Salib yang muram, salib yang berbahagia dan Salib Penebus
Biasanya kita cenderung untuk mengkontemplasikan
salib yang berada di tengah-tengah. Yang
lain mungkin kita kesampingkan, kita remehkan, kita anggap sebagai figuran atau
mungkin kita anggap tidak ada dan tidak perlu diperhatikan. Sebenarnya bukan
begitu. Di puncak golgota ada tiga salib: salib yang muram, salib sang Penebus
dan salib yang berbahagia. Ketiga salib itu membentuk sebuah satu kesatuan yang
menggambarkan kehidupan kita. Semuanya menghadirkan realitas (penderitaan) umat
manusia, dimana Yesus Kristuslah kepalanya.
Salib yang berbahagia: penjahat
yang disebelah kanannya terlukis dengan warna yang cerah. Wajahnya tenang.
Menyadari bahwa dia pantas menerima ganjaran salib dan mengakui bahwa Yesus itu
tidak pantas menerima salib, karena dia tidak bersalah sedikitpun. Dalam
situasi ini, dia mencoba mencari relasi antara salib yang dia terima dan salib
yang Yesus sedang jalankan; antara penderitaan yang dia alami dan penderitaan
yang Yesus alami. Di hadapan salib ini, kita hendaknya merenung lebih lama lagi,
karena kita pun hendaknya belajar untuk melihat penderitaan kita dalam terang
penderitaan Yesus. Berusaha
mencari keterkaitan dan hubungan antara salibku dan salib Yesus.
Salib yang
muram: penjahat di sebelah kiri Yesus terlukis dengan warna yang gelap. Dia
tidak berusaha mencari keterkaitan antara penderitaanya dengan salib Yesus.
Bahkan, dia bertindak menentang. Baginya, salib itu tidak memiliki arti sama
sekali. Hanya kalau diturunkan dari salib secara fisiklah, maka dia akan
selamat dari neraka ini. Tetapi itu tidak terjadi. Ketertutupan ini yang
membuat dia makin jauh terpisah dari Allah. Tapi bisa mengherankan kita, kok
dia bisa berada begitu dekat dengan Yesus? Maka kita pun bisa bertanya, berapa
salib muram yang kita miliki dalam kehidupan? Segala penderitaan, segala
keadaan dimana kita memberontak terhadap Allah atau mungkin kita pernah
menyesal karena menjadi korban dari nasib dan ganasnya kehidupan.
Salib
Yesus: berada di tengah-tengah kedua penjahat, di pusat, tidak jauh dari satu
dan dari yang lain. Sebuah realitas yang mengharukan: Yesus tidak menjauhkan
diri dari berbagai macam penderitaan manusia, dari kedua salib itu. Dengan kata lain: dimana ada salib, di situ Yesus pun berada. Ini tidak
dapat dipungkiri lagi.
Penutup: santo Fransiskus dari Sales menceritakan,
di daerah savoia ada sebuah kebiasaan begini. Ibu-ibu atau mbak-mbak yang
menimba air di sumur, biasanya menempatkan sepotong kecil kayu di permukaan air
dalam ember. Ketika ditanya mengapa, mereka menjawab: potongan kecil kayu itu
berguna untuk menjadikan air supaya lebih tenang dan tidak bergejolak. Santo
itu kemudian menulis sebuah surat kepada uskup di Genoa sambil menyebutkan
kebiasaan ini dan menguatkan uskup itu begini: Salib Yesus Kristus adalah
sepotong kayu yang menami ketenangan batin ditengah berbagai macam pencobaan
dalam hidup. Jika hatimu bergejolak dan tidak tenang, taruhlah salib di
tengah-tengah, maka engkau akan menemukan kedamaian dan peneguhan. Amin.
disarikan dari Szentmàrtoni, M., "Ritiro di quaresima per i sacerdoti della congregazioni per il clero", 7 marzo 2007
alih bahasa: p. alfonsus widhi sx
Postulat xaverian di Bintaro
pekan suci 2007