Ini adalah renungan Bapa Paus Fransiskus
bagi para Yesuit dalam perayaan vesper di Chiesa del Gesu'. Sebuah refleksi yang sangat
mendalam berkaitan dengan perayaan 200 tahun pendirian kembali Serikat Yesus.
Menarik bagi saya ketika membaca teks secara keseluruhan, Bapa paus mengambil
inspirasi tentang: panggilan Serikat, discernment, perutusan dan
pelayanan.
Saudara-saudara dan para sahabat yang terkasih dalam Tuhan,
....
Dalam masa-masa sulit dan pencobaan, selalu muncul
awan keragu-raguanan dan penderitaan. Tidak mudah melangkah maju untuk
melanjutkan perjalanan. Ada begitu banyak godaan, terutama di masa-masa sulit
dan krisis, untuk berhenti dan mendiskusikan ide-ide, membiarkan diri dikuasai
oleh kesedihan, memusatkan perhatian pada kondisi yang teraniaya dan tidak
melihat cakrawala yang lain. Membaca surat Rm. Ricci, saya tersentuh oleh satu
hal: kemampuannya untuk tidak membiarkan diri masuk ke dalam pencobaan ini dan mengusulkan
kepada para Yesuit di saat-saat yang sulit ini, suatu cakrawala pandang yang menjadikannya
lebih berakar lagi dalam spiritualitas Serikat.
Saudara-saudara dan para sahabat yang terkasih dalam Tuhan,
....
Kapel St. Fransiskus Xaverius, dengan reliqui tangan kanannya di Gereja del Gesu' - Roma |
Romo Jendral Yesuit, Rm.
Ricci, yang menulis surat kepada para Yesuit, sambil melihat awan menebal di
cakrawala, meneguhkan para anggotanya dalam membangun semangat memiliki pada keanggotaan
Serikat dan pada perutusannya. Begitulah dia melakukan discernment dalam
situasi keragu-raguan dan kekacauan. Dia tidak membuang waktu untuk
mendiskusikan ide-ide dan mengeluh, tapi bertanggung jawab atas panggilan dari Serikat.
Dia harus menjaganya, dan menjaga tanggung jawab itu.
Dan sikap inilah yang membawa para Yesuit mengalami kematian dan kebangkitan Tuhan. Di hadapan resiko kehilangan segala-galanya, bahkan identitas publik mereka, mereka sendiri tidak melakukan perlawanan terhadap kehendak Allah, tidak berlama-lama dalm konflik sambil mencari keselamatan sendiri. Serikat, ini bagus sekali, telah mengalami konflik sampai ke dasarnya, tanpa mengurangi itu sedikitpun. Serikat telah mengalami penghinaan bersama Kristus yang direndahkan, tetapi dia taat. Serikat tidak menyelamatkan diri dari konflik dengan kelicikan dan siasat untuk melawan. Dalam kebingungan dan pengalaman penghinaan, Serikat lebih memilih melakukan discernment tentang kehendak Allah, tanpa mencari satu jalan keluar dari konflik yang nampaknya tenang menghanyutkan. Atau setidaknya dencan cara elegan: Serikat tidak melakukannya.
Ketenangan semu tidak pernah memuaskan hati kita, tetapi
kedamaian sejati adalah anugerah Allah. Jangan pernah mencari
"kompromi" yang mudah atau mempraktekkan irenisme gampangan. Hanya discerrment yang menyelamatkan kita dari
keterpisahan jatidiri, dari kemiskinan hati, yang adalah sikap egois, sikap keduniawian,
hilangnya cakrawala dan harapan kita dari Yesus dan hanya Yesus saja. Demikianlah
Rm. Ricci dan Serikat lebih memilih sejarah daripada sebuah cerita abu-abu, dengan mengetahui bahwa cinta
lah yang akan menghakimi sejarah, dan bahwa harapan lah, meski dalam kegelapan,
yang lebih besar dari keinginan-hasrat kita.
Discernment harus
dilakukan dengan niat yang tulus, dengan cakrawala sederhana. Untuk itulah, di saat-saat kebimbangan
dan kekacauan ini, Rm. Ricci berbicara tentang dosa-dosa para Yesuit. Nampaknya
dia membuat publikasi senjata makan tuan! Dia tidak membela diri, sambil merasa
menjadi bagian korban sejarah, tetapi mengakui bahwa dirinya adalah orang
berdosa. Mengakui diri sebagai orang berdosa, sebagai sungguh-sungguh orang
berdosa, berarti menempatkan sikap yang tepat untuk menerima penghiburan.
….
Allah itu berbelas kasih. Allah bermahkotakan
belas kasih. Allah mengasihi kita dan menyelamatkan kita. Kerapkali, perjalanan
yang menuntun pada kehidupan itu sempit dan susah, tetapi pencobaan yang
dihidupi dalam terang belas kasih Allah, akan memurnikan kita seperti api, menghiburkita
dengan banyak penghiburan dan mengobarkan hati kita, sambil menariknya dalam doa.
Para Yesuit saudara-saudara kita, dalam penderitaan dan tekanan, mereka teguh
dalam semangat dan dalam pelayanan kepada Allah, bersukacita dalam pengharapan,
tekun dalam kesusahan, setia dalam doa (lih Rom 12:13). Inilah yang memberikan
kemuliaan pada Serikat, tapi yang pasti bukan memuji jasa-jasanya. Demikianlah akan
selalu terjadi.
Bahkan perahu Petrus hari ini pun bisa mengalami
hal serupa. Malam dan kuasa
kegelapan selalu mendekat. Sulit untuk mendayung. Para Yesuit harus menjadi pendayung yang berani dan berpengalaman (Pius
VII, Sollecitudo omnium Ecclesiarum):
Dayunglah! Dayunglah, hendaklah kamu kuat, bahkan dengan angin sakal! Marilah kita
mendayung untuk melayani Gereja. Marilah kita mendayung bersama-sama! Tetapi,
sementara kita mendayung, semua mendayung, juga Bapa Paus mendayung di dalam
perahu Petrus, kita harus berdoa banyak Tuhan
selamatkanlah kami! Tuhan selamatkanlah umat-Mu! Allah
akan menyelamatkan kita, meski kita pendosa dan kurang beriman. Mari berharap
dalam Tuhan! Berharaplah selalu
dalam Tuhan!
….
Nessun commento:
Posta un commento