Bunda Maria Basilika St. Maria degli Angeli - Ass |
Apa hubungannya Bulan
Maria di dalam Tahun Ekaristi? Apakah ini sebuah koinsidensi
kebetulan-kebetulan yang menciptakan sebuah rantai yang populer dengan nama
RAHMAT TUHAN? Barangkali ini tergantung juga dari ketajaman intelektualitas iman
masing-masing orang. Namun demikian, mari kita mendalami serena relasi antara
Maria dan Ekaristi dalam pengalaman hidup sehari-hari yang disampaikan kepada
kita oleh para penginjil.
1) Dalam kabar gembira malaikat kepada Maria.
Fiat yang disampaikan oleh Maria kepada Malaikat
seiring dengan amin yang kita ucapkan
ketika menyambut ekaristi. Kok bisa? Malaikat menggarisbawahi bahwa anak yang di dalam rahimnya akan disebut
Ananak Allah yang Maha tinggi (Lk 1,32). Dengan mengatakan Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu, Maria
menerima Allah yang berinkarnasi di dalam rahimnya selama kurang lebih 9 bulan.
Dengan mengatakan amin, bukankah kita
menjawab pernyataan serupa? Bahwa yang kita terima dalam rupa roti dan anggur
adalah Yesus Kristus sendiri, Anak Allah dan Anak dari darah dan daging ibunya,
Maria!
2) Maria sebagai tabernakel pertama
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel selalu membawa kemana-mana tabut
Tuhan untuk menandai kehadirannya di tengah-tengah mereka. Bukankah selama 9
bulan rahim Bunda Maria menjadi tabernakel, Tabut Tuhan dan tempat kehadiran
Allah di dunia ini?
3) Magnificat sebagai sebuah lagu ekaristi
Magnificat merupakan sebuah kidung
syukur karena di dalam Maria dan Ekaristi, umat bersama memuji dan
bersyukur kepada Bapa melalui Yesus Kristus, di dalam Yesus Kristus dan bersama
Yesus Kristus. Jika dalam kidung ini juga dikenangkan peristiwa inkarnasi Allah
yang menebus: perbuatan besar dikerjakan
bagiku oleh Yang Mahakuasa, kuduslah Nama-Nya; maka di dalam Ekaristi,
dinyatakan dan diaktualisasikan misteri paskah Allah: hidup yang terberi dan terbagi
demi keselamatan segenap umat manusia.
4) Kesatuan persembahan dan kurban
Dari Bunda Maria kita belajar mencintai dan berkurban. Kita ingat kembali
bahwa sejak dari ketersembunyian di Betlehem, Bunda Maria mengkontemplasikan wajah
kecil dalam timangannya atau dalam pangkuannya sebagai wajah Allah! Lalu, ketika
Bunda Maria dan Yusuf suaminya mempersembah Yesus di dalam kemegahan Bait Allah,
Simeon menubuatkan sebuah drama golgota: bahwa sebuah pedang akan menembus hati
sang Bunda. Inilah Stabat Mater di kayu salib. Sejak kelahiran
Sang Putera, Bunda Maria menghidupi kesatuan rohani dengan-Nya dalam suka dan duka,
dalam sengsara dan kemuliaan-Nya.
5)
Percayalah akan perkataan Anak-Ku
Kata
ini menjadi kata kunci dalam peristiwa di mujijat air menjadi anggur dalam perjamuan
perkawinan di Kana. Kok
bisa ya, tuan rumah kehabisan anggur…? Barangkali Yesus terlalu banyak membawa teman-teman
sehingga anggurnya kurang? Kita tidak tahu… tapi, hal yang pokok adalah, jika Yesus
sanggup mengubah air putih biasa menjadi anggur merah yang amat enak, mengapa kita
ragu akan kemampuannya untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya
sendiri? Dengan melakukan ini, Yesus memberikan kenangan hidup tentang paskah-Nya
agar kita pun menjadi roti hidup: yang dikumpulkan, diberkati, dipecah-pecahkan
dan dibagi.
6) Maria di bawah kayu salib
Inilah Ibumu; Inilah anakmu (Yoh 19,26-27). Inilah kata kunci yang amat
berharga bagi peziarahan kita sebagai murid-murid Yesus Kristus. Di sini, kita memiliki
tugas untuk menghidupi ekaristi sebagai kenangan akan wafat-Nya. Ini berarti menerima
ekaristi sebagai anugerah. Dalam waktu yang sama, seperti Yohanes, kita diundang
untuk menerima Maria di dalam hidup kita – sebagai ibu kita – dan berusaha untuk
mengikuti jejak Kristus hari demi hari dengan membiarkan diri didampingi oleh Bunda
Maria.
Bunda Maria selain hadir dan berpartisipasi dalam ekaristi, dia juga mengenal
situasi anak-anaknya. Kesederhanaan hatinya merupakan kunci kesungguhan iman, harapan
dan kasihnya pada Allah dan pada kita anak-anaknya.
Marilah, seiring dengan bunga-bunga yang mulai bermekaran pada musim semi di
Eropa saat ini, kehidupan rohani kita pun berkembang dan menebarkan semerbak harumnya
dalam tindak cinta kasih pada Allah dan sesama, di bawah naungan Bunda Maria.
p. alfonsus widhi sx
Wisma Xaverian - Bintaro
Nessun commento:
Posta un commento