Bagimana kabarnya katekese keluarga? Ini berkaitan dengan pewarisan iman. Pewartaan, perbuatan dan
kesaksian iman merupakan tiga aspek yang terwujudnya katekese iman. Pewartaan
lahir dari pengalaman iman, perbuatan mengevaluasi kata-kata dan kesaksian iman
meneguhkan apa yang diimani dan dihidupi. Keluarga merupakan tempat dimana
anak-anak menimba iman dari orang tua. Pewarisan iman dalam keluarga ini kemudian dilanjutkan dengan pendampingan dari
paroki yang menyediakan kursus-kursus untuk pemantapan iman. Setelah
menyelesaikan masa katekumenat, katekese umat dilanjutkan dengan katekese
persiapan komuni pertama, katekese persiapan penerimaan sakramen penguatan,
kursus persiapan perkawinan, hingga kembali lagi ke katekese bagi orang tua
yang anaknya akan dipermandikan. Di dalam rentang ini, ditemukan juga berbagai
tawaran untuk memperdalam iman seperti aneka kegiatan pertemuan lingkungan,
BKSN, bulan Maria, bulan Rosario, kursus pendalaman Kitab Suci, dst.
Letakkanlah sebatang kayu kecil untuk menenangkan air yang bergelombang letakkanlah salib Kristus untuk menenangkan badai dalam hidup |
Instrumentum laboris (Dokumen kerja) Sinode para uskup sedunia tentang keluarga, yang
memuat jawaban-jawaban dari konferensi-konferensi wali gereja di seluruh dunia,
menggambarkan situasi global katekese keluarga demikian:
(51.) Ada berbagai banyak jawaban yang serupa dari berbagai
benua berkaitan dengan persiapan perkawinan. Kami menemukan banyak sekali
kursus-kursus di paroki atau di seminari, retret doa untuk pasangan, yang
melibatkan baik imam dan volunteer, pasutri yang matang dalam pengalaman hidup
berkeluarga sebagai pemrakarsa. Dalam kursus-kursus persiapan perkawinan ini,
beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah: relasi pasangan, kesadaran dan
kebebasan dalam pilihan, pengenalan tugas-tugas sebagai pribadi, sebagai
anggota masyarakat dan sebagai umat beriman, pengulangan katekese inisiasi
dengan memberi perhatian secara khusus pada sakramen perkawinan serta mendorong
keterlibatan pasangan pada kehidupan menggereja di lingkungan dan di masyarakat
(53) Beberapa Konferensi
Uskup mengeluh sering terjadi bahwa calon pengantin baru, kerap muncul di
paroki pada menit terakhir, dengan telah menetapkan tanggal pernikahan, bahkan
ketika pasangan memiliki beberapa aspek yang membutuhkan perhatian khusus,
seperti dalam kasus disparitas kultus
(antara orang yang dibaptis dan tidak dibaptis ) atau karena formasi katekese
iman kristiani yang miskin. Konferensi wali Gereja dari belahan dunia yang lain
mengingatkan juga bagaimana perjalanan menuju persiapan Sakramen Perkawinan
telah mulai membaik dalam beberapa dekade terakhir, sembari makin berupaya
untuk mentransformasi "program-program kursus yang tidak berrelasi satu
sama lain" menjadi sebuah "program berkesinambungan", dengan melibatkan para imam dan pasutri.
Perlu dicatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, isi program
kursus-kursus perkawinan telah mengalami perubahan substansial: dari program
hanya berorientasi sakramen, menuju program berkarakter pewartaan iman.
(54) Ditemukan juga
beberapa insiatif yang sangat baik di beberapa belahan dunia: komunitas baru
yang mendorong retret, perjumpaan pribadi, kelompok doa, refleksi dan sharing,
peziarahan, festival, kongres nasional dan internasional tentang keluarga.
Namun, kerap dipahami program ini sebagai sebuah usulan wajib, daripada sebuah
kemungkinan pertumbuhan dimana seseorang bisa bebas untuk bergabung. Saat
penting lain adalah wawancara persiapan perkawinan dengan pastor paroki. Ini
adalah saat penting bagi semua pasangan. Seringkali dikeluhkan bahwa hal ini
tidak cukup dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk berdiskusi lebih dalam, dan
terjebak pada formalitas belaka.
(55) Banyak jawaban dari Konferensi Wali Gereja juga di tempat
lain menyatakan bahwa program kursus yang ditawarkan, berusaha untuk
memperkenalkan topik baru seperti kemampuan untuk mendengarkan pasangan,
kehidupan seksualitas serta metode penyelesaian konflik perkawinan. Dalam
beberapa konteks, yang ditandai dengan tradisi budaya maskulinisme, disinyalir
beberapa sikap yang kurang memberi rasa hormat terhadap perempuan, sehingga
maka latihan dari suami-istri tidak sesuai dengan timbal balik antara
orang-orang martabat yang sama.
Nessun commento:
Posta un commento