Skema spiritualitas PGDM - Bintaro |
Judulnya adalah Paguyuban Guru dan Dosen (di Paroki St.) Matius (Penginjil - Bintaro). Pertanyaan yang muncul pertama kali adalah: Apa itu? Dari mana datangnya? Untuk apa dibentuk?
Untuk memahami apa itu PGDM, ada 4 unsur yang perlu diperhatikan, yaitu: Gereja sebagai sebuah komunio, Misi awam, Panggilan dan organisasi (PGDM) itu sendiri.
Faham tentang Gereja, menurut gambaran dari Surat Anjuran Christifedeles Laici, digambarkan seperti sebuah pokok Anggur dengan mengutip "Akulah Pokok Anggur dan kamulah ranting-rantingnya" (Yoh 15,5). Gereja itu adalah umat Allah yang berkumpul, bahkan, menurut ChL tidak hanya umat Allah saja, melainkan Yesus Kristus itu sendiri-lah sebagai pokoknya. Maka, ide yang dibawa di sini bukanlah sebuah ide yang memecah Gereja antara Hirarki dan Awam (karena pembedaan ini juga salah kaprah!), melainkan sebuah kesatuan antara Yesus Kristus dan mereka yang mengikuti-Nya.
Di sini kita bisa memahami, bahwa misi kaum awam itu melekat pada jati dirinya sebagai seorang yang dibabtis dan menerima tugas sebagai saksi Kristus (dengan Krisma).
Kalau begitu, sekarang kita bisa memahami tugas sebagai guru pun tidak hanya sekedar profesi (yang mengenal kata pensiun), melainkan juga sebuah panggilan (sebagai rahmat dan tugas seumur hidup!). Tugas guru sebagai seseorang awam yang berkarunia profetis dengan kata-kata, bukanlah melengkapi tugas-tugas pastor paroki, bersifat fakultatif, pengisi waktu luang di bisa dibuat a la kadarnya saja! Guru sebagai sebuah panggilan hidup beriman di dalam Gereja memiliki tugas, dengan karakter sekularnya untuk tinggal di dunia dan bersaksi bagi dunia, memiliki tugas profetis yang bersumber pada pokok anggur (Yoh 15,5).
Lalu, apa kaitannya dengan PGDM?
Seorang guru memiliki dua identitas terintegrasi: yaitu identitas panggilan dan relasi dengan Yesus, atau lebih jelasnya, panggilan sebagai guru dan identitas sebagai pengikut Yesus dalam Gereja Katolik. Maka, kalau kita menempatkan panggilan guru dalam konteks kerasulan awam, kita akan menemukan sebuah mozaik beranekaragam dimana kesatuan warna menunjukkan sebuah totalitas, kesatuan hati dan komunione. Sebuah mozaik akan indah jika bermandikan ribuan warna, bukan satu atau dua saja yang dominan. Demikianlah hendaknya PGDM memiliki karakter paguyuban (komunio), Guru/Dosen (panggilan) dan Matius (yang merujuk pada kesatuan dengan Gereja Universal)
P. Alfonsus widhi sx
Bintaro / Misa PGDM 21 Juli 2012
Nessun commento:
Posta un commento