua
partner akan memahami kemampuan individuasi dan persekutuan dari masing-masing
pasangan.
Ini matahari sedang terbit atau sedang tenggelam? |
Ada dua kutub muncul dalam dialog ini. Di satu sisi adalah
tingkat individualitas dan pemahaman tentang perbedaan, serta di sisi lain
adalah tingkat persekutuan dan relasi. Dinamika kedua kutub ini menjadi bumbu
dalam membangun sebuah keluarga, dalam menciptakan keharmonisan, yang tetap
menghargai perbedaan identitas. Dialog mulai sulit ketika masing-masing
pasangan kehilangan sudut pandang positif akan yang lain, atau dengan kata
lain, hanya melihat bahwa pendapatnya saja yang paling benar dan tidak bisa
dikompromikan! Individualisme yang
berlebihan ini akan merugikan persekutuan hidup yang telah diputuskan bersama
dan sedang dibina dengan pasangan.
Memiliki otonomi pribadi dan tahu menempatkan diri dalam relasi dengan pasangan, merupakan dua
garis perkembangan sebelum pernikahan. Akar kematangan kepribadian ada dalam
pengalaman dasar sejak masa kecil di
keluarga dan segebok pengalaman yang dilaluinya di kemudian hari, memberikan kontribusi untuk makin membentuk atau
merapuhkan dia.
Di saat pacaran, mengetahui
dengan baik calon pendamping hidup itu sangat penting. Tujuannya agar
masing-masing memahami identitas, kematangan kepribadian dan kesanggupannya
untuk berbagi, untuk mensinkronkan dua jam tangan yang berbeda, serta tidak
berpikir untuk bisa mengubah yang lain. Pribadi yang kurang dewasa dan kurang
matang, justru akan memberatkan dirinya sendiri pada saat menjalani hidup
perkawinan. Berpikir bahwa bisa merubah yang lain pun harus dimulai dengan
perubahan dalam diri sendiri.
Beberapa bahan untuk
permenungan bersama:
- Unsur-unsur dan nilai-nilai apa sajakah yang menjadikan keluarga itu sebuah lembaga khas dan unik?
- Alasan historis dan sosial apakah yang menjadikan keluarga modern saat ini mengalami kesulitan untuk menentukan identitasnya?
- Apa yang menjadi isi panggilan dan perutusan keluarga-keluarga katolik di masyarakat dan di Gereja?
Tidak bisa membangun sebuah keluarga tanpa
bagasi belaskasih dan iman (E. Schneider)
Nessun commento:
Posta un commento